Klik disini untuk melihat judul cerita yang akan segera terbit !!
Diberdayakan oleh Blogger.

Minggu, 17 Agustus 2014

Menjajal Lolita

Bagikan :

Perjalanan melingkari setengah bumi menuju Brazilia, sangat melelahkan. Aku tidak perlu ceritakan betapa jauhnya penerbangan dari Jakarta menuju kota Rio de Janeiro,
kota pantai yang sangat masyhur di dunia. Jika tidak karena penugasan, rasanya aku tidak mungkin sampai ke kota ini. Ongkosnya mahal sekali, dan perlu biaya yang sangat banyak.

Kami berempat dari Jakarta ke Rio. Keempat kami sama-sama belum pernah ke kota ini, walaupun kami sudah beberapa kali ke luar negeri. Dari airport, sudah ada yang menjemput dan langsung membawa kami ke Hotel.

Hotel yang tidak terlalu besar, tetapi lumayan juga bersih dan kamarnya tidak sempit, seperti hotel-hotel di Tokyo. Letaknya di tengah kota dan tidak terlalu jauh dari pantai. Kami hanya perlu jalan kaki 10 menit untuk mencapai pantai yang terkenal , pantai Copacabana.

Selesai chek in kami masih banyak punya waktu. Bersepakat jalan berempat, yang semuanya tidak bisa berbahasa Portugis, bahasa yang dipakai rakyat Brazil, kami jalan-jalan menyusuri pantai. Berhubung sudah waktunya makan siang, perut kami agak gemuruh. Padahal di Jakarta sekarang masih jam 12 malam. Pantas saja meski siang bolong begini di Brazil, mata kami agak-agak ngantuk.

Sayang juga menuruti kemauan mata, karena kalau kami tidur, hilang kesempatan menikmati kota yang indah ini.

Banyak orang menjual souvenir di sepanjang pantai. Pemerintah Brazil menata pantai Copacabana dengan sangat cantik. Jalan yang menyusuri pantai di sisi pantainya tidak ada bangunan, kecuali kios-kios cendera mata. Di sisi jalan lainnya baru bangunan hotel, pertokoan, perkantoran yang menjulang.

Kami sudah diingatkan petugas yang menjemput kami, bahwa kriminalitas di Rio cukup tinggi, seperti perampokan, penjambretan dan sebagainya. Kami diminta berhati-hati dan disarankan agar jangan jalan sendirian.

Kami tertarik sebuah restoran pantai, kelihatannya yang makan disitu lumayan banyak. Kayaknya perlu juga mencoba makan siang di situ. Kami mengambil tempat dan waiternya langsung menyodorkan menu. Menu dalam bahasa Portugis, tapi ada terjemahannya dalam bahasa inggris. Meski begitu, bingung juga memilihnya. Aku tidak berani spekulasi menentukan menu sembarangan, karena bisa-bisa yang datang nanti makanannya aneh. Aku pesan stik dan kentang. Temanku yang memang tidak bisa jauh dari nasi memilih menu yang disitu tertulis ada rice dan ada udang.

Benar saja, menu yang dia pilih itu makanan yang aneh. Nasinya berwarna agak kuning dicampur sama udang rebus. Ada wortel, ada kentang dipotong kecil-kecil dan ada pula kacang kaprinya. Ketika dia merasakan, rasanya nggak jelas, karena ada aroma susunya. “Makan tuh rice,” kata ku.

Setelah penat, kami memutuskan kembali ke hotel untuk menuruti rasa ngantuknya.

Belum satu jam memejamkan mata, telepon berdering di kamarku, minta bicara dengan temanku. Katanya dia akan dijemput untuk pengurusan surat-surat. Aku jadi terbangun dan susah tidur lagi. Untuk ikut dia rasaya malas juga, karena paling-paling ketemu orang-orang di kantor perwakilan di Rio. Temanku di kamar lain aku bell untuk menemaninya. Mereka sepakat berangkat bertiga. Tinggalah aku sendiri .

