Klik disini untuk melihat judul cerita yang akan segera terbit !!
Diberdayakan oleh Blogger.

Selasa, 19 Agustus 2014

Disergap dua perawan tomboy

Bagikan :

Aku baru seminggu di Surabaya. Setelah lulus SMA di Medan aku ingin meneruskan ke perguruan tinggi di Jawa. Di rumah nenek di Surabaya selalu ramai. Adik-adik ibuku banyak tinggal di sekitar
Surabaya, bahkan yang tinggal serumah ada 3 orang. Mereka cewek-cewek belum menikah.
Sambil mencari perguruan tinggi aku menyempatkan diri berjalan-jalan, ke jakarta – Jogyakarta dan akhirnya ke Surabaya. Hari itu di Surabaya muncul salah satu adik ibuku yang biasa kupanggil Oom Minto. Dia bekerja di perkebunan di Jawa Tengah, dekat Jepara. Melihat aku belum ada kesibukan Oom Minto mengajakku ke rumahnya di dekat Jepara. Dua hari kemudian kami menggunakan bus ke Semarang dan selanjutnya ke Jepara.
Rumah Oom Minto di perkebunan sangat asri, rumah kuno peninggalan Belanda yang cukup besar . Dia mempunyai 3 anak yang seluruhnya perempuan. Anak terbesar baru kelas 2 SMA bernama Chandra, yang kedua Pungki kelas 3 SMP dan yang paling kecil baru kelas 6 SD namanya Shinta.
Aku sudah mengenal mereka , karena ketika mereka tinggal di Probolinggo aku pernah juga nginap dirumah Oom Minto. Itu kejadian sudah lama , mungkin ketika aku baru lulus SMP, ketika itu bersama orang tuaku mengunjungi nenek di Surabaya.
Chandra cukup cantik sebagai gadis remaja, kulitnya putih seperti ibunya dan bongsor seperti ayahnya. Aku segera akrab dengan anak-anak Oom Minto. Di hari kedua yang kalau tidak salah ku ingat waktu itu hari Jumat, aku diajak jalan oleh Chandra ke rumah temannya yang orang tuanya juga bekerja sebagai asisten di perkebunan. Aku diperkenalkan dengan seorang gadis hitam manis yang sebaya dengan ku, memperkenalkan diri bernama Nina.
Dari pandangan pertama, terlihat bahwa Nina seperti punya perhatian ke padaku. Kami ngobrol sampai agak sore. Pada waktu itu aku minta mereka mengantar aku jalan-jalan ke Jepara, yang kudengar memiliki pantai indah, kalau tidak salah namanya Pantai Kartini.
Nina antusias ingin menemaniku jalan ke sana. Chandra sebenarnya juga ingin ikut, tetapi hari itu dia ada kegiatan Osis di sekolah, sehingga aku akhirnya jalan berdua saja dengan Nina..
Ketika turun dari angkutan yang membawa kami ke Jepara, Nina sudah terlihat akrab sekali denganku. Dia langsung menggandeng tanganku berjalan-jalan menyusuri pantai. Kami berhenti menikmati Es Kelapa muda lalu makan bakso. Hari itu Pantai Kartini suananya sepi. Kami berdua kemudian berhenti di sebuah pondok kosong yang biasa digunakan untuk berjualan. Tempatnya memang agak mojok sehingga agak terlindung dari keramaian. Awalnya kami hanya ngobrol santai sampai akhirnya kami berpagutan. Itu juga gara-gara ina yang memulai. Dia memang agresif sekali. Aku walaupun masih muda sekali, tetapi sudah punya pengalaman berhubungan dengan beberapa gadis sebelumnya. Bahkan aku sudah merasakan ML dengan gadis-gadisku ketika masih di Medan
Mungkin orang banyak salah mengira jika melihat penampilanku yang masih hijau dan imut. Ciuman Nina aku balas dengan agresif. Paling tidak aku tidak ingin mengecewakannya. Aku sempat meremas-remas teteknya yang tidak begitu besar. Namun karena tempatnya tidak terlalu aman , aku tidak berani bertindak terlalu jauh. Meski demikian tanganku sempat juga merogoh memeknya di balik rok. Memeknya ketika ku rogoh sudah basah. Nina kelihatannya bernafsu besar, karena dia merelakan saja kemaluannya aku sentuh bahkan dia mendengus-dengus karena rangsangan..
Sekitar jam 3 sore kami meninggalkan pantai Kartini kembali ke rumah. Aku mengantar sampai ke rumah Nina.
Rumah yang besar itu terlihat lengang. Kata Nina, kakaknya sedang ke luar kota. Dia memang tinggal bersama kakaknya dan suami kakaknya bekerja di perkebunan seperti Oom Minto. Setiba di rumah itu pembantu yang mengasuh anak kakaknya menyerahkan anak usia 2 tahun ke Nina. Pembantu itu katanya minta izin mau pulang dulu dan besok pagi baru kembali. Seorang lagi pembantu untuk urusan dapur masih tinggal dan sedang sibuk menyiapkan makan malam di belakang.
Aku ditahan Nina untuk tidak segera pulang. Kami meneruskan obrolan sambil Nina mengasuh keponakannya. Jam 7 anak asuhnya kelihatan ngantuk. Nina membawanya ke kamar tidur dan tidak lama kemudian dia sudah kembali menemuiku. Keponakannya katanya sudah tidur.
Sedang kami asyik ngobrol, muncul suami kakak Nina yang kupanggil dengan sebutan Oom Badi. Dia katanya hanya pulang sebentar karena akan kembali ke kebun yang sedang ada masalah.
Aku tidak bisa menolak ketika diajak makan malam bertiga dengan kakak ipar Nina. Selepas makan malam Oom Badi meninggalkan kami. Nina masih menahanku. Rumah terasa sepi karena hanya ada pembantu perempuan yang sudah cukup umur, Nina dan keponakannya.
Nina mengajakku duduk berdampingan di ruang tamu yang letaknya agak menyudut. Sehingga dari situ kami bisa mengawasi halaman depan, ruang tengah , tetapi tempat kami sebenarnya agak terlindung.
Setelah suasana sepi, dan Nina ke belakang sepertinya ingin memastikan bahwa pembantu tuanya sudah masuk kamar. Sekembalinya dia langsung menubrukku dengan langsung duduk di pangkuanku. Dia menyerangku dengan memagut sangat ganas. Aku yang tidak punya persiapan sempat gelagapan. Aku akhirnya bisa mengimbangi. Aku terus menyusuri kuping nya kiri dan kanan, lalu lehernya dan akhirnya menggigit pelan kedua ujung payu daranya yang masih terbungkus BH.
Tiba tiba Nina bangkit masuk kedalam. Aku sempat kecewa, karena suasana yang sudah memanas tiba-tiba putus. Tidak lama kemudian dia kembali dan langsung menubrukku dengan duduk dipangkuanku berhadapan. Sebentar saja kami berpagut, aku lalu meremas kedua payudaranya. Terasa tidak ada BH lagi di dalamnya. Ada belahan dengan kancing di bagian depan, kubuka satu persatu.
Terlihatlah dua gundukan payudara yang tidak terlalu besar dengan pentilnya yang masih kecil berwarna gelap. Sasaran ku berikutnya adalah menghisap kedua ujung tetek yang tidak bisa dikatakan putih. Kedua pentil kecilnya terasa mengeras di ujung lidahku. Nina mendesis desis ketika payudaranya aku hisap pelan kiri dan kanan.
