Klik disini untuk melihat judul cerita yang akan segera terbit !!
Diberdayakan oleh Blogger.

Senin, 18 Agustus 2014

Kelompok Junior II

Bagikan :

Salah seorang pembaca blog saya tertarik menuangkan pengalamannya ketika dia masih berada di Amerika Serikat. Dia memang bule, sudah cukup lama bekerja di
Indonesia sehingga cukup fasih berbahasa Indonenesia. Awalnya kami chating bertukar pengalaman sampai akhirnya kami tidak puas dan bertemu langsung. Dia mempunyai kisah, yang katanya cukup menarik jika dipaparkan. Ia minta bantuan saya menuliskan ceritanya dalam bahasa Indonesia.
Ceritanya memang cukup seru, dan rasanya tidak mungkin terjadi di Indonesia. Kebudayaan barat yang demikian terbuka , sehingga kejadian yang dikisahkan itu tidak mungkin bisa terjadi di Indonesia.
Kepada para pembaca saya ingatkan agar tidak perlu membaca cerita ini, jika kurang menyukai masalah hubungan sex dalam keluarga dan melibatkan hubungan anak di bawah umur. Oleh karena itu anda tidak perlu mencela kisah pembaca saya ini jika memang anda tidak bisa menerima kenyataan incest dan child sex.
Saya perkenalkan dulu pembaca saya yang berkisah ini adalah Jack Smith, pria di usia 40an menjelang 50 tahun. Seperti bule pada umumnya dia kelihatan cukup ganteng, badannya atletis dengan tinggi hampir 180 cm. Dia beristrikan Sue beda 2 tahun lebih muda, bekas teman kuliahnya dulu. Mereka memiliki 3 anak perempuan masing-masing Mindy (10 tahun), Polly (8 tahun) dan Suzi ( 5 tahun). Sebaiknya anda tidak usaha mengingat-ingat usia mereka, karena dalam cerita selanjutnya saya akan mencantumkan usia mereka lagi.
Cerita ini terjadi ketika mereka masih tinggal di negara bagian Indiana, AS, beberapa tahun yang lalu. Smith dan Sue adalah orang tua yang bekerja, Smith bekerja pada perusahaan asuransi dan Sue di perusahaan real estate.
Dia memulai bercerita. Terus terang kami bukan keluarga yang normal seperti pada umumnya yang terlihat di Indonesia maupun di Amerika. Kami punya kehidupan sex yang mungkin berlebihan jika dibandingkan dengan keluarga normal. Kehidupan sex saya dan Sue sangat bebas. Kami sering bergabung dalam pesta sesama teman kampus, minum-minum bahkan kami sampai telanjang dan saling melakukan hubungan sex. Saya pun penganut sex tukar pasangan. Bagi kami itu adalah variasi dari fantasi sex kami.
Namun sejak berumah tangga, apalagi sudah mulai punya momongan kehidupan itu kami hentikan. Mungkin bosan juga atau mungkin karena banyak waktu tersita untuk pekerjaan dan berkumpul bersama keluarga.
Di suatu hari di musim panas, ketika menjelang akhir pekan Sue mengemukakan gagasan yang menurutku agak menarik. Dia mengajak kami sekeluarga untuk menikmati liburan di nudist resort yang tidak jauh dari tempat tinggal kami. Sekitar 2 jam lah berkendara. Menurut Sue dia mendapat banyak cerita dari teman-temannya bahwa wisata di nudist resort sangat menyenangkan .
Seperti umumnya keluarga normal, aku juga sering memandikan anak-anak membantu Sue. Tetapi setelah mereka tumbuh besar mereka memilih untuk mandi sendiri dan mengenakan bajunya sendiri. Jadi saya tidak lagi melihat perkembangan tubuh mereka secara utuh sejak mereka bertambah besar.
Si sulung Mindy dalam usianya 10 tahun terlihat mulai tumbuh menjadi gadis remaja. Badannya terlihat mulai berkembang dengan pantatnya makin montok dan payudaranya mulai menyembul di balik bajunya. Sementara Polly dan Suzi masih seperti anak-anak seusia mereka yang belum berkembang lemak-lemak tubuhnya.
