Klik disini untuk melihat judul cerita yang akan segera terbit !!
Diberdayakan oleh Blogger.

Selasa, 19 Agustus 2014

Pengamen di tambora

Bagikan :
Duduk di bawah kerimbunan pohon 2 gadis yang kutaksir berumur 14 dan 12 tahun. Yang besar membawa gitar okulele dan yang kecil membawa kecrekan yang dibuat dari beberapa tutup botol. Pakaian mereka kelihatan lusuh. 
Panas terik membuat keduanya kelelahan. Di tengah keramaian Jakarta, mereka seperti terabaikan. Aku yang baru turun dari Bus Trans Jakarta tertarik memperhatikan mereka. Kuulurkan uang 10 ribu. Mereka menengadah dengan muka heran, meskipun terucap kata “ terima kasih oom”, ketika menerima pemberianku.
“Sudah pada makan,” tanyaku karena waktu sudah menjelang pukul 12 siang.
“ Belum oom, dapetnya baru dikit,” kata yang kecil.
“Mau saya ajak makan,” kataku menawarkan.
“Mau banget,” si kecil menyambar.
Sambil menunjuk salah satu restoran fast food yang terkenal dengan ayam gorengnya, aku menawarkan apakah mau makan di tempat itu. Kedua anak itu berpandangan. “ Oom disitu kan mahal,” kata yang besar.
“Ah gak apa-apa, yuk ,” aku mengajak mereka berjalan sekitar 50 meter dari tempat mereka berteduh tadi.
Kami berjalan bertiga beriringan. Kontras sekali memang kelihatannya, Aku berbaju rapi kantoran, sementara mereka berdua lusuh dan membawa peralatan ngamen. Kira-kira apa ya kata orang yang melihat kami.
Kami langsung duduk dan aku berikan uang 100 ribu lalu menyuruh anak yang besar memesan makanan. “ Gimana oom caranya,” tanyanya.
“Ya bilang aja mau makan yang mana kan semua ada gambarnya tuh kata ku sambil menunjuk jajaran gambar. Kusarankan mereka memilih paket biar gampang. Aku memilih paket dengan ayam, nasi dan soft drink. Yang besar beranjak dan mengajak adiknya. Mereka terlihat agak canggung di depan kasir. Namun kasir tampaknya membimbing mereka menentukan pilihan. Tidak lama kemudian mereka membawa makanan dengan dua nampan penuh.
“Mahal banget ya oom,” komentar si kecil sambil memberikan uang kembaliannya. “ udah untuk kamu aja,” jawabku.
“Makasih ya oom,” kata si kecil berseri-seri menerima kembalian yang kutaksir sekitar 30 ribuan.
Kutunjukkan agar di piring mereka masing-masing di tambahi sambal yang kelihatannya tadi tidak mereka ambil. Aku menunjukkan tempat mengambil sambal dan saus tomat, sekaligus aku minta mereka membubuhkannya di piringku.
Mereka kembali dengan piring-piring yang sudah ada sambalnya. Ketika mereka akan melahap, aku cegah agar mereka cuci tangan dulu.
Kami menyantap hidangan siang. Aku sebenarnya kurang suka dengan makanan ini, tapi, mereka lahap sekali. Mungkin juga lapar, tapi mungkin juga suprise menikmati nasi dengan potongan ayam yang besar. 
Sambil makan kukorek keterangan latar belakang kehidupan mereka. Sesekali aku mengambil foto mereka berdua yang sedang menyantap hidangan. “ Oom HPnya keren ya,” kata yang besar.
Dari cerita mereka ternyata mereka bukan kakak beradik. Keduanya adalah tetangga. Mereka hidup dengan single parent yaitu ibunya. Tinggal di gang sempit di perumahan yang padat. Ibunya hanya mengandalkan pendapatan dari mencuci baju. Untuk menambah pendapatan atas dorongan ibunya dan ajakan teman-temannya mereka lalu mengamen. Keduanya putus sekolah. Yang besar tidak menyelesaikan kelas 1 SMP dan yang kecil drop out di kelas 6.
Pendapatan mereka dari mengamen rata-rata sekitar 50 ribu, yang dibagi berdua. Semua hasil ngamen itu diserahkan kepada orang tua mereka.