Sementara itu tanganku mencari celah untuk kembali merogoh belahan kemaluannya. Aku masih merasa ada celana dalam yang menghalangi. Dari luar celana dalam aku gelitik-gelitik memeknya sampai akhirnya celana dalamnya jadi basah seperti ompol. Tidak puas rasanya mengobel memek dari luar celana dalam. Aku mencoba menguak celana dalamnya. Terasanya karetnya tidak terlalu kencang sehingga dengan mudah tanganku bisa mencapai belahan memeknya. Terasa berlendir di sekujur belahan memeknya yang berbulu tetapi tidak terlalu lebat. Aku mengorek-ngorek memeknya dan mencari letak clitorisnya. Nina menggeliat-geliat sambil tangannya merangkul leherku. Serangan ke clitorisnya aku gencarkan sampai akhirnya memeknya berkedut-kedut dan Nina minta tanganku berhenti mengorek memeknya.
Sementara itu penisku sudah tegang full dan rasanya sakit terjepit di dalam. Nina kuminta bergeser ke belakang sedikit. Aku membuka resleting celana dan berusaha mengeluarkan batang penisku. Nina langsung menggenggam penisku yang sedang tegak sempurnya. Dia mambantuku menurunkan sedikit celanaku sehingga kemaluanku bebas dari himpitan.
Nina kuminta membuka celana dalamnya. Permintaan itu langsung dia turuti dan celana dalamnya yang sebagian sudah basah oleh lendir dikantonginya. Posisi Nina kembali berada di atas pangkuanku, bedanya sekarang meski masih menggunakan rok, tetapi sudah tidak ada penghalang celana dalam lagi. Penisku ku oles-oleskan ke belahan memeknya. Nina makin naik birahinya menikmati sensasi memeknya bertemu dengan kepala penisku.
Kepala penisku basah oleh cairan lendir memek Nina. Dia kuminta mengangkat sedikit pinggulnya lalu aku mengarahkan kepala penisku ke gerbang vaginanya. Penisku sudah berada tepat di pintu vaginanya dan aku mengatur tubuhku agar penisku tegak lurus. Selanjutnya aku meyerahkan kepada Nina , apakah dia akan merendahkan badannya yang berarti penisku menerobos masuk ke dalam vaginanya, atau dia tahan hanya kepala penisku mengganjal di luar lubang senggama.
Nina mencoba merendahkan badannya perlahan-lahan. Tapi kemudian dia angkat lagi karena katanya perih. Tak lama dia rendahkan lagi, lalu diangkat lagi. Demikian berkali-kali dan berkali-kali pula lepas sehingga aku harus terus memperbaiki posisi kepala penisku.
Pada gerakan yang kesekian terasa kepala penisku sudah agak lebih dalam memasuki lubang memeknya.
Dia mengatakan memeknya perih. Oleh karenanya aku minta dia menyudahi saja. Namun dia juga mengatakan enak, jadi sayang katanya kalau dihentikan. Kepala penisku sudah lancar keluar masuk meski hanya beberapa centi.
Entah karena bisikan apa, atau dorongan dari siapa, tiba-tiba Nina melepaskan berat tubuhnya sehingga masuklah penisku makin dalam sampai mentok. Terlihat sekali Nina berusaha menahan sakit akibat ulahnya sendiri. “ periiiiihh,” katanya.
“ Kenapa kamu masukkan kalau perih,” tanyaku.
“Abisnya penasaran,” katanya lagi.
Dia diam sejenak lalu berusaha perlahan-lahan mengangkat tubuhnya. Mungkin karena terasa perih dia masukkan lagi penisku terbenam habis. Begitu berkali-kali sampai akhirnya dia agak tinggi menaikkan tubuhnya dan penisku copot dari lubang vaginanya. Nina tidak bisa mengontrol gerakannya sehingga penisku berkali-kali copot dan harus kembali dimasukkan pelan-pelan. Aku akhirnya ikut mengontrol gerakannya dengan menahan pinggangnya.
Penisku terasa diperas oleh memek Nina. Meskipun memeknya banjir oleh lendir pelicin, tetapi rasanya sangat ketat. Penisku pun terasa agak sakit, seperti diremas. Dia terus bergerak-gerak sampai akhirnya aku tidak mampu lagi bertahan. Dengan gerakan sekuat tenaga kuangkat tubuhnya dan kusambar penisku dan aku bekap dengan kaus singletku. Tumpahlah seluruh cairan spermaku membasahi singletku. Rasa nikmatnya luar biasa. Setelah semua carian spermaku terpompa keluar kuperhatikan singletku seperti terkena darah.
“Nina kamu belum pernah melakukan gini, kamu masih perawan ?,” tanyaku dengan nada khawatir.
Dia hanya mengangguk lemah. “ Aku suka kamu, abis kamu imut dan cakep sih, baik lagian,” katanya.
Aku kembali mengenakan celana, meski didalamnya basah. Nina sambil ngobrol terus meremas-remas penisku. Mungkin karena usia masih muda, penisku tidak perlu waktu terlalu lama istirahat dia sudah bangun kembali.
Aku mengulangi kembali posisi tadi. Nina tetap diatasku dan dia mulai melakukan gerakan yang liar diatasku. Mungkin saja clitorisnya tergerus oleh jembutku atau mungkin juga Gspotnya kesodok-sodok (pada waktu itu aku belum paham soal G spot). Nina berhasil mencapai orgasmenya dan dia ambruk, Sementara aku masih belum sehingga akhirnya kubaringnya dia di sofa dan aku menggenjotnya dengan posisi man on top (MOT). Nikmat sekali persetubuhan itu sampai akhirnya aku menapai klimaks dan spermanya tetap aku lepas di luar memek Nina. Kali ini yang jadi sasarannya adalah roknya.
Kami berdua merasa lelah. Nina membuatkanku kopi . Sampai jam 10 ketika akhirnya Kakak iparnya kembali aku pun berpamitan pulang. Rumah Oom Minto tidak begitu jauh mungkin hanya sekitar 100 m dari rumah Nina.
Di rumah aku disambut Chandra, yang kelihatannya sengaja menungguku. Kedua orang tuanya tidak terlihat. Kata Nina Ibunya sudah tidur sedang ayahnya masih di kebun. Dia menawariku makan, Aku menuruti tawarannya dan makan sedikit. Agak lapar juga rasanya setelah bertempur tadi. Chandra menanyaiku macam-macam, tetapi jawabanku kelihatannya bisa diterima akalnya.
Selesai makan aku mandi menyegarkan diri dan singlet yang berdarah aku sembunyikan di dalam ranselku. Badanku segar kembali. Kami berdua menonton TV. Tapi mataku tidak tahan melotot lagi. Aku minta izin tidur duluan di kamar tamu di depan yang memang sudah disediakan untukku.
Lampu kamar aku redupkan dan dalam waktu singkat aku sudah lelap tertidur.
Tengah malam aku merasa nafasku sesak dan tubuhku seperti tertindih benda yang berat. Aku tidak berani membuka mata, karena dari cerita-cerita misteri biasanya di rumah-rumah kuno sering ada hantu yang menggoda dengan cara menindih orang baru di rumah itu. Nyata sekali beratnya tindihan itu, sampai akhirnya kesadaranku pulih baru aku pelan-pelan membuka mata.