Sebelum aku menjawab keinginan Sue, aku jadi membayangkan bakal melihat anak-anakku telanjang. Kelihatannya suatu budaya keterbukaan yang menyenangkan. Aku akhirnya menyetujui dan ketika Sue mengumumkan kepada anak-anak, mereka pun sama sekali tidak keberatan.
Jumat pagi aku mengemasi barang-barang yang akan kami gunakan di kamp nudist. Anak-anak kelihatan riang sekali akan menikmati liburan. Aku bertanya dalam hati, apakah mereka tidak malu jika harus telanjang di area publik. Padahal mereka selama ini menyembunyikan tubuhnya dengan memilih untuk mandi dan berpakaian sendiri.
Aneh juga. Inilah antara lain yang mendorong aku untuk mencoba liburan nudis.
Sesampainya di pintu gerbang area nudis, kami disambut oleh seorang wanita berusia sekitar 40 -50 tahun. Dia berpakaian lengkap, menemui kami dan memberi sedikit briefing mengenai do and don’t di wilayah nudis. Meski berpakaian tapi saya bisa menginterpasikan bahwa dia menggendong susu sangat besar dan bokongnya gemuk. Setiap kali dia bergerak, susunya juga bergerak, gundal-gandul. Saya berkali-kali menatap pemandangan itu, sampai Sue menyikut saya dan memperingatkan agar jangan terlalu menatap begitu.
Dia menunjukkan tempat mobil kami diparkir. Kami mendapat penginapan di sebuah kabin yang lumayan luas, tetapi tidak ada kamar. Jadi ada 2 tempat tidur besar dalam kamar itu. Ada kamar mandi dan dapur kecil. Sekeluarnya kami dari kabin ini sudah diharuskan bugil.
Di sekitar tempat parkir sudah mulai terlihat lalu lalang orang telanjang dengan santainya. Aku sempat terpana melihat beberapa gadis cantik melintas dalam keadaan bugil. Sue meledek saya , agar saya jangan terlalu menatap gadis-gadis itu. Akibatnya bakal bisa membuat malu, karena ketika harus telanjang nanti penis saya berdiri. Saya pikir benar juga. Akhirnya saya berusaha menetralkan pikiran saya dan mulai membuka baju saya .
Aku lihat Sue malah lebih cepat bugil. Anak-anak juga melakukannya tanpa ragu. Saya malah paling belakangan berbugil.
Saya sempat terkesan oleh pertumbuhan anak-anak. Mindy terlihat mulai tumbuh, teteknya mulai membengkak dengan putting susu yang masih kecil, tetapi di kemaluannya belum ada jembut meski kelihatan lebih cembung . Polly rupanya juga mulai ada tanda-tanda akan tumbuh. Daerah seputar putingnya agak mencembung, tetapi memeknya masih seperti memek anak kecil. Kalau Suzi masih seperti anak-anak kecil, karena baik susunya maupun memeknya belum terlihat ada perkembangan.
Setelah kami semua bugil, bersama-sama menuju kolam renang . Di sana semua bugil, ada yang tua ada yang muda, gendut kurus, ada yang penisnya cukup besar, ada pula yang hanya kuncup kecil. Tapi mereka semua kelihatannya cuek. Aku sendiri cukup bangga dengan penisku yang jika menegang penuh bisa mencapai panjang 20 cm. Jadi meski dalam keadaan tidur, penampilannya tidak memalukan. Ini juga yang membuat saya tidak minder ketika Sue mengemukakan gagasan liburan di camp bugil.
Camp nudis cukup luas dengan kolam renang besar masing-masing di area terbuka dan area tertutup. Ada danau yang cukup jernih meskipun tidak terlalu luas. Fasilitas olahraga lumayan lengkap. Ada juga restoran. Semua petugas juga ikut telanjang.
Peraturan di camp itu antara lain adalah tidak boleh melakukan hubungan suami istri di tempat terbuka. Sebab di tempat itu banyak terdapat anak-anak yang masih di bawah umur. Saya pikir aturan ini cukup wajar, karena bugil, tidak berarti bebas ngentot.