Mereka juga sering jadi korban pemalakan oleh berandalan yang lebih besar. Sehingga tidak jarang mereka hanya membawa 10 ribu per orang ke rumah. 
“Mau sekolah lagi,” tanya ku.
“ Gak ada biaya oom,” kata yang besar.
“ Kalau ada biaya mau sekolah kan,” tanya ku.
“ Ya mau dong oom,” kata yang kecil.
“ Ya kalian harus lebih pandai cari duitnya dong biar ada untuk biaya sekolah,” kataku.
“Gimana caranya oom,” timbal yang besar.
Yang besar bernama Anti sedang yang yang kecil dipanggil Luki.
“Sekarang kalian mau gak masing-masing oom kasih duit 50 ribu, “ tanya ku.
“ Mau banget,” kata mereka serentak.
“Ya kalau gitu kalian harus turuti apa kata oom,” kataku.
“ Di suruh apa oom,” tanya Luki.
“Gini, kamu tau kan di situ ada toilet,” kata ku sambil menunjuk arah toilet.
“Terus” kata yang besar.
“Kalian bawa HP oom ini, yang ada kamerenya ke toilet,” kata ku.
“Untuk apa,” tanya Anti.
“ Kalau kalian mau memotret sendiri, ini kalian masing-masing nanti baru oom kasi duit,” kata ku.
“ Idih malu ah,” kata Anti.
“Orang mau duit kok malu, lagian kalian foto gak usah ada mukanya, badan aja ke bawah. Kan motonya juga di dalam kamar mandi, mana ada yang tau,” kataku.
“Ih oom genit,” kata yang Luki.
“Lu mau nggak Luk, “ tanya Anti yang kelihatannya tertarik juga sama tawaranku mengingat mereka akan mendapat 50 ribu per orang.
“Terserah lu,” kata Luki.
“ Oom kasi tau caranya ya nanti aku yang moto Anti dan gantian Anti moto aku,” kata Luki.
Aku mengajari mereka mengambil foto dengan kamera HP ku yang bisa merekam foto 8 mega. Sebelum ke kamar mandi mereka ku minta mengambil foto masing-masing, dan sekaligus mengambil foto tanpa terkena wajahnya.
Setelah mereka mengerti, kemudian keduanya beranjak ke toilet sambil membawa HP ku. Aku berpesan agar masing-masing mengambil 5 jepretan.
Sekitar setengah jam mereka baru kembali sambil tertawa-tawa malu dan menyerahkan HP ku. Aku segera memeriksa hasil jepretan keduanya.
Terlihat Luki yang pertama kali di foto. Teteknya masih kecil dan baru mulai numbuh, sementara di selakangannya terlihat belahan rapat belum berbulu sama sekali. Memeknya menggunduk. Hasil Jepretan Anti lumayan bagus, setidaknya dari 5 jepretan ada 3 yang bagus. Aku bisa memperbaikinya dengan mengedit melalui Photoshop. Foto Anti terlihat teteknya agak besar menggembung dan di memeknya sepertinya ada sedikit rambut.
Lumayan juga kedua anak ini cukup cerdas sehingga gambar mereka cukup jelas.
Aku memberikan pecahan 50 ribuan masing-masing ke Anti dan Luki. 
Aku mengeluarkan 2 lembar kertas kecil yang ada lemnya (post it), biasanya kugunakan untuk menandai file-file ku di kantor. Di situ kutulis no HP Esiaku. Aku berikan ke mereka masing-masing dan kuminta ditempelkan di gitar dan kecrekannya. “ ini no telp oom, kalau kalian mau duit lagi telp oom,”
“Ya nelponnya dari mana oom, kan kita gak punya HP,” Luki komplain.
“ Ya dari telpon umum kek, atau pinjem sebentar ke orang atau ke Wartel, paling gak abis 1000. Tapi kalau gak bisa nelpon ya nanti Oom ada di tempat kita tadi ketemu jam 1 siang 3 hari lagi.,” kataku.
Kami berpisah hari itu dan aku mendapatkan gambar tetek dan memek kecil dari 2 gadis yang baru tumbuh.