Aku berencana meneruskan tidurku yang terganggu. Setelah mereka pergi, ternyata mataku malah jadi segar. Mungkin gara-gara aku menyeduh kopi. Kopi yang tersedia di kamar hotel rasanya enak banget. Mungkin karena negara ini terkenal sebagai penghasil kopi terbesar di dunia.

Aku menyesal juga tidak ikut mereka. Mau jalan sendirian agak takut juga mengingat peringatan penjemput kami tadi. Tapi kuputuskan untuk jalan-jalan di sekitar hotel.

Hotel yang aku tempati seperti Ruko besar. Jadi berhimpitan dengan totok-toko. Aku turun ke bawah berjalan mondar mandir dan keluar masuk toko di sekitar itu.

Mungkin aku diperhatikan, seorang anak laki-laki kecil seumuran 12 tahun memanggilku “mister”. Dia bersama cewek yang seumuran dia.

Anak itu lalu ngomong “Você fala português” maksudnya apakah aku bisa bahasa Portugis. Aku jawab “ pouco” maksudnya sedikit. Aku bisa dikit-dikit bahasa Portugis, karena pernah 3 bulan di Timtim

Dia lalu menunjuk teman ceweknya smbil mengacung-ngacungkan jempol sambil mengatakan “lindo” maksudnya cantik

Mereka ini penampilan kalau dibilang pengemis, bajunya agak keren karena bersih dan ceweknya memakai tenk top kaos tipis berwarna putih. Mungkin karena tipisnya maka pentil teteknya kelihatan menonjol di balik kaus. Tapi dibilang gembel juga bukan, lantas ngapain minta-minta uang.

Kota Rio memang terkenal banyak memiliki anak jalanan. Kota ini malah memegang rekor akan jumlah anak jalanan yang sangat besar. Mereka bebas berkeliaran di jalan-jalan sambil minta uang ke turis yang memang banyak di sana.

Kemudian dia mengatakan sexo-sexo, hotel-hotel. Wah apa dia nawarin temen ceweknya ditiduri. Tapi anak ini kan masih kecil banget. Teteknya aja masih kecil gitu masak dia nawarin aku ngesex sama dia.

Aku iseng dan kutanya “como/berapa”. Dia menyebutkan vinte dólares atau 20 dolar.

Wah boleh juga nih , batinku. Kalaupun nggak gua embat, gua foto-foto aja telanjang di kamarku. Oke kataku. Kami lalu berjalan menuju hotel. Hotel yang kutempati ini kebetulan tidak perlu melalui Lobby untuk mencapai lift, jadi agak terlindung dari pandangan orang banyak . kalau tidak kan malu juga menenteng cewek di bawah umur masuk hotel. Teman cowoknya ikut. Ku pikir nggak masalah lah, mana tau nanti bisa dimanfaatkan untuk difoto bareng dia.

Sampai di kamar aku mengamankan semua barang-barang berhargaku termasuk uang, dompet dan pernak-pernik kecil. Semua kumasukkan ke brandkas yang memang tersedia di kamar. Setidak-tidaknya kalau anak-anak ini gratilan, dia tidak mendapat apa-apa.

Si cewek ku suruh mandi dulu biar bersih. Dari kamar mandi dia keluar berbalut handuk. Aku langsung menyuruh nya berbaring dan membuka handuknya. Ya ampun anak ini baru numbuh, teteknya. Kemaluannya juga masih belum ada bulunya. Kupegang-pegang teteknya dan memeknya ku kobel lalu ku cium baunya. Tidak ada bau yang mencurigakan. “ Oke mister, good,” tanya si anak laki. Aku jawab ok.

Merangsang juga, jadi pengen menjajal memek kecil, batinku. Tapi sebelum aku mengeksekusi aku ingin membuat foto-foto dulu. Aku menawarkan 2 lembar puluhan US dolar untuk motret si cewek. Cowoknya kemudian setuju. Dia ngomong sama ceweknya kalau aku mau motret dia.