Selain fasilitas yang saya sebutkan tadi juga ada semacam hutan yang cukup luas namun terpelihara. Disediakan jalan setapak dan beberapa tempat beristirahat di dalam hutan itu.
Seharian kami bersukaria menikmati berbagai fasilitas disitu. Dan yang paling menyenangkan kami bisa berjemur sehingga warna kulit kami menjadi lebih gelap dan merata.
Sambil berjemur saya menikmati pemandangan ketelanjangan yang lalu lalang. Benar juga kata Sue liburan di kamp nudis memang liburan yang total dan menyenangkan.
Anak-anak kelihatannya juga sangat menikmati. Mereka dengan mudah mendapat teman seusia mereka.
Saat malam tiba dan saat nya kami istirahat, aku tidur bersama Sue di satu ranjang, sedang anak-anak bergabung dalam satu ranjang yang cukup lebar. Ranjang kami hanya terpaut jarak kurang dari 1 meter.
Semua lampu dimatikan sehingga kabin jadi gelap gulita. Kami semua tidur dalam keadaan telanjang. Udara kebetulan cukup hangat sehingga tanpa selimutpun rasanya masih nyaman tidur tanpa busana.
Pada awal lampu dimatikan, kabin terasa gelap gulita. Saya tidak dapat melihat ke tempat tidur anak-anak. Saya rasa mereka pun tidak bisa melihat kami.
Seperti biasa, Sue yang nafsu sexnya cukup besar mulai menggerayangi penis saya. Penis sebesar anak kucing itu pelan-pelan mulai bangun . Saya bisikkan ke Sue bahwa ada anak-anak di sebelah. Dia menjawab bahwa dalam kegelapan tidak akan terlihat.
Dasar rangsangan mulai naik, sayapun jadi tidak perduli dan memang benar juga kata Sue bahwa aktifitas kami gak bakalan terlihat oleh anak-anak.
Sue mulai mengulum penis saya. Istriku ini boleh dibilang pantas mendapat gelar master dalam keahliannya mengulum. Aku jadi sangat terangsang sekali. Dalam keadaan itu terasa aku mulai bisa melihat remang-remang di dalam kabin, Setidaknya aku bisa melihat anak-anakku sedang tidur. Mereka berjajar, dari yang paling depan, Polly, Suzi dan Mindy di pinggir sana.
Sue rupanya makin hot, sehingga dia minta posisi 69. Sue berada di atas saya sehingga saya agak leluasa mejilati memeknya.
Penis saya sudah mendongkrak keras sekali dan saya bisa melihat seperti tiang jembatan menyangga mulut Sue yang keluar masuk.
Sue mengubah posisi, dia memasukkan penis saya ke dalam memeknya yang sudah berlendir. Sambil merebahkan tubuhnya dia mulai melakukan gerakan naik turun dan maju mundur. Sue adalah tipe cewek yang berisik jika melakukan hubungan. Desisan dan lenguhannya seperti tidak bisa dia kontrol. Aku jadi khawatir, karena ini akan mengusik anak-anak. Tapi kelihatannya Sue tidak peduli meski beberapa kali sudah kuingatkan.
Aku pun agak menurun kesadarannya karena memang memek Sue rasanya menjepit sekali. Sue makin hot menjelang dia mencapai orgasme dan akhirnya dia melenguh panjang. Untuk mengurangi suaranya aku terpaksa membekap mulutnya dengan mulutku. Tapi sebentar saja Sue melepaskan dan dia kembali melenguh.
Aku jadi ingat anak-anak, kulihat samar-samar Mindy memperhatikan permainan kami. Hal ini kubisikkan kepada Sue, tapi tampaknya dia tidak perduli. Dia malah meminta saya berada di atasnya untuk meneruskan permainan. Sayapun sudah merasa nikmat dan tanggung, saya mengikuti kemauannya dan mulai menggenjotnya dengan gerakan kasar. Sue malah makin berisik dengan mengucapkan fuck me harder berkali kali. Aku jadi terpancing melakukannya dengan gerakan cepat sampai akhirnya kami mencapai orgasme bersamaan.
Dalam keadaan puas mataku jadi kelihatan makin nyata melihat kabin sekeliling. Aku sempat menangkap Mindy berpaling dari kami. Ternyata penyesuaian mata sudah sempurna dalam kegelapan sehingga ruangan kabin tidak terasa gelap gulita lagi, tetapi sudah remang-remang.