Belum sampai 3 hari HP Esiaku berdering dari no yang gak ku kenal. Waktu itu baru jam 2 siang aku sedang malas-malasan di kantor sehabis kembali dari rapat di luar. “ Oom ini Luki, uang kita dipalak habis sama anak-anak tadi di Senen, jadi kami gak punya ongkos pulang,” kata suara di telepon dengan suara setengah menangis.
Mereka kelihatannya terlantar di Senen. Setelah keberadaan mereka ku ketahui aku berjanji akan menjemputnya sekitar setengah jam lagi.
Ketika mobilku merapat di tempat mereka berdiri dan ketika ku klakson dan membuka kaca jendela, air muka mereka terlihat gembira. Mereka langsung masuk ke mobil ku. Luki duduk di depan dan Anti duduk di belakang.
“oom fotonya masih ada nggak,” tanya anti.
“sudah oom apus, setelah puas ngliat langsung oom apus takut ntar ketahuan bini oom,” kata ku berbohong. Padahal foto mereka sudah tersimpan di flash disk ku. 
Ternyata jawabanku melegakan.
“Oom bagi duit dong oom,” kata Luki terus terang dengan nada merengek.
“Boleh aja, asal kalian mau kayak dulu lagi,” kataku.
“ Ih oom kok gak bosen sih,” kata Anti.
“Sekarang oom malah mau kasih kalian 100 seorang.” kata ku.
“ Yang betul oom, ah boong kali,” kata Luki dengan nada gembira.
“ Ya tapi yang ambil fotonya oom sendiri dan kalian masing-masing bukan 5 foto, tapi 50 foto kataku.
“ Ih banyak amat, rugi dong kita,” kata Luki.
“Ya nanti oom tambahin HP Esia dan pulsanya sekalian 50 ribu,” kataku.
“Ini bener oom,” kata Anti.
“ Ya benerlah kalau kalian mau,” kataku.
“Terus motonya dimana,” tanya Luki.
“Ya nanti oom carikan tempatnya kalau kalian setuju,” Jawabku.
“Gimana Ti lu mau gak,” tanya Luki yang kelihatannya antusias.
“”Terserah lu deh,” kata Anti. Aku menangkap mereka mau menerima tawaranku.
“Boleh deh oom,” kata Anti.
Setelah persetujuan itu, aku mampir ke counter HP, Mereka aku minta tetap tinggal di mobil yang kuhidupkan sehingga ACnya tetap menyala. Dua HP seharga 200 ribu, baru, kutenteng. Mereka antusias sekali ingin tau HP macam apa yang kubeli. “ HPnya kayak punyanya mpok Iyah,” kata Luki.
“ Oom nanti kasi tau ya caranya,’ kata Anti yang sudah mendekap kotak HP.
Mobil ku arahkan ke Motel dan sebelumnya, Luki kuminta jongkok bersembunyi di kolong dashboard dan Anti duduk bersimpuh di jok depan sehingga terlihat seperti wanita dewasa. Kaca mobilku agak gelap sehingga petugas motel tidak bisa menengarai kalau di sampingku adalah cewek di bawah umur.
Setelah pintu garasi tertutup, mereka kuajak naik kekamar diatas garasi.
Keduanya melihat-lihat sekeliling kamar dan mencoba menghidupkan TV. Aku menyambar telepon dan langsung memesan 3 porsi nasi goreng, 3 botol aqua ukuran 600 ml dan 3 botol Fanta Merah dingin.
Ketika bel pintu berbunyi mereka kuminta bersembunyi di kamar mandi. Setelah urusan bayar kamar dan makanan selesai dan petugas room service berlalu mereka ku minta keluar dari persembunyian.
Aku memulai aksiku memotret mereka berdua dalam pakaian lengkap. Selanjutnya foto dari mulai mereka membuka baju sampai akhirnya telanjang. Foto berikutnya adalah di kamar mandi. Aku minta mereka agar membersihkan diri dulu sebelum sesi foto selanjutnya. Berbagai pose mereka mandi sudah kudapatkan. Aku kali ini tidak mengabadikan foto dengan kamera HP tetapi dengan kamera digital, seihingga hasilnya lebih bagus.
Mereka pada awalnya memang malu-malu, tetapi lama-kelamaan jadi terbiasa dan menuruti pose-pose yang kuinginkan. Setelah foto mandi, seterusnya aku mengatur mereka di tempat tidur dalam berbagai pose sampai close up ke memek mereka. Setelah aku merasa semua pose dan gambar yang kuinginkan ku dapat, aku menyudahi sesi pemotretan.
