Klik disini untuk melihat judul cerita yang akan segera terbit !!
Diberdayakan oleh Blogger.

Senin, 18 Agustus 2014

Proyek Perawan Tua

Bagikan :

Rekan kerjaku bersebelahan meja adalah seorang wanita yang sudah cukup umur. Kalau nggak salah umurnya sekitar 42 tahun. Aku sebetulnya selama ini biasa-biasa saja. Namun akhir-akhir
ini aku merasa prihatin. Sampai seumur segitu, dia belum punya suami. Jadi di kantor ini dia dikenal sebagai perawan tua.
Orangnya memang kaku. Namun aku pikir ini adalah ekses dari karena dia perawan tua. Egoisnya tinggi sekali dan sulit menerima saran dan pendapat otang. Pendapat dia selalu dirasa paling benar. Mungkin karena sifat itu, dia sulit mencari jodoh. Mana ada cowok yang tahan menghadapi perempuan macam begini.
Posisinya di pekerjaan sudah lumayan tinggi dan gajinya tentu juga besar. Kami satu level hanya beda bagian saja. Aku lebih tua 2 tahun. Dia sering aku goda, sehingga aku terbiasa bercanda dengan dia. Orang lain tidak ada yang berani berbuat begitu, karena dia terkenal ketus.
Sebetulnya aku punya beberapa kenalan yang bisa aku kenalkan ke Mira. Tapi aku masih berpikir berulang-ulang. Sebab Mira belum tentu bisa cocok dengan teman-temanku. Sifatnya yang egois dan kaku itu merupakan kendala besar. Kelihatannya Mira, ibarat komputer harus diinstal ulang, biar softwarenya friendly user.
Gagasan untuk menata sikap Mira ini baru muncul akhir-akhir ini. Padahal kami sudah kenal lebih dari 10 tahun. Aku tidak langsung menjelaskan pikiranku ke Mira. Tetapi aku menyusun strategi untuk bagaimana bisa menata sifatnya agar mudah bergaul, paling tidak untuk memudahkan dia mendapat teman pendamping.
Aksiku dimulai dengan mengajak makan siang di restoran dekat kantor. Untuk itu saja bagi ku tidak mudah menjalankannya ke Mira. Aku tidak kenal menyerah, sampai akhirnya dia yang malah mengajakku makan siang di tempat favoritnya.
Step pertama sudah berhasil. Mira menjadi lebih akrab denganku. Dari makan siang berlanjut ke makan malam dan dari makan malam lanjut lagi sesekali dugem.
Aku memposisikan Mira sebagai sahabat, bukan TTM. Posisi itu dia pahami makanya dia mau aku ajak jalan. Proyek menata sifat Mira itu, tentunya aku rahasiakan ke istri di rumah. Aku selalu menemukan alasan untuk pulang lebih lambat dan sebagainya.
Cukup lama menjalin kearaban dengan Mira sampai dia mau diajak dugem. Sampai tahap itu dia kelihatannya sudah percaya kepadaku, bahwa aku tidak akan berbuat jauh. Memang banyak kesempatan sebetulnya untuk kucumbu, tetapi aku berusaha menahan diri. Padahal sebagai wanita, Mira memiliki sosok yang menarik. Buah dadanya ukurannya tidak begitu besar, bokongnya gede dan pinggangnya agak ramping. Wajahnya lumayan manis.
Mira akhirnya menjadi akrab sekali denganku. Tapi dikantor kami menjaga diri agar keakraban kami tidak diketahui pegawai lain. Dia sering curhat mulai dari masalah pekerjaan sampai masalah pribadinya.
Dari perasaan dia yang dalam aku mengetahui bahwa dia sebenarnya menginginkan punya suami. Tetapi beberapa kali dia menjalin hubungan selalu gagal.
Jika kami berada di luar lingkungan kantor, Mira bersikap manja sekali denganku. Aku diperlakukannya seperti pacar. Padahal menciumnya sekali pun aku belum pernah, tetapi dia sering menggelendot. Berkali-kali aku