Di dalam keremangan aku merasa pula pipiku diciumi. Ketika pandanganku pulih aku terkejut karena ternyata yang menindih tubuhku bukan hantu, tetapi Chandra. Dia langsung aku peluk dan mengetahui aku terbangun dia langsung nyosor ke bibirku. Aku jadi agak galagapan juga sebentar. Agar Chandra tidak malu aku terpaksa mengimbangi pagutannya. Gila, si Chandra buas sekali menyerangku, ada apa gerangan dengan anak ini. Kumiringkan tubuhku sehingga kami jadi tidur berdampingan dan berhadapan sambil terus berciuman di mulut.
Sambil terus berciuman aku meraba dadanya, terasa gundukan kenyal dan di baliknya tidak dilapisi BH. Kuremas-remas sebentar lalu tanganku menyusup dari bawah meraih buah dadanya lalu kupelintir pelan-pelan kedua puting susunya. Anak seusia Chandra sekitar 15 tahun, payudaranya termasuk gempal juga. Aku terus meremas buah dadanya. Dia kini melepas ciumanku dan berkosentrasi pada remasan buah dadanya. Nafasnya sangat memburu. Kulepas 3 kancing baju piyamanya lalu aku menyosor ke kedua susunya. Aku menjilati bongkahan buah dadanya. Chandra kelihatan pasrah atas olahan tanganku.
“Gila kamu chan, kalau ketauan kedua orang tuamu gimana nih,’ tanyaku lirih.
“enggak mereka sudah lama tidur,” katanya lirih juga.
Bosan meremas buah dadanya tanganku tergerak menuju selangkangannya. Dia membiarkan memeknya kuremas-remas dari balik celana piyamanya. Nafasnya makin mendengus. Aku sudah tidak sabar lagi segera tanganku menerobos masuk ke celananya langsung membekap memeknya. Terasa bulu jembutnya masih sedikit dan celahnya juga sudah berlendir. Jari tengahku yang sudah terlatih segera memainkan clitorisnya. Chandra menggigit bibir bawahnya merasakan nikmatnya permainan jari tengahku di clitorisnya. Aku terus merangsang clitorisnya sampai akhirnya dia mencapai orgasme.
Meskipun tadi siang penisku telah kenyang menyantap memek Nina, tetapi malam ini tetap bisa berdiri juga. Namun dia tidak penasaran, jadi diam saja tegak di dalam celana pendekku.
Chandra ragu-ragu ingin menyentuh penisku. Dari gerakan tangannya ke pahaku aku segera tahu kalau sebenarnya dia ingin merasakan kerasnya penisku di dalam genggamannya. Kubantu tangannya mencapai penisku. Tangannya melemas mengikuti arahan tanganku. Sesampai di gundukan celanaku dia mulai meremas-remas. Kurang nikmat rasanya diremas karena terhalang celana pendek dan celana dalam. Tangan Chandra kubimbing memasuki celanaku sehingga tangannya bisa bersentuhan langsung dengan senjataku.
Dia makin giat meremas penisku sampai terasa agak sakit. Tapi aku terpaksa menahannya.
Tanganku menarik celana panjang sekalian celana dalamnya sampai terlepas. Chandra ikut membantu dengan menaikkan pantatnya sehingga dengan mudah celananya terlepas dari kedua kakinya. Aku bangkit dan bergerak menciumi lutut Chandra. Chandra kegelian sehingga dia berusaha menjauhkan kakinya dari ciumanku. Aku terus merayap ke paha. Chandra masih menggelepar kegelian. Dia terkejut ketika mulutku membekap ke selangkangannya. Lidahku menguak belahan memeknya yang basah berlendir. Aku langsung menyerang clitorisnya. Chandra terkejut karena rasa geli dan nikmat yang tiba-tiba menyetrum dirinya. Terasa di ujung lidahku bahwa clitorisnya sudah menonjol dan tegang. Biasanya pada posisi demikian perempuan tidak akan mampu bertahan dan segera orgasme kalau dijilati terus ujung clitorisnya. Aku memberikan terapi sapuan halus ke clitorisnya. Chandra tidak sempat menghindar kecuali berjingkat-jingkat pantatnya kalau clitorisnya tersentuh lidahku. Aku terus melakukan jilatan konstan sampai akhirnya Chandra mengejang ketika orgasmenya sampai. Kutekapkan mulutku dengan lidah pada posisi menekan clitorisnya tanpa bergerak, sampai dia merampungkan orgasmenya.
Setelah usai aku mengambil celananya dan kembali kupakaikan. Chandra memelukku erat sekali seolah-olah tidak ingin berpisah. Dia kuingatkan agar segera kembali ke kamarnya karena bisa-bisa nanti ketahuan orang tuanya. Dengan gerakan malas Chandra kembali ke kamarnya.
Pagi sekali aku sudah bangun langsung mandi ke kamar mandi. Itu mengesankan aku rajin, padahal sebenarnya untuk menghilangkan rasa risi setelah semalam menjilati memek Chandra. Pagi itu Chandra dan adik-adiknya berangkat ke sekolah. Sementara itu selepas sarapan Oom minto mengajakku melihat-lihat perkebunannya.
Kami kembali ke rumah sekitar jam 12 lalu menyantap makan siang yang sudah terhidang.
Habis makan siang mataku berat sekali sehingga aku minta izin istirahat di kamar sejenak untuk menuruti kantukku. Aku terbangun karena mendengar suara ramai dan kamarku terbuka Chandra rupanya masuk dan membangunkanku. Dia masih berseragam sekolah dan mencuri-curi mencium pipiku. Lalu dia berlalu. Aku terpaksa bangun.
Diluar kulihat ada Nina dan momongannya. Kami ngobrol sebentar di ruang tamu. Nina mengajakku dan Chandra main ke rumahnya. Mereka kupersilakan jalan duluan karena aku masih ingin kebelakang. Rasanya ada desakan dalam perutku untuk dikeluarkan.
Sekeluar aku dari kamar mandi mereka bedua sudah tidak ada. Aku langsung menyusul mereka ke rumah Nina.
Kulihat di ruang tamu tidak ada orang. Sepi sekali rumah ini. Di ruang tengah juga kosong. Aku mendengar sayup-sayup suara mereka ngobrol di dalam kamar. Kuberanikan diriku membuka pelan-pelan kamar itu. Ternyata benar mereka lagi ngrumpi di situ sambil menidurkan anak kecil.
Nina menyilangkan telunjuknya di mulut memberi kode agar aku jangan berisik dan disuruhnya aku masuk dan menutup pintu lalu diberi tempat di pinggir tempat tidur untuk bergabung dengan mereka.
Kulihat si kecil sudah tertidur pulas. Nina bangkit mengajak aku dan Chandra ke kamar sebelah. Kamar ini terhubung oleh pintu di dalam. Kamarnya lebih besar dan ada jendela yang menghadap ke halaman depan. Sehingga dari balik tirai dari dalam kamar ini bisa melihat kegiatan di halamanan depan. Ini adalah kamar Nina, rapi dan khas dengan asesoris kamar perempuan.