Tadi sebelum sesi foto di tempat tidur setelah mereka mandi, aku mengajak mereka makan. Yang istimewa aku minta minum air sebanyak-banyaknya sehingga sebotol Aqua hampir habis dan sedikit Fanta Merah. Aku punya tujuan untuk itu.
Setelah selesai sesi foto di bed, tidak lama kemudian mereka mengatakan kebelet pipis.
Inilah moment yang ingin aku rekam, yakni foto ketika air kencing mereka mancur dari belahan memek mereka masing-masing.
“ Ih oom ini aneh, masak orang kencing aja di foto,” kata Anti.
Lumayan juga hasil jepretanku, cukup jelas moment-moment ketika pipis mereka keluar.
Aku juga berhasil mengambil bagian dalam memek mereka masing-masing, sampai terlihat bagian selaput perawannya.
Aku menunggu sampai mereka kencing untuk yang kedua kali, baru kami mengakhiri pemotretan.
Lumayan juga koleksiku sangat lengkap untuk foto soft core 2 anak di bawah umur. Selanjutnya aku ingin tau lingkungan kehidupan mereka Aku berganti kaus dan celana jean dan bersandal jepit ikut masuk ke kampung kedua anak ini. Mobil kuparkir di satu rumah sakit dan selanjutnya dari situ kami bertiga naik angkot sampai ke depan gang tempat mereka tinggal. Aku mengatakan kepada mereka , agar mereka memberi tahu ibunya bahwa aku sedang cari rumah kontrakan.
Aku dibawa ke gang sempit dan menyuruk-nyuruk di bawah jemuran lalu sampailah ke rumah Anti. Ibunya heran melihat kehadiranku. Tetapi setelah anaknya mengatakan bahwa aku mau cari kontrakan di daerah situ, akhirnya Ibunya paham hubunganku dengan anaknya.
Mereka juga kuminta tidak demonstratif menunjukkan HP barunya. Kotaknya kusuruh buang dan HPnya dimasukkan ke dalam tas. Kalau nanti orang tuanya tau soal HP itu, sudah kuajari bahwa mereka nemu di mikrolet.
Ibunya lalu mengajakku berjalan menyusuri gang-gang disekitar rumahnya. Ada sekitar 3 rumah yang ditunjukkan yang bisa dikontrak. Aku pun berlagak serius menanyakan macam-macam soal harga dan sebagainya, agar ibunya tidak curiga.
Dengan lagak serius akan mencatat nomor-2 kontak pemilik rumah kontrakan itu sampai akhirnya kami berpisah. Selama berkeliling itu hasil korekan informasiku, ternyata ibunya Anti mempunyai 3 anak, yaitu 2 adik dari Anti. Luki, meski masih punya ayah, tetapi jarang pulang dan tidak pernah memberi uang belanja ke rumah tangganya. Sehingga Ibu Luki yang harus banting tulang jualan kue keliling kampung. Mereka masing-masing keluarga hanya menempati sepetak kamar kecil. Luki mempunyai seorang adik laki-laki.
Di Kelurahan Tambora Jakarta, itulah gang sempit tempat mereka tinggal.
Seminggu kemudian di HP ku masuk panggilan dari No HP Anti. Yang berbicara ternyata maknya Anti. Ibunya berterima kasih kepadaku karena anaknya dibelikan HP dan dikasi uang. Ternyata skenario sandiwara yang harus mereka mainkan tidak jalan. Anti mengaku terus terang bahwa HP itu aku yang membelikan. Tapi dia pintar juga mengarang cerita. Karena sekenario Anti HP itu diperlukan karena aku akan membiayai dia kembali ke bangku sekolah. Jadi HP adalah alat komunikasi untuk keperluan itu. Jadinya ibunya berkali-kali berterima kasih soal aku akan membiayai Anti kembali sekolah.
Padahal masalah ini belum pernah aku bicarakan dengan mereka berdua. Menurut ibunya Anti, dia juga sudah berbicara masalah bea siswa itu kepada maknya Luki. Mak Luki juga menyambut gembira.