Kami jatuh tertidur sampai pagi.
Ketika pagi hari kami bangun, anak-anak tidak terlihat canggung mereka terlihat tidak mengesankan tahu aktifitas kami malam itu. Aku sedikit tenang, karena mereka kembali berceloteh seperti bagaimana umumnya anak-anak.
Hari kedua, aku dan Sue setelah puas berenang kami berdua berkeinginan menjelajah hutan. Kelihatannya tempatnya nyaman. Kami cukup jauh berjalan sampai tidak lagi menemukan seorang pun. Sue mulai kumat lagi. Dia membujuk saya untuk melakukan permainan di alam bebas. Kami mencari tempat yang nyaman dan mulailah melakukan aktifitas saling merangsang sampai akhirnya melakukan hubungan di alam terbuka.
Rasanya memang rada lain dan ada rasa terlepas dari segala kekangan. Aku menangkap ada mata yang mengintai kami. Aku sebenarnya sejak awal sudah menangkap bayangan si pengintai. Tetapi dalam keadaan terangsang dan nikmat aku abaikan saja. Toh si pengintip akan tersiksa sendiri. Kelebatan si pengintip itu aku tangkap seperti sosok Mindy. Aku tertegun sejenak, tapi karena dia berlalu akhirnya aku abaikan saja.
Ketika hal itu kusampaikan ke Sue dia pun tidak terlalu menanggapi. Bahkan dia menuduhku salah melihat.
Malamnya di kabin aku dan Sue melakukan ritual lagi, dan Mindy kembali melihat aktifitas kami dari awal sampai akhir. Aku mulanya khawatir, tetapi karena Sue cuek saja, akupun jadi ikut cuek. Aku malah malam itu menangkap gerakan bahwa Mindy sepertinya melakukan masturbasi ketika kami sedang melakukan hubungan.
Minggu siang kami kembali ke rumah. Dalam perjalanan, entah angin apa Sue kumat lagi. Dia menarik tanganku agar mengobok-bok memeknya. Akhirnya dia kelojotan sendiri. Tapi itu tidak berakhir, Sue malah tidur dipangkuan saya dan berusaha membuka resleting. Batangku dikeluarkan dan dia mulai mengoral. Aku sambil menyetir tentu saja khawatir kegiatan kami diketahui anak-anak. Kulihat Polly dan Suzi tertidur di bangku kedua, sedang Mindy dibangku baris ketiga. Aku melihat di kaca spion dalam bahwa Mindy sepertinya kembali masturbasi.
Aku heran juga melihat kelakuan Sue yang tidak peduli kegiatan sexnya dilihat anak-anak. Dia selalu menampik bahwa mereka belum mengerti.
Kami akhirnya selama musim panas setiap minggu menghabiskan waktu di kamp nudis. Saya akui bahwa liburan di situ memang sangat menyenangkan. Selain itu aku mulai memperhatikan tubuh remaja-remaja abg yang baru tumbuh. Mereka kelihatan indah sekali dengan tetek kecil yang kenyal, putting kecil dan kadang ada jembut sedikit, atau malah kadang gundul. Ada yang susunya udah mulai cukup besar, tapi memeknya belum berjembut. Juga ada yang sebaliknya, jembutnya udah mulai banyak, tetapi susunya belum tumbuh sempurna membesar.
Sebelum ini aku sama sekali tidak tertarik dengan ABG, tetapi sejak Sue mengajak ke kamp nudis aku jadi berubah pikiran. Menurutku anak remaja yang baru tumbuh adalah bentuk yang terindah dari seorang wanita.
Satu hari kemudian setelah musim panas habis, aku melewati kamar Mindy. Dari pintu yang agak terbuka aku menangkap pemandangan dia tidur telanjang tidak tertutup selimut. Selangkangan Mindy tepat menghadap pintu. Aku sempat tertegun dan berlalu. Tetapi pikiranku jadi tergoda untuk melihat lebih dekat. Kebetulan suasana sepi, dimana anak-anak semua sudah tertidur, sementara Sue sudah mengorok dari tadi. Maklum memang sudah jam 2 malam.