Tiba tiba aku didorong ke tempat tidur sampai telentang dengan kaki menjuntai kebawah. Chandra menduduki perutku bagian bawah dan kedua tangannya memegangi kedua tanganku. Aku sempat kaget, tetapi menuruti saja kehendak mereka. Seandainya melawan, aku masih cukup bisa mengalahkan tenaga Chandra. Sementara itu di bawah sana terasa Nina membukai celanaku sampai aku telanjang di bagian bawah. Penisku belum sempat berdiri, sehingga ketika bugil dia masih kuyu. Apalagi sanubarinya terkejut.
Nina merunduk lalu langsung memagutku. Stimulan ini cukup efektif juga karena pelan-pelan penisku mulai mengembang. Nina terasa menggenggam penisku . Selanjutnya aku menduga dia mengulumnya, karena aku merasa ada basah-basah dan bergerak naik turun.
Aku meremas payudara Chandra yang sengaja merenggangkan badannya untuk memberi ruang tanganku meremas aparatnya.
Cukup lama aku disekap demikian. Sementara pandanganku terhalang untuk melihat aktifitas Nina di bawah sana. Badanku terasa ditindih makin berat dan penisku seperti sedang dilahap sesuatu. Aku menduga-duga Nina telah memerosokkan penisku ke dalam lubang vaginanya. Dia memang terlihat berposisi jongkok dan mendesak Chandra agar maju lebih ke depan.
Merasa ada aktifitas yang sibuk, Chandra melihat ke belakang. Benar saja, Nina telah menyetubuhiku dengan posisi berjongkok menghadap ke depan. Dengan sigap kutarik celana dalam Chandra dan melepasnya. Dia kuminta jongkok diatas mulutku. Dia berjongkok seperti kodok hendak melompat menghadap ke bawah, sehingga dia dapat menonton aktifitas Nina yang sedang menggenjot sambil lidahnya sekali-kali menjilati bibirnya. Kurendahkan pantat Chandra sampai lidahku menyentuh clitorisnya. Lubang hidungku langsung berhadapan dengan lubang dubur Chandra. Seandainya Chandra kentut maka akan langsung masuk ke lubang hidungku. Aku tidak peduli, sementara Chandra merasa keenakan dijilati memeknya. Dia menggoyang-goyangkan pinggulnya mengikuti nalurinya. Aku jadi kerepotan karena lidahku jadi nyasar kemana-mana. Pinggulnya kupegang erat dan memberi arahan agar dia jangan bergerak. Meski dia nurut, tetapi tak urung ada juga gerakan kecil maju mundur.
Konsentrasinya memang buyar, karena harus mengikuti gerakan Chandra sementara di bawah sana sedang digenjot.
Nina makin trance lalu kemudian dia benamkan dalam-dalam penisku ke dalam memeknya. Penisku merasa diremas-remas oleh sekujur dinding vaginanya. Tidak lama kemudian Nina ambruk di sampingku. Sementara itu Chandra sudah 2 kali mengalami orgasmenya. Melihat tongkat estafet dilepas, Chandra bangkit. Dia mencoba-coba mengikuti posisi Nina tadi dan berusaha sendiri memasukkan penisku ke lubang memeknya. Aku merasa penisku tepat di depan lubang vaginanya. Chandra yang jongkok mengangkangiku, mengubah posisinya jadi bersimpuh. Mungkin gerakan dengan posisi jongkok agak sulit merendahkan pantatnya. Ditekannya badannya melawan penisku. Penisku pelan-pelan menyeruak masuk. “ Aduh kok perih Nin….” kata Chandra lirih.
“ Tahan saja dulu Chan, sebentar lagi sakitnya juga hilang,” kata Nina yang memperhatikan tingkah Chandra.
Nina mencoba melakukan gerakan naik turun sampai akhirnya penisku copot dari vaginanya. Penisku paling baru masuk kepalanya saja sudah dia tarik, terang saja copot.
Chandra kembali memasukkan penisku ke vaginanya . Dia meringis menahan sakit. Nina bangkit dan berdiri di belakang Chandra sambil kedua tangannya memegang pinggang Chandra. Dia membantu gerakan Chandra agar jangan sampai copot, “ Tahan ya Chan katanya menyuruh Chandra menghentikan gerakan,” kata Nina.
Tiba tiba Nina menekan pinggang Chandra kebawah. Chandra tidak siap dengan gerakan itu, sehingga dia terbawa ikut merendahkan badannya. Penisku dengan segera melesat masuk menerobos halangan selaput dara Chandra. “ Auuuw, sakit, “kata Chandra sambil berusaha bertahan tidak bergerak dengan posisi seluruh penisku terbenam di memeknya.Setelah itu Chandra mengikuti saran Nina agar mengangkat pelan-pelan pantatnya dan kalau terasa sakit turunkan lagi. Chandra mengikuti saran itu sampai akhirnya dia melakukan gerakan agak panjang . Sekarang Chandra sudah melonjak-lonjak. Tanganku membantu gerakannya agar tidak teralu jauh, sehingga tidak sampai penisku lepas dari sarangnya.
Aku pun mengajarinya melakukan gerakan maju mundur. Penisku terasa sekali seperti dibetot-betot. Chandra terus bergerak sampai dia merasakan ada nikmat di rongga vaginanya. Akhirnya dia bergerak liar lalu tiba tiba berhenti. Terasa penisku diperas-peras. Chandra berhasil untuk pertama kalinya seumur hidup mencapai orgasme melalui persetubuhan.
Dia kemudian ambruk, disampingku. Penisku yang masih menegang minta dituntaskan. Sasarannya adalah Nina yang sudah ready dengan posisi telentang kaki ditekuk dan dibuka selebar-lebarnya. Aku langsung menancapkan penisku ke memeknya yang masih terasa sempit. Aku terus memacu . aku tidak memperhatikan apakahan Nina mencapai orgasme pada genjotanku ini apa tidak, karena aku sedang berkonsentrasi agar mencapai orgasme. Menjelang titik puncak kutarik penisku dan kusemprotkan ke perut Nina sampai semuanya keluar.
Kami berbaring sejenak istirahat lalu bangkit merapikan diri dan kembali ke ruang depan, pura-pura ngobrol.
Menjelang gelap kami minta diri dan pulang bersama Chandra. Di kegelapan malam Chandra menggelendot sampai hampir masuk ke rumahnya. Di rumah ibunya telah menunggu kami untuk makan malam bersama.
Malam itu pun aku tidak tahan berlama-lama menonton TV. Jam 10 malam aku langsung masuk ke ranjangku dan menarik selimut. Kayaknya aku langsung tertidur pulas.
Aku kembali dikagetkan di tengah malam oleh kedatangan Chandra. Dia minta jatah lagi, yang tidak bisa aku tampik. Sekitar 2 jam kami memacu nafsu. Aku sempat melepas sekali spermaku diluar, sedang Chandra total mencapai 3 kali, sekali diantaranya dari olahan mulutku.
Sebelum jam 4 pagi dia sudah mengendap-endap kembali ke kamarnya.
Begitulah seminggu aku dirumah Oom Minto mendapat suguhan dari 2 gadis yang kuperawani. Setiap hari aku melayani nafsu kedua ABG itu.
Aku merasa khawatir kalau berlama-lama bisa ketahuan akhirnya.
Hari Senin berikutnya aku minta izin ke Oom Minto dan istrinya dengan alasan aku akan mencari sekolah di Jogya.