Sebelum telepon ditutup Anti bersama Luki minta ketemu aku lagi besoknya.
Keesokan hari kebetulan itu Sabtu siang, aku ketemu lagi mereka berdua. Aku langsung komplain bahwa aku tidak pernah menjanjikan akan memberi bea siswa kepada mereka.
“Lha oom kan bilang ke kita , mau sekolah lagi nggak, kalau mau sekolah harus pandai cari duit, Oom kan banyak duitnya ya kami minta ke oom saja,” kata Anti.
“Wah aku kemakan sama omonganku sendiri ketika kami makan Fried Chiken tempo hari.,” batinku.
Otak jalangku langsung berputar dan berhenti pada kesimpulan ingin menikmati keperawanan mereka. “ Gimana kalau masing-masing kalian oom kasih 2 juta,” tanyaku.
“Ah yang bener oom, kok banyak amat,” tanya Luki yang memang lebih bawel.
Iya tapi gak sekaligus, jadi misalnya hari ini Anti, nanti berikutnya baru Luki,” kataku.
“Terus kita disuruh ngapain,” tanya Anti.
Dengan keberanian penuh aku terus terang mengatakan, “ Oom mau perawan kalian,” kataku.
Kedua mereka seperti terperanjat dan saling pandang-pandangan. “ Ih oom gak mau ah kalau itu, kita kan masih kecil,” kata Anti.
“Ya terserah kalian, tapi kalau kalian nanti berubah pikiran telpon oom ya,” kata ku.
Kami kemudian berpisah dan masing-masing kugenggami 100 ribuan. Aku sebetulnya tidak terlalu berharap banyak melihat reaksi mereka yang kayaknya tidak bersedia. Tapi bagiku dengan biaya yang sudah kukeluarkan rasanya sebanding dengan foto-foto yang kudapatkan.
Aku sudah melupakan soal keperawanan mereka, setelah lebih dari 10 hari mereka tidak mengontak HP ku. Tapi hari itu masuk no HP Anti. Dengan agak bingung menyusun kata-kata, Anti mengatakan bahwa dia mau menerima tawaranku, tapi syaratnya dia harus ditemani Luki. Aku katakan tidak masalah. 
Pada hari yang ditentukan, jam 10 pagi aku menjemput kedua anak itu di satu Mall. Mereka tidak lagi membawa peralatan ngamen. Anti kelihatannya gelisah dan wajahnya selalu menunduk. Aku mencairkannya dengan mambawa makan. Akhirnya suasana cair.
Kami segera menuju motel. Begitu masuk kamar setelah semua urusan kamar beres, aku segera memberikan 2,5 juta ke Anti. Diterimanya uang itu tanpa dia hitung. Buru-buru dimasukkan ke dalam tas kecil. Anti kuminta membersihkan diri. Keluar dari kamar mandi Anti masih berpakaian langkap. Sementara itu Luki aku suruh duduk saja melihat kami. Kamera segera kusiapkan untuk merekam saat defloration. Aku juga sudah membekali diri dengan K jel untuk melancarkan penetrasi.
Anti terbujur kaku dengan pakaian lengkap yang terdiri dari T Shirt dan celana jean di tempat tidur. Aku mengambil foto ketika dia masih lengkap berpakaian. Aku mencopot kausnya sehingga tampak mini set warna krem menutupi bagian dadanya. Celana jeannya ku pelorotkan dan tampak celana dalam merah yang lusuh.
Anti berusaha menutupkan tangannya ke buah dadanya dan ke selakangannya. Aku kembali mengambil foto dengan meminta Anti agar tangannya tidak menutup bagian-bagian itu. Setelah foto ku ambil dari berbagai arah, berikutnya aku membuka mini setnya. Pada posisi hanya bercelana dalam aku kembali mengabadikannya. Setelah itu aku membuka celana dalamnya sehingga dia telanjang bulat tidur di tempat tidur. Aku kembali mengambil gambarnya dari berbagai posisi sampai dia ngangkang dan close up di bagian lubang vaginanya yang masih rapat. Aku berusaha mendapatkan gambar lubang vaginanya yang masih memiliki selaput dara. Dia kuminta bantuan untuk menguakkan belahan vaginanya. Anti mengeluh sakit ketika dibuka lebar-lebar vaginanya. Aku minta dia bertahan sebentar. Aku mengambil belahan vagiannya yang terbuka lebih lebar dan berwarna merah di dalamnya. Selaput daranya terlihat sedikit dari bagian luar.