Cewek ini cukup cantik, meski kulitnya tidak putih, malah cenderung gelap. Tapi raut wajahnya ada profil Amerika Latin dengan rambut keriting berwarna agak pirang sebahu.

Aku mengatur berbagai pose sepuasku sampai aku kehabisan model. Mungkin lebih dari 100 jepretan. Tiba tiba aku teringat soal film anak kecil yang berhubungan sex. Kutawarkan lagi si cowoknya 20 dolar untuk ikut berperan. Dia senang, dan menanyakan dia harus bagaimana.

Aku mengatur skenarionya dengan latihan sebentar. Mulanya mereka pakai baju lengkap, nonton TV lalu ciuman lalu buka baju lalu mengisap tetek mengisap kontol dan mengisap memek lalu ngentot deh terakhirnya.

Kayaknya mereka mengerti maksudku, meski aku berbicara dengan bahasa tarzan. Aku merekamnya dengan kamera video. Wah menariknya juga bakal punya koleksi film anak kecil ngentot. Mereka cukup bagus juga aktingnya seperti tidak sedang di rekam kamera. Aku makin bergairah merekam dan mengulangnya untuk mengambil dari sisi lain.

Sampai adegan ngesek, semua berjalan lancar, malah mereka bisa bermain dengan berbagai posisi. Gila juga anak-anak ini mereka sudah lancar banget main sexnya. Akhirnya si cowok nggak tahan dan spermanya dikeluarkan di mulut si cewek. Buset dah udah kayak film orang dewasa saja.

Aku jadi terangsang, makanya setelah mereka bebersih aku langsung minta si cewek berbaring dan segera aku pasang kondom yang memang tersedia di hotel. Lumayan enak juga memek kecil ini, meski tidak terlalu sempit. Tapi lumayanlah masih menjepit juga. Aku bermain sepuasnya sampai ejakulasi. Adegan memeknya diterobos kontol yang lebih besar aku rekam sendiri dengan kamera. Jadi sebetulnya aku lebih fokus merekam adegan dari pada menikmati ngeseknya.

Setelah semua usai aku bayar sesuai yang disepakati tadi. Si cewek langsung mengatakan, thank you mister, gracias. Mereka keluar sendiri dari kamar dan aku membersihkan diri lalu langsung tidur.

Entah berapa lama tertidur, karena ketika aku bangun temanku sudah berada dikamar. Dia kelihatannya baru sampai.

Aku tunjukkan buah keisenganku ke temanku. Dia langsung antusias. Aku nggak nyangka kalau dia pedofil. Berkali-kali adegan di kameraku diulang-ulangnya. “Aku mau dong masih ada nggak anaknya,” kata temanku.

Kami berdua turun ke tempat ku tadi menemukan kedua anak itu. Si cewek tadi mengenaliku. “Hi mister,” katanya.

Aku membalasnya. Mereka bergerombol, ada sekitar 5 orang dengan 3 cewek dan 2 cowok. Mereka rata-rata sebaya. Ada yang agak kecil, kutaksir umurnya masih 10 tahun, karena belum kelihatan teteknya menonjol. “ Temenku rupanya antusias banget. “ Wah boleh nih yang kecil tuh, “

Temenku nanya berapa mereka bayarannya. Setelah aku jelaskan dia malah mau ambil semua mereka. “Ya paling abis 100 dolar, tempat kita mana ada yang ginian, “ katanya.

Kelima mereka lalu kami ajak naik lagi ke kamar.

Seperti tadi mereka kusuruh membersihkan diri. Temenku langsung melepas bajunya tinggal celana dalam.

Cewek-cewek 3 orang keluar dari kamar mandi telanjang bulat, sambil cekikikan. Temanku segera menarik yang paling kecil. Yang 2 orang lagi menunggu sambil duduk di tempat tidur yang satunya.

Buset dah temenku ini kaya mendapat berlian. Dia langsung menggumuli cewek yang kecil. Kuperhatikan susunya belum tumbuh benar, baru ada tonjolan kecil membengkak sedikit. Memeknya masih seperti memek anak kecil, gundul dan rapat.