Pagi-pagi sekali, aku sudah betolak menuju Semarang. Di terminal bus Semarang aku istirahat sejenak sambil mencicipi gule kambing di warung di terminal. Sebetulnya aku tidak harus ke Jogya, tetapi ke mana pun tidak ada masalah karena waktu untuk pendaftaran masih sebulan lagi. Sedang aku berdiri merokok memperhatikan lalu lalang manusia di terminal, mataku menangkap sesosok perempuan berambut pendek dengan gaya tomboy. Aku tergerak menguntitnya. Jalannya cepat sekali, jadi aku berusaha berjalan lebih cepat lagi agar tidak terlalu jauh. Dia naik ke salah satu bus yang sedang standby. Tidak lama kemudian aku ikut masuk dan mencari kemana dia tadi. Rupanya dari pintu belakang dia duduk di bangku kosong nomor dua di belakang supir.
Aku buru buru mendekat dan pura-pura cuek aku bertanya, “ Mbak tempatnya masih kosong,” Dia mendongak memperhatikanku dan menggeser ke dekat jendela lalu mengatakan, “ya masih kosong.”
Aku langsung duduk di sebelahnya. Bangku di bis itu memang hanya untuk dua –dua penumpang. Setelah membereskan bawaan ku aku lalu duduk.
Belum aku bertanya dia sudah bertanya “mau kemana mas,”
Aku bingung menjawabnya, karena aku tidak tahu bus yang kunaiki ini mau kemana. Tak hilang akalku lalu aku balik bertanya, “ Lha mbak mau kemana ?”
“Ke Jogya,” katanya.
“O saya mau ke Malioboro,” jawabku cepat.
“Norak ah,” katanya sambil memukul bahuku pelan.
Weiiis lumayan cantik juga. Cuma pembawaannya memang agak tomboy dengan rambut sangat pendek, celana jeans biru dan kaus abu-abu ditutup jaket kaus. Balutan bajunya tidak mampu menyembunyikan gumpalan daging di dadanya yang cukup melawan.
Kulirik ke bawah pahanya juga mengembang cukup lebar. Kutaksir usianya sebaya denganku.
“ Kok sendiri saja mbak,” tanyaku.
“Emang kenapa,” jawabnya rada ketus.
“Mbok jangan judes-judes, nanti saya pindah tempat duduklah,” kataku.
“Pindahlah,” katanya tetap bertahan ketus. Aku pura pura berdiri lalu memanggil kakek-kakek tua yang sedang celingak celinguk mencari tempat duduk. “ Pak-pak,” panggilku.
Aku menoleh ke cewek sebelahku lalu mengatakan. “ itu aku carikan teman dudukmu.”
“eeeehh eeeeh jangan-jangan katanya sambil menarik bajuku,” katanya berusaha sungguh-sungguh. Kakek-kakek itu memang kelihatan kurang bersih dan membawa keranjang pikulan pula.
Ditariknya badanku agar kembali duduk disampingnya. Si kakek datang. Aku lalu menunjukkan kursi kosong di belakang.
“ Iseng amat sih,” kata cewek itu dengan muka merajuk,.
“Ya kalau gitu kenalan kita dong, saya Jaya,” kataku sambil menyodorkan kelingking.
Dia mengaitkan kelingking dan menyebut namanya Deasy. “Temenan kita kan,” kataku.
Dia mengangguk.
Kami akhirnya akrab ngobrol. Dari pembicaraan itu kuketahui bahwa di ke Jogya juga ingin mencari sekolah. Deasy berasal dari Jakarta. Di Semarang dia tinggal di rumah kakaknya. Di Jogya dia tidak punya saudara. Menurut dia selama mencari sekolah di Jogya dia akan tinggal di losmen. Kondisinya sama juga denganku yang tidak punya saudara atau teman di Jogya. Orang tuaku cukup membekali uang saku, sehingga aku tidak ragu melangkah.
Aku duga Deasy juga anak orang berpunya karena pakaiannya dan ranselnya bukan murahan. Apalagi HPnya tipe mutakhir yang kuketahui harganya lumayan mahal.
“Kamu mau cari hotel di daerah mana Des,” tanyaku di tengah suara deru bus yang tengah melaju.
“Belum tau nih, kayaknya pengen yang dekat Malioboro, biar dekat kalau mau jalan,” katanya.
Dia setuju mencari hotel bersama dengan ku. Sampai sejauh ini belum ada pembicaraan bahwa kami akan menyewa satu kamar bersama. Padahal otakku sudah mengarah ke sana. Tetapi aku mencari jalan yang smooth, agar gak keliatan terlalu bernafsu.
Aku agak menguasai Joygya. Karena belum lama ini aku sempat mampir dalam perjalanan dari Jakarta ke Surabaya. Aku sempat jalan-jalan sendiri 3 hari di Jogya. Sementara itu Deasy menurut pengakuannya dia terakhir ke Jogya sekitar 3 tahun yang lalu.
Kami jalan menyusuri jalan dan masuk gang. Aku menunjukkan hotel murah di wilayah Pasar Kembang. Memang tarifnya murah, tetapi di lingkungan itu, demikian kuberitahu Deasy banyak PSK. “ Pantas tadi banyak cewek dadanannya pada menor-menor. “ Gak mau ah daerah sini . Cari di tempat lain aja deh.
Kami akhirnya meninggalkan daerah Pasar Kembang menuju ke pertengahan jalan Malioboro. Hotel di wilayah itu bagus-bagus, bersih tapi harganya agak mahal. Deasy tertarik pada hotel yang kami datangi. Namun tarifnya agak tinggi. Masuklah racunku. ‘Gimana kalau kita joint, jadi bayarnya agak enteng. Lagian lu tau kalau kamar itu gak berhantu, jangan-jangan lu tinggal sendiri malam-malam didatangi orang yang pernah tewas di kamar itu,” racunku sudah masuk. Dua hal penting yang dia tidak bisa tolak. Pertama bayar lebih murah dan kedua yang paling penting ternyata Deasy penakut terhadap makhluk halus.
“ Iya deh kita sekamar aja, gw tadinya gak ngebayangi kalau di kamar sendirian lalu malam-malam ada yang datangi,” di mengatakan itu sambil memeluk tangan kiriku sehingga teteknya yang kenyal mendesak lenganku.
Kami sepakat setelah petugas menunjukkan kamar yang hanya punya satu bed besar. Kamar dengan bed terpisah kebetulan malam itu penuh. Kata petugas kalau dua hari lagi mungkin baru ada.
Kami bedua masuk kamar setelah membereskan administrasi di front desk. Di dalam Deasy tetap berpegangan denganku sambil matanya menyelidik ke seluruh penjuru kamar.
Dia jadi demikian tercekam, sehingga di dalam kamar pun dia tidak berani jauh-jauh dariku. Parahnya ketika aku kebelet kencing, aku tidak boleh menuntup pintu, sementara dia berdiri di depan pintu kamar mandi. Aku jadi berpikir sebaliknya, lha bagaimana kalau dia yang kebelet kencing. Prosedur perempuan kencing kan tidak sesederhana pria.
Lha bener juga dia minta aku berdiri membelakangi dia di depan pintu kamar mandi sementara dia duduk di closet. Suara desiran kencingnya terdengar nyaring sekali. “ “Tenang aja Des kencing jangan buru-buru dan gak usah digas habis gitu sampai mendesing,” kataku.