Aku mulai membuka baju dan kutingalkan celanda dalamku. Aku mulai mencumbui Anti dengan menciumi leher, kedua putting susunya yang masih kecil dan menghisap bisap teteknya. Dia menggelinjang kegelian.
Selanjutnya mulutku turun ke bawah mengarah ke memeknya. Anti menahan kepalaku karena merasa geli kuciumi di sekitar kelaminnya. Aku menjilati pelan-pelan seputar memeknya sampai gundukan belahan memeknya. Lidahku secara bertahap mulai mengarah ke kelentitnya. Dia kegelian luar biasa ketika jilatanku mengenai kelentitnya. Aku tidak meneruskan menjilati kelentitnya, tetapi disekitar lubang vaginanya. Setelah dia mulai bisa menerima adaptasi jilatanku, tidak lagi merasa terlalu geli ketika lidahku menyentuh kelentitnya. Anti berkali-kali menggelinjang ketika ujung lidahku mengenai kelentitnya. Selanjutnya dia melenguh sebagai reaksi rangsangan kelentitnya aku oral. Aku yakin dia mulai terangsang setelah klentitnya terasa mengeras. Aku terus menjilati kelentitnya sampai akhirnya dia mengejang mencapai orgasmenya yang pertama. Cairan lendir di belahan memeknya makin banyak, meski tidak dapat dikatakan banjir. Selanjutnya aku kembali mengabadikan lubang memeknya. Terlihat lubang memeknya sedikit lebih menganga. Mungkin ini reaksi alami untuk vagina yang siap untuk dipenetrasi.
Aku membuka celana dalamku dan mengolesi seluruh penisku dengan jelli dan juga melumuri seluruh permukaan lubang vaginanya. Anti kuminta tidur dengan ganjalan bantal di bawah pantatnya. Aku memposisikan tegak bersimpuh lututku dan mengarahkan kepala penisku ke lubang vaginanya .Moment itu aku rekam dengan mode video di kameraku. Berkali-kali kepala penisku terpeleset gagal masuk ke lubang vagina. Setelah agak berhati-hati kepala penisku berhasil menyusup ke vaginanya. “ Aduh oom sakit,” kta Anti.
Dia kuminta untuk menahan sebentar rasa sakit itu. Penisku kutekan lagi lalu kutarik dan melakukan gerakan maju mundur untuk melakukan adaptasi di lubang yang sangat sempit itu. Ujung penisku menyentuh selaput daranya, dan Anti kembali mengeluh rasa sakit. Kutarik sedikit dan kutekan lagi berkali-klai setelah lancar baru aku dorong agak kuat agar berhasil menembus selaput daranya. Usaha ku berhasil dan penisku ambles perlahan-lahan ke dalam memeknya. Semua moment itu berhasil terekam dengan pencahayaan yang baik. Kontras sekali terlihat memek kecil yang diterobos oleh penis orang dewasa yang terbenam di belahan memeknya. Aku tidak mampu bertahan delam jepitan ketat memek anti sehingga terasa spermaku segera meledak. Kutarik buru-buru penisku dan kutumpahkan semua sperma itu ke perut Anti. Batang penisku terlihat diselaputi darah. Kukuak lubang memek Anti terlhat memerah dan terdapat sedikit darah. Lubang vaginanya terlihat terbuka lebar bekas penetrasi penisku, didalamnya memerah bercampur seikit darah. Penisku yang masih agak keras kutempelkan ke depan lubang vaginanya dan terlihat penis berdarah dan memek yang juga berdarah dengan bulu hanya beberapa helai di memek Anti. Aku kembali mengambil foto seluruh tubuh anti dengan cairan sperma di perutnya.
Anti kemudian kubimbing bangun dan ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Dia berjalan tertatih-tatih karena selangkangannya terasa perih. Kami kemudian isirahat sejenak sambil menonton TV. Kami tidur berbaring bertiga bersama Luki yang masih berpakaian lengkap sementara kami berdua telanjang. 