Aku memutuskan berbalik kembali melihat pemandangan dari Mindy. Dadaku berdegub dan berkecamuk antara hal yang melarang dan yang mendorong rasa ingin tahu. Penisku pelan-pelan juga mulai mengeras.
Aku akhirnya menuruti rasa ingin tahu dan masuk ke kamar Mindy. Aku perhatikan dengan seksama mulai dari bagian dadanya sampai selangkangan
Aku memperhatikan dari dekat memek anak sulungku yang baru 10 menjelang ulang tahun ke sebelas bulan depan mulai ada sedikit rambut halus di sekitar gundukan mentulnya. Bibirnya gemuk dan belahannya rapat. Aku jadi penasaran ingin melihat lebih jauh. Pelan-pelan ku buka belahan memeknya. Terlihat di dalamnya merah dan lubangnya kecil sekali. Aku tidak yakin anak umur segitu bisa disetubuhi karena lubang vaginanya masih terlalu kecil.
Aku pun tergugah melihat susunya. Mindy kelihatannya masih pulas tertidur. Susunya memang mulai membengkak dengan pentil yang masih kecil. Aku jadi tergerak untuk sekedar menjilat pentil yang kecil itu. Pikiranku berkecamuk lagi bahwa ini adalah darah dagingku sendiri, dan perlakuan ini dapat memenjarakan aku cukup lama. Tapi rasa penasaran dan nafsu akhirnya mengalahkan semua peringatan itu.
Kujilat barang satu dua kali, Sensasinya memang luar biasa. Dari situ aku malah ingin lebih jauh, ingin menjilat memek Mindy. Pikiranku sudah tidak karuan antara melarang dan nafsu.
Aku lalu turun dan pelan-pelan lidahku mulai menyapu memek . Mungkin aku kurang kontrol karena kobaran nafsuku sampai akihrnya Mindy terbangun aku tidak menyadarinya. Aku baru terkaget ketika Mindy mengatakan, “ Aduh Pa enak sekali Pa terus pa.”
Meskipu aku kaget, tapi kata-kata anakku itu membuat aku makin gila. Aku mulai mengatur posisi yang lebih nyaman dan mulai lidahku menjelajahi bagian dalam memek anakku. Itilnya mulai menonjol dan menjadi sasaran jilatanku. Aku terus menjilatinya sampai akhirnya dia orgasme dengan mengejang.
Aku sudahi mengerjai anakku sendiri dan dengan berjingkat aku kembali ke kamar. Kontolku yang sudah keras membatu akhirnya aku salurkan ke Sue. Dia sih kapan saja dikerjai, ok-ok saja, meskipun di tengah kelelapan tidurnya.
Saya dengan Mindy kemudian sering melakukan, jika ada kesempatan. Bukan aku saja yang berkeinginan, tetapi Mindy juga sering mengajakku. Dia kelihatannya memang sangat menyukai memeknya aku jilati sampai dia orgasme. Dia pun kemudian mulai aku ajari untuk mengoral penisku. Mulutnya terlalu kecil untuk penisku yang besar ini, jadi dia tidak bisa melahapnya. Tapi dijilati dia lama-lama aku bisa ejakulasi juga.
Untungnya selama ini permainan ku bersama Mindy tidak pernah kepergok Sue dan Poly atau si kecil Suzi. Kami memang sangat berhati-hati, karena aku takut jika hal ini terungkap aku dalam bahaya besar.
Beberapa hari setelah ulang tahun yang ke 11 dalam satu kesempatan dimana Sue bekerja sampai larut malam dan kedua Polly dan Suzi sudah pulas, aku kembali mendatangi Mindy. Tampaknya dia pun sudah siap dengan kunjungan ku . Kami bercumbu sampai telanjang berdua. Kali ini aku menginginkan lebih dari sekedar mengoral dan dioral. Aku ingin mencoba menerobos memek kecil yang menggemaskan. Mindy pun mengaku ingin mencobanya, karena dia mengetahui dari cerita teman-temannya katanya rasanya nikmat sekali.