“Ah norak ah,” katanya.
Deasy memang benar-benar penakut meski sosoknya tomboy. Padahal di luar masih terang benderang, dia sudah menempel terus begitu di dalam kamar.
Aku lalu berbohong bercerita bahwa pernah aku mengalami tidur di kamar hotel di Lembang ketika sendirian, dikamar mandi malam-malam air krannya hidup sendiri.
“Ah udah ah jangan cerita yang gituan, “ katanya sambil duduk dipangkuanku.
Deasy bukan sosok gadis yang kurus tinggi langsing (kutilang). Dia memang tinggi, kutaksir tingginya hampir 170 cm, tapi bobotnya untuk dia mungkin agak lebih. Mungkin beratnya sekitar 60 kg.
Sifat iseng dan jahilku muncul. Kukatakan kepadanya aku mau menikmati mandi air panas dan berendam di bak untuk menyegarkan badan. Aku ingin tahu apa reaksinya. Apakah dia berani tinggal sendiri di bed, sementara aku mandi. Dugaanku dia tidak berani. Kalau tidak berani lantas apa yang dia lakukan. Apakah mau ikut mandi dan telanjang. Kayaknya terlalu dini, karena kami baru kenal 4 jam yang lalu. Kalau pun tidak ikut mandi tentu dia harus berdiri di depan pintu kamar mandi yang tidak boleh ditutup. Mana mungkin aku mandi tidak telanjang. Lantas bagaimana jika dia melihat aku telanjang. Wah banyak pertanyaan bergaung-gaung di kepalaku.
“Yah gimana dong,” katanya.
“Apanya yang gimana, “ kataku.
“Gua takut sendirian,” katanya.
“ Jadi mau ikut mandi, “ tanyaku.
“Tapi lu jangan macam-macam ya, awas lu kalau macam-macam,” katanya mengancam dengan muka dibuat sungguh-sungguh.
“Ok gua berjanji tidak akan berbuat macam-macam, kecuali lu izinkan,” kataku sambil menjabat tangannya.
Aku dengan santai membuka bajuku sampai tinggal celana dalam lalu menuju kamar mandi.
“Eeeh tunggu dong,” kata Deasy sambil buru-buru melepas celana jeans dan kausnya . Dia tinggal mengenakan BH dan celana dalamnya mengikuti ku masuk kamar mandi.
Aku membersihkan bath tub dengan air panas lalu mengisi nya dengan air hangat. Sambil menunggu airnya agak banyak aku mengosok gigiku biar mulutku segar. Setelah kurasa airnya cukup aku dengan santai membuka celana dalamku. Tidak bisa dipungkiri bahwa aku sebetulnya terangsang, sehingga penisku langsung mengacung ketika celana dalam terlepas.
“Buset deh, laki-laki emang gak bisa menyembunyikan perasaannya,” kata Deasy mengomentari burungku yang berdiri. “Itulah lelaki apa adanya,” kataku sambil meraih shower dan menyiram badanku di luar bak membersihkan diri sebelum nyemplung.
Sambil duduk di dalam bak aku memperhatikan Deasy yang agak ragu bertelanjang di depanku. Begitu semua terbuka terlihatlah susunya yang gempal dengan puting kecil berwarna merah jambu dengan lingkaran aerolanya tidak begitu luas. Memeknya dengan jembut dicukur rapi, sehingga di bagian pinggirnya gundul, tetapi di garis tengahnya dibiarkan lebat.
“Rajin amat lu nyukur jembut sampai begitu rapi, apa lu nyukur di salon,” tanyaku.
“Ngaco, mana ada salon jembut,” katanya
Dia juga membersihkan diri dulu malah pakai cebok segala dengan sabun baru ikut nyemplung.
“Karena sempitnya lahan yang kita tempati, apa pun yang terjadi itu adalah karena ketidak sengajaan,” kataku memperingatkan dia.
“Ok,” katanya.
Setelah dia masuk aku sengaja menyelonjorkan badanku sehingga terendam sampai sebatas leher. Akibatnya kakiku menyelusup dibawah dia dan penisku mendongkrak pantatnya. “ Iiih geli ah,” katanya.
Aku balik ke posisi duduk.
Giliran dia menyelonjorkan tubuhnya. Bedanya kakinya tidak diselonjorkan ke bawah pantatku tetapi diambangkan, sehingga badannya selonjor tapi ngambang. Maka terpampanglah memek berjemput rapi di depan wajahku. Sementara penisku mendongkrak pantatnya.
Aku ingin tahu sehebat apa sih pertahanan dirinya. Sehingga aku berketetapan untuk menjaga sekuat mungkin tidak memulai permainan.
Dia mulai cari gara-gara. Penisku digenggamnya dan dijauhkan dari belahan pantatnya. Maksudnya memang benar, tapi dampaknya salah.
“Nah mulai cari gara-gara,” kata ku.
“ Geli tau nyundul-nyundul pantat gua,” katanya.
Pasal pertama ku maaafkan.
Aku ingin menenggelamkan kepalaku, sehingga aku butuh ruang di depan. Deasy kuminta agak kebelakang. Aku lalu menunduk sampai kepalaku terendam. Karena menyelam mata harus tertutup, maka tanpa sengaja mulutku menabrak menabrak gundukan memeknya. Aku sendiri terkejut sehingga buru-buru bangkit.
“ Eh lu sekarang yang cari gara-gara,” katanya.
“ Gak sengaja tau, coba aja lu nyelem, gw pengen tau gimana caranya,” tantangku.
“Awas,” katanya mendorongku kebelakang.
Dia menyelam dengan merunduk ke depan. Aku sengaja sedikit memajukan penisku. Maka mulutnya menabrak ujung penisku yang berdiri. Dia kaget dan aku buru-buru ke posisi semula.
“Nah kan cari gara-gara lagi,” kataku.
“Gak liat tau, kan gw gak sengaja.” katanya.
“Udah deh kita gencatan senjata aja berdamai, gak usah bersikap saling memusuhi,” kataku mengajak berdamai.
Deasy setuju dan mengaitkan lagi kelingkingnya.
Kami puas berendam dengan air hangat, rasanya nyaman sekali. Selanjutnya sentuhan-sentuhan tidak kami perkarakan lagi. Dia boleh saja menggenggm penisku dan aku boleh meremas teteknya. Kami harus membuang sifat kemunafikan kami. Karena sesungguhnya kami berdua saling terangsang. Tidak mungkin tidak.
Kami berdua berdiri saling menyabuni, sehingga aku puas meremas-remas seluruh tubuh Deasy termasuk membersihkan belahan memeknya. Sementara Deasy menyabuniku tapi berlama-lama di bagian penisku.
Sampai kami selesai mandi, solusi mengatasi ketegangan belum tercapai, sehingga penisku tetap tegang dan pentil Deasy tetap kaku. Mungkin juga lubang vaginanya basah berlendir. Tapi yang itu kan tidak bisa dilihat, kecuali diraba.
“Des kita telanjang aja yuk, langsung masuk bawah selimut, males ganti-ganti baju lagi, toh tidak ada masalah mandi bareng aja telanjang dan tidak terjadi apa apa, masak di tempat tidur yang luas terjadi insiden,” kataku.
“Ok siapa takut,” katanya.