Kutawari Luki 200 ribu, untuk kerja mengoral penisku. Mulanya dia tidak mau, tetapi setelah ku bujuk dan kuberi langsung uang 200 ribu, akhirnya dia setuju dan membuka seluruh bajunya.
Aku membantu Anti membuka bajunya . Dia hanya menggunakan singlet untuk menyamarkan tonjolan tetek dan pentilnya agar tidak membayang di kaus. Celana dalamnya terlihat kedodoran, karena mungkin karetnya sudah longgar. Memeknya masih gundul dan mencembung.
Aku telentang dan Luki kuajari untuk mengoral penisku yang masih lemas. Mulanya dia ragu dan melakukan gerakan oral agak kaku. Tetapi itu tidak berlangung lama setelah penisku juga bereaksi makin memuai setelah dihisap oleh Luki.
Penisku sudah berdiri tegak kembali. Luki kuminta tidur berbaring di samping Anti. Aku kembali merangkak di antara kedua kakinya. Kedua kakinya kulebarkan dan dan kulipat agar lebih mudah aku memasukkan penis. Untuk penetrais kedua ini aku masih memerlukan bantuan jell. Tidak terlalu susah, penisku perlahan-lahan bisa terus masuk ke dalam memek Anti. Anti masih merasa sakit dengan penetrasi penisku. Aku terus menggenjot memek yang terasa sangat sempit dan mencekam penisku.
Bosan dengan posisi aku diatas. Aku mengarahkan Anti agar dia berada diatasku. Kami berdua berguling dengan teta[ mempertahankan penisku tertancap. Anti semula telungkup dan diam diatas tubuhku. Dia belum tahu harus bagaimana. Aku mengajarkan dia agar bangun dan mendudukiku. Posisi badanku dengan Anti menjadi 90 derajat. Aku kembali mengambil kameraku dengan mode video mengabadikan memek Anti yang naik turun menelan penisku. Lama-lama anti mahir melakukan gerakan sampai terasa spermaku akan meledak. Ku Dorong Anti dan kuraih penisku yang kemudian menyemburkan sperma. Di perutku sendiri.
Semua adegan itu terekam dengan baik di kameraku.
Kami meneyelesaikan pesta deflorasi dalam waktu sekitar 3 jam. Dari motel mereka berdua kuajak ke departemen store. Anti kubelikan berapa pasang pakaian dan sepasang sepatu. Sementara Luki hanya kubelikan satu celana jean dan satu tas. Aku bermaksud mengajak Anti jalan, agar dia terbiasa jalan seperti biasa, bukannya tertatih-tatih karena memeknya perih. Kalau dia pulang dengan jalannya yang aneh, bisa gawat nanti aku.
Kujanjikan ke Luki kalau dia melepaskan perawannya akan menerima seperti yang diterima Anti.
Aku melepas mereka dengan dengan ujung gang tempat mereka tinggal.
Aku merasa lemas setelah 2 kali ejakulasi hari ini. Kepalaku enteng dan sesampai di rumah aku langsung istirahat dan tertidur pulas.
Seminggu kemudian giliran Luki meneleponku. Dia mengatakan juga akan melepaskan perawannya.
Skenarionya sama dengan Anti, tetapi memek Luki lebih kecil sehingga membutuhkan kesabaran lebih. Aku berhasil memerawani dia. Luki menangis ketika aku memasukkan penisku ke memeknya. Dia tidak mampu menahan rasa sakitnya. Tetapi lama-lama dia terdiam ketika aku terus memompakan penisku ke memeknya. Luki tidak mampu menerima penetrasiku yang kedua, sehingga ronde kedua aku memompa Anti, yang lubang memeknya sudah bisa beradaptasi dengan penisku. Meskipun begitu lubangnya masih terasa sempit.
Nikmat sekali rasanya menindih cewek yang baru berkembang tubuhnya, teteknya masih mengkal dan lubangnya masih sempit.


Baca juga...



Kembali ke Beranda

0 komentar:

:)) ;)) ;;) :D ;) :p :(( :) :( :X =(( :-o :-/ :-* :| 8-} :)] ~x( :-t b-( :-L x( =))

Posting Komentar

Pilih judul

Kategori

Pengunjung

Ditunggu kunjungnya kembali...