Aku mengambil video temanku beraksi, tetapi dengan tetap menyembunyikan wajah temanku. Dia memulai dengan mengoral si Cewek. Ceweknya diam saja dioral dan nurut mau diapain aja. Setelah puas di oral, dia mulai menusukkan penisnya ke memek kecil itu. “ Gila masih sempit banget nih, tapi kayaknya udah gak perawan lagi,” kata temanku.

Aku ambil gambarnya melalui kamera video dari berbagai posisi. Kayaknya videoku ini bakal lebih bagus dari yang pernah aku down load di internet. Temenku akhirnya ejakulasi di dalam memek kecil itu.Dia puas benar.

Dia membersihkan sebentar barangnya ke kamar mandi lalu duduk telanjang diantara dua cewe yang menunggu giliran. Mungkin temenku ini sempat doping, karena kontolnya cepet banget udah bangun lagi. Atau mungkin dia sangat bernafsu.

Kini giliran kedua cewe itu diembatnya. Satu cewek di dudukkan di sandaran bagian kepala tempat tidur dan pantatnya diganjal bantal. Yang satu lagi di telentangkan. Jadi mulut temanku mengoral cewe yang kupakai tadi, lalu barangnya dibenamkan ke memek cewek yang satu lagi. Memek yang dia pakai sudah mulai berjembut, meski masih seperti bulu jagung. “ Wah puas deh gw, gak nyesel gw terbang jauh-jauh ke Rio,” kata temenku. Dia genjot terus tuh cewek dan kemudian cewek itu bergantian posisi. Gila juga dia berani terjun bebas tanpa kondom. Sayang katanya kalau pake kondom kurang terasa lolitanya.

Aku jadi terangsang dan penasaran juga memecahkan rekor ngentotin anak kecil. Setelah puas menshooting temanku dari berbagai posisi dan semua cewek sudah terekam adegannya, aku minta si cewek kecil tadi melayaniku. Tapi aku tidak berani terjun bebas, tetap pake kondom lah. Memang memeknya masih sempit dan cenderung agak susah membenamkan penisku.

Setelah masuk dan bergerak lancar, mungkin karena pake kondom, rasanya tidak terlalu istimewa. Memeknya juga kayak memek orang dewasa, licin-licin saja. Bedanya sensasi menindih anak kecil yang belum numbuh teteknya. Kami berganti posisi dan dia kuminta menggenjotku dari atas. Aku tiduran sambil menshoot kontolku keluar masuk dijepit memek kecil. Dia kusuruh membelakangiku dan kembali aku shoot memek kecilnya yang bibirnya sampai mencuat karena kepenuhan di desak oleh kontol orang dewasa.

Gilanya temenku main lama banget. Dua cewek itu di putar-putar. Dia malah mencoba lubang anal kedua cewek itu dengan bantuan jelly. Kelihatannya anus cewek-cewek ini pun sudah terbiasa menerima kontol dewasa, sehingga temanku tidak terlalu sulit membenamkannya.

Aku lebih cepat menyelesaikan permainan, dan kembali menonton dan ambil gambar temanku menyodomi. Itulah pengalamanku ke Rio. Aku tidak sempat mengunjungi Patung Kristus . aku hanya memandangi dari jauh. Waktu luang ku tidak banyak sehingga jika ada waktu longgar kami berjalan-jalan menyelusuri toko-toko permata. Kerajinan permata di Brazil sangat terkenal. Permata bukan hanya untuk dibuat mata cincin atau kalung atau gelang, tetapi diukir sehingga menjadi hiasan seperti patung burung nuri, atau yang lainnya. ***


Baca juga...



Kembali ke Beranda

0 komentar:

:)) ;)) ;;) :D ;) :p :(( :) :( :X =(( :-o :-/ :-* :| 8-} :)] ~x( :-t b-( :-L x( =))

Posting Komentar

Pilih judul

Kategori

Pengunjung

Ditunggu kunjungnya kembali...