Kami akhirnya tidur dalam keadaan bugil langsung masuk ke bawah selimut yang sama. Aku langsung mengambil posisi membelakanginya. Sadar aku membelakanginya yang bagi dia berarti aku tidak mengawasi dirinya, maka timbul lagi rasa takutnya.
“ Jangan gitu dong tidurnya, masak gua dipantatin,”
Aku berubah posisi telentang.
Deasy lalu merapat dan langsung merangkul. Sebelah kakinya dinaikkan ke atas kakiku dan tangannya memelukku . Kepalanya bersandar di dadaku. Sensorku langsung aktif memindai persentuhan vital. Teteknya menekan tanganku sebelah kiri, memeknya menangkup ke pahaku juga sebelah kiri. Sementara penisku tertindih paha gempalnya.
Perempuan memang merasa nyaman pada posisi seperti ini, karena dia merasa dilindungi. Tapi bagi laki-laki bukan hanya rnyaman rasanya, tetapi sekaligus pening.
Aku diam saja. Deasy pun pada awalnya juga diam saja. Tapi dia sendiri tidak bisa menahan gejolak birahinya sehingga tangannya mulai memainkan penisku. Digenggam-genggamnya penisku lalu malah dikocok pelan.
Aku pura-pura bertahan, tapi lama lama ya gak kuat juga aku mengetatkan rangkulanku sejalan dengan itu Deasy menengadahkan wajahnya ke wajahku dengan mata tertutup dan mulut sedikit menganga. Aku langsung menyambar dengan mencium mulutnya. Deasy langsung bereaksi dia terus mengejar mulutku dan dengan buasnya menghisap-hisap mulutku. Deasy tidak lagi memelukku dari samping dia sudah menaiki tubuhku dan dengan ganasnya menciumku.
Dia terus menyerang dengan mengendus-endus kupingku, leherku lalu dihisapnya kedua pentil susuku. selimutnya dia sibakkan. Tangannya makin aktif mengocok penisku. Aku sejauh ini masih pasif membiarkan saja sejauh apa yang dikehendaki Deasy. Dia makin melorot dan berakhir mengulum penisku dalam dalam. Biji zakarku dijilat-jilat membuat aku kelojotan gak karuan.
Lama-lama aku gak bisa bertahan diam terus, apalagi rasanya spermaku sudah mendekati letupan. Kutarik keatas.
Kubaringkan tubuh Deasy. Sekarang gantian aku menjilati seluruh tubuhnya dari atas sampai ke bawah, tanpa mampir ke selangkangan. Bagian selangkangan adalah hidangan terakhir. Setelah Deasy kegelian aku jilati akhirnya dia pasrah ketika kakinya kulebarkan aku tiara diantara kedua kakinya dan mulutku mendekat ke vaginanya. Lidahku mulai bermain disekitar gundukan memknya. Terasa tajam pada jembut-jembut yang baru tumbuh karena dicukur. Tanpa menyibakkan belahan memekmya lidahku memaksa masuk. Terasa agak asin dan berair memeknya.
Agak sulit juga menguak memek Deasy karena badannya gempal. Kedua tanganku membantu menyibak kedua bibir memeknya sehingga terlihatlah lipatan-lipatan di memeknya. Kuperhatikan sebentar untuk memastikan sasaran lidahku berikutnya. Aku melihat tonjolan kecil di ujung atas memek. Dengan menguak memeknya aku membekapkan mulut ke memeknya. Lidahku langsung menari-nari menjawil-jawil itilnya. Deasy berjingkat-jingkat seirama dengan sentuhan lidahku di itilnya. Aku terus menstimulir itilnya sampai akhirnya mencapai orgasme. Deasy adalah tipe cewek yang berisik seperti kucing kawin. Dia meracau entah apa saja dan suaranya cukup keras. Aku khawatir juga terdengar sampai keluar kamar. Apalagi ketika mencapai orgasme dia menjerit seperti orang kesakitan. Ampun deh berisik banget anak ini.
Aku mencoba mencolokkan satu jari masuk ke dalam lubang memeknya. Terasa lancar saja tanpa halangan. Di dalam terasa banyak sekali lipatan-lipatan daging dan lemak. Ini untuk memastikan dia perawan apa sudah jebol. Dari observasiku kupastikan kalau dia sudah tidak virgin lagi.
Aku merangkak naik dan penisku kedesakkan ke mulut vaginanya. Pelan tapi pasti penisku masuk ke dalam lubang hangat sampai tenggelam semuanya. “Nah ya lu melanggar janji. Katanya, baru berbuat kalau ada izinku, sekarang kenapa lancang itu barang dijebloskan ke dalam memekku.
“ Oh aku lupa dengan perjanjian tadi abis mabok kena cairan bau pesing, “ kataku.
“Sialan lu bikin malu gua aja,” katanya.
“Ok deh kalau gitu gua cabut aja,” kataku sambil mencabut penisku dan aku berbaring di sampingnya
“Ok-ok sekarang gua izini ayo naik lagi,” katanya sambil menarik badanku menindih badannya.
Aku kembali mengarahkan penisku masuk ke gua vaginanya. Terasa hangat dan lembut. Meski kurang menjepit, tetapi racauannya itu membuat aku jadi terangsang. Aku mulai menggenjot dengan posisi konvensional. Mungkin karena penisku masih kenyang dan juga karena jepitan memek Deasy kurang mencekam. Aku bisa bermain cukup lama sampai aku lelah. Aku tidak tahu Deasy sudah berapa kali di mencapai orgasme. Tipe ribut begini cepat sekali mencapai orgasmenya. Deasy termasuk cewek yang mudah mencapai kepuasan.
Dia akhirnya menyerah dan minta aku menghentikan permainan. Deasy mengaku badannya lemas dan lelah sekali setelah berkali-kali orgasme. Padahal aku belum finish. Aku bilang sebentar lagi aku akan sudahi. Aku minta dia merapatkan kakinya. Sementara aku seperti mengambang diatas tubuh Deasy. Dibagian bawah berat badanku ditopang oleh celah antara jempol kaki dengan jari telunjukku berstumpu pada pergelangan kaki Deasy. Dan diatas aku berstumpu dengan sikutku. Lumayan terasa jepitannya . aku memacu dengan ritme lebih cepat. Deasy kembali meracau, membuat aku makin hot, sampai akhirnya pejuhku akan muncrat, kutanya Deasy, dimana aku lepas laharku ini. “Di dalam saja gw lagi gak subur, ayo terus,” teriaknya. Rupanya dia juga sudah hampir sampai ke puncak lagi. Ketika aku tembakkan peluru cair panas ke rongga memeknya Deasy menjerit dan melingkarkan tangannya menarik rapat tubuhku. Aku sempat panik, karena jeritan keras. Cepat cepat aku sumpal mulutnya dengan mulutku dengan ciuman yang sangat buas dan penuh dengan perasaan. Deasy menyambutnya dengan ganas pula.
Sampai orgasme kami selesai ciuman kami belum lepas.
Kelihatannya dampaknya besar sekali jika perempuan dicium pada saat orgasme sampai orgasmenya selesai. Dia merasa pasangannya sangat menyayangi dan melindungi. Setelah ciumanku lepaskan Deasy menangis menelungkup di dadaku. Aku bingung apakah ini tangisan penyesalan atau apa. Nangisnya serius sekali sampai tersengguk sengguk. Setelah reda dan berhenti dari emosinya kutanya dia apa sebab menangis.