Aku terpaksa menggunakan bantuan jelly sebagai pelicin. Kaki Mindy sudah aku kangkangkan selebar mungkin lalu kepala kontolku aku arahkan ke lubang vaginanya. Aku tekan perlahan-lahan, terasa sulit sekali, meski hanya memasukkan kepala kontol. Aku tidak menyerah, berkali-kali aku dorong dan kulumuri dengan jelly agar makin licin. Aku minta Mindy agar relax sehingga lubangnya tidak menyempit. Mindy kemudian bisa bekerjasama. Perlahan-lahan kepala kontolku makin melesak ke dalam belahan vagina Mindy. Terlihat bahwa bibir memeknya meluber keluar seperti tidak mampu menampung desakan kepala penisku. Aku lalu melakukan gerakan perlahan-lahan maju mundur melancarkan jalan masuk kepala kontol. Sampai Mindy tidak merasa sakit aku mulai menekan lebih dalam lagi. Sampai batas topi baja, penisku sudah mentok. Ini mungkin selaput daranya menghalangi perjalanan masuk penisku. Aku mengarahkan Mindy agar menarik nafas dalam-dalam lalu menghembuskan lagi. Demikian berulang-ulang. Aku merasa ada sedikit gerakan di dalam memeknya.
Pada satu kesempatan dia menarik nafas panjang aku tekan paksa penisku menorobos masuk memecah selaput dara. Mindy berteriak kesakitan, katanya memeknya perih. Dia minta aku mencabutnya. Aku menurutinya, tetapi dia tahan badanku karena ketika gerakan penisku keluar dia merasa sakit. Dia minta aku bertahan dulu.
Sementara itu, penisku terasa seperti kejepit pintu, saking ketatnya memek Mindy. Aku mulai dijalari gelombang orgasme sampai pada titik yang tidak aku mampu bendung lagi. Akhirnya meledaklah ejakulasi di dalam memek Mindy. Otomatis penisku berkedut-kedut di dalam memeknya. Akupun agak lepas kontrol dengan menekan penisku lebih dalam lagi. Penisku masuk separuh lebih sedikit.
Mindy menangis, tetapi hanya mengeluarkan air mata, karena katanya memeknya perih. Aku setelah sadar dan siuman dari orgasme merasa kasihan dan agak menyesal juga, memaksa kontolku yang kayak anak kucing ini menorobos perawan Mindy. Tapi sudah terlanjur, dan sekarang berada terbenam lebih dari separuh.
Memeknya penuh dengan cairan spermaku sampai akhirnya meluber bercampur darah, tetapi darahnya tidak terlalu banyak, sehingga spermaku agak berwarna merah muda.
Penisku mulai menyusut setelah muntah tadi. Aku pelan-pelan menarik keluar, sambil Mindy meringis.
Dia komplain karena katanya tidak terasa enak malah sakit. Aku jelaskan semua perempuan akan merasakan sakit pada pertama hubungan, apalagi Mindy masih belum cukup umur sebenarnya untuk melakukan hubungan seperti ini.
Aku segera membersihkan bekas mani yang tercecer di alas yang sengaja aku siapkan di bawah pantat Mindy. Aku takut kasurnya ternoda, dan ini bisa menjadikan Sue tahu jika aku menyetubuhi anak kandung kami.
Lebih dari seminggu Mindy tidak berminat bercumbu. Pada awalnya dia merasa perih jika berjalan dan jika buang air kecil. Tapi itu hanya beberapa jam saja . Keesokan paginya meski masih terasa perih, tetapi sudah tidak membuatnya jalannya aneh.
Mungkin 10 hari aku tidak menyambangi Mindy karena tidak sampai hati. Namun malam ini ketika aku lagi asyik nonton sepak bola sampai larut malam, dan Sue sudah pulas, Mindy mendatangiku. Dia terus terang minta aku mencumbuinya.
Aku mana mungkin bisa menolak, apalagi Sue sudah 3 hari ini memeknya muntah darah. Kuikuti tarikan tangannya menunju kamar remaja Mindy.
Aku dan Mindy segera tenggelam dalam cumbuan berat dan dia sudah 2 kali mencapai orgasme berkat jilatanku.
Mindy berinisiatif ingin mencoba lagi merasakan kontolku dalam memeknya. Aku turuti kemauannya karena aku memang ingin juga.