“ Aku bahagia sekali berhubungan badan dengan kamu. Belum pernah ada cowo yang demikian penuh perhatian dan bertanggung jawab serta menyayangiku. Mereka semuanya selesai berhubungan biasanya lalu mengabaikanku. Padahal pada saat itu aku ingin dicium dipeluk dan dimanja serta terasa dilindungi. Kamu memberi itu semua tadi,” katanya.
Deasy terus memelukku ketat sekali sehingga badanku jadi berkeringat karena kulit kami berhimpitan. Sesungguhnya aku tidak suka juga kalau selesai berhubungan lalu berpelukan erat begini. Tapi tadi masalahnya Deasy berisik banget jadi aku terpaksa menutup mulutnya. Eh ternyata tindakan ku itu sangat berarti baginya.
Deasy jatuh tertidur sambil terus memelukku. Parahnya dia mengorok pula. Kata para ahli, kalau perempuan selesai berhubungan lalu tertidur pulas sampai mengorok, itu artinya dia mencapai kepuasan orgasme yang tertinggi. Mungkinkah Deasy mencapai itu Meski dalam posisi dipeluk erat bahkan kepalanya berbantal dadaku, aku terpaksa bertahan dan mencoba tidur. Nyatanya bisa juga. Kami lelap tertidur bersama.
Aku terbangun karena tersesak kencing yang amat sangat. Deasypun akhirnya tergugah dan dia juga sama kebelet kencing. Kami membersihkan diri bersama sampai terasa badan segar kembali. Perut terasa keconcongan. Sore itu aku dan Deasy mencari makanan di dekat hotel, makan yang murah dan banyak.
Kami segera kembali ke hotel dengan sebelumnya menenteng dua botol bir yang sudah dingin. Deasy suka bir. Kami meminum bir sambil bercerita mengenai kami masing-masing. Menurut pengakuan Deasy dia diperawani oleh teman sekolahnya ketika dalam keadaan mabuk dimalam perpisahan SMP. Untung pada waktu itu dia tidak sampai hamil. Hubungan badan yang kedua sama cowoknya ketika kelas 3 SMA. Itupun katanya hanya 2 kali, karena takut hamil.
Aku dan Deasy jadi makin akrab dan kami sama-sama tidak diterima di Univesitas Gajah Mada. Deasy sempat terpukul atas kegagalan itu. Aku menghiburnya dan mengatakan bahwa “kegagalan itu adalah sukses yang tertunda”. Kelihatannya kata-kataku itu berpengaruh benar dalam benaknya.
Kami berdua kebetulan kuliah di universitas swasta yang sama hanya beda fakultas. Kearaban masih terus berlanjut. Tetapi uniknya kami tidak pacaran. Deasy kubebaskan punya pacar dan dia juga membebaskan aku punya pacar. Kami saling bertukar solusi jika ada masalah dalam hubungan berpacaran kami. Meski kami tidak pacaran, tetapi masih sering melakukan hubungan badan. Deasy pun terus terang kalau dia berhubungan badan dengan pacarnya. Selain Deasy, Nina dari Jepara pun kuliah di Jogya. Kami dapat berkumpul lagi meski kost di tempat terpisah-pisah. Dengan Nina aku juga terus akrab dan berhubungan badan. Seperti juga dengan Deasy, Nina bebas punya pacar. Tahun-tahun berikutnya, Chandra menyusul kuliah di Jogya. Dia juga makin akrab denganku meski hubungan kami juga bukan pacaran karena dia adalah adik sepupuku. Uniknya aku dan Chandra juga kembali melakukan hubungan badan, dan juga seperti yang lain Chandra juga punya pacar. Deasy, Nina dan Chandra akhirnya jadi akrab dan paham hubungannya denganku. Hebatnya mereka tidak mencemburui satu sama lain terhadap hubungannya denganku. Dan yang paling asyik mereka juga tahu kalau masing-masing mereka melakukan hubungan intim denganku.
Uraian cerita ku ini kelihatannya berlebihan, karena bisa berhubungan bebas dengan 3 cewek secara bersamaan tanpa ada ikatan pacar. Tapi mohon dipahami bahwa aku bagi mereka adalah sahabat tempat berkeluh kesah, tempat berlindung dan selalu memberi rasa damai bagi mereka. Jika anda adalah perempuan mungkin lebih bisa menyelami perasaan para wanita sahabat saya, karena mungkin anda punya pengalaman akrab dengan cowok tanpa ada ikatan apa-apa. Itulah artinya sahabat. Bedanya persahabatan antara pria dan wanita janggal jika tidak melibatkan sex.
Kami berempat kemudian bersepakat untuk mengontrak rumah bersama. Isinya ya hanya empat orang ini. Kepada pacar-pacar, kami mengaku sebagai saudara sepupu. Peraturan tidak tertulis di rumah kontrakan ini adalah tidak diperkenankan membawa pacar menginap atau berhubungan sex di rumah. Kalau mau menginap di luar silakan. Kami sangat menjaga rahasia hubungan intim kami terhadap pacar-pacar kami.
Persahabatan dengan model begini jadi lebih terbuka, akrab dan jujur. Tidak ada yang kami sembunyikan. Kami berempat menjadi seperti saudara kandung, yang jika satu disakiti, kami semua merasa ikut sakit juga.
Dari hanya kegiatan kuliah, aku pelan-pelan merintis usaha kecil-kecilan. Hasilnya lumayan juga bisa menopang sebagian kebutuhan rumah tangga kami. Sejalan dengan waktu, usaha bersama kami itu maju pesat dan berkembang, sehingga kami berhasil membeli satu rumah yang cukup bagus di tengah kota. Bahkan di akhir masa kuliah, kami masing-masing sudah memiliki kendaraan roda empat yang meski tidak kami beli dalam keadaan baru, tapi masih tergolong tahun muda. Selepas kuliah, baik, aku, Deasy, Nina maupun Chandra sudah memiliki usaha masing-masing yang cukup besar. Kami berempat sudah bertekad, selesai kuliah tidak akan menjadi pegawai, apalagi pegawai negeri. Diakhir cerita kami pun masuk ke jenjang rumah tangga. Istri dan suami-suami mereka mengira bahwa kami memang benar saudara sepupu. Keakraban kami memang melebihi keakrab saudara kandung.
Setelah berumah tangga, kami tidak meneruskan hubungan intim lagi. Masing-masing sudah menjadi pasangan yang setia. Bahkan cewek-cewek itu sekarang sudah pada mengenakan jilbab. Masa lalu adalah sejarah yang tidak mungkin dipungkiri dan direkayasa ulang. Baik atau buruknya di masa lalu memang harus diakui, tapi hak kita juga menyembunyikan keburukan agar tidak diketahui banyak pihak. Demikianlah cerita saya ini. Mohon semuanya dimaklumi dan dipahami. ***


Baca juga...



Kembali ke Beranda

0 komentar:

:)) ;)) ;;) :D ;) :p :(( :) :( :X =(( :-o :-/ :-* :| 8-} :)] ~x( :-t b-( :-L x( =))

Posting Komentar

Pilih judul

Kategori

Pengunjung

Ditunggu kunjungnya kembali...