Penerobosan masuk memeknya masih susah dan masih memerlukan jelly. Namun prosesnya tidak sesulit kala pertama dulu. Kepala kontol mulai melesak dan pelan-pelan aku dorong penisku terus masuk. Mindy masih meringis, tapi katanya tidak terlalu sakit. Aku melakukan gerakan memompa perlahan-lahan untuk membuka jalan. Gerakan maju mundur penisku mulai lancar dan Mindi tidak merasa sakit lagi. Aku perlahan lahan lebih memperdalam hunjaman penisku. Luar biasa, batang penisku yang 20 cm bisa tengelam semuanya. Ini tentu tidak aku duga. Aku semula hanya berniat main setengah tiang, tapi karena penasaran aku coba mendorong terus, dan nyatanya bisa.
Luar biasa ketatnya, penisku seperti diremas memek Mindy. Gerakan maju mundur memang tidak seleluasa ketika penisku masuk ke vagina Sue, tapi ini rasanya berbeda, karena lubang yang sangat sempit dan anehnya muat.
Gerakanku pelan sekali. Mindy mengatakan penisku terasa sampai diperutnya. Awalnya memang aku sangat mengontrol gerakan hati-hati. Tetapi setelah gesekan makin lancar dan gelombang kenikmatan sudah mulai menjalar, aku makin mempercepat gerakan. Mindy melolong-lolong, aku gak tau dia merasa nikmat atau mengekspresikan apa suaranya itu. Aku mempercepat gerakanku sampai akhirnya muncratlah sperma yang sudah 3 hari tertahan. Jumlahnya banyak sekali.
Aku sengaja tidak langsung mencabutnya tetapi tetap membiarkannya terbenam. Sampai semua tuntas keluar. Aku beristirahat sambil tetap berada di atas badan Mindy. Tentunya aku tidak sepenuhnya menindih badannya, aku tetap bertopang pada siku dan lututku.
Setelah rasa ngilu di kepala penisku hilang, iseng aja aku melakukan gerakan memompa. Penisku belum lemas benar masih agak tegang dan lobang vagina Mindy sudah licin oleh lumasan spermaku. Nikmat juga rasanya vagina yang ketat tapi licin sehingga terasa sensasi cengkeraman dan gesekan maju mundur. Penisku terasa nikmat oleh gerakan itu, sehingga setengah tegang dan kadang-kadang rada “kepenet”(sorry gak ada bahasa Indonesianya), penisku maju mundur.
Akibatnya tidak sampai melemas total, penisku sudah mulai menegang lagi. Memang tidak keras 100 persen, tetapi cukup kaku untuk bisa keluar masuk di vagina yang sempit. Aku makin semangat memompa dan kelihatannya Mindy merasakan kenikmatan. Mungkin Gspotnya terus tergesek sehingga dia makin merasa nikmat. Aku terus memompa sampai kemudian aku tidak sangka Mindy memelukku dan melingkarkan kedua kakinya kuat sekali. Aku merasa memeknya berdenyut.
Aku istirahat sebentar memberi waktu Mindy menikmati orgasmenya. Setelah dia siap kembali aku membalikkan posisi, sehingga dia berada diatasku. Mulanya dia bingung melakukan gerakan sampai sering penisku copot dari cengkeraman vaginanya. Tapi untungnya mudah untuk dimasukkan lagi. Mindy aku arahkan melakukan gerakan naik turun dan maju mundur sambil kadang-kadang melakukan gerakan memutar. Aku minta dia memindai gerakan mana yang dia rasakan nikmat lalu lakukanlah gerakan itu terus menerus sampai mencapai kenikmatan yang tinggi.
Mindy menemukan posisinya dan dia agresif sekali bergerak sampai akhirnya jatuh di pelukanku. Memeknya kembali berdenyut-denyut mencengkeram penisku.
Aku membalikkan posisi dengan aku menindihnya, Aku berkosentrasi agar bisa orgasme dan sekitar 10 menit kemudian terasa kenikmatan mulai menjalar dan pecahlah ejakulasiku untuk kedua kalinya di dalam memek Mindy.
Sejak saat itu setiap ada kesempatan Mindy selalu minta di sebadani. Mungkin sekitar 3 kali seminggu dia memintaku. Sejauh ini perbuatan kami tidak pernah ketahuan.


Baca juga...



Kembali ke Beranda

0 komentar:

:)) ;)) ;;) :D ;) :p :(( :) :( :X =(( :-o :-/ :-* :| 8-} :)] ~x( :-t b-( :-L x( =))

Posting Komentar

Pilih judul

Kategori

Pengunjung

Ditunggu kunjungnya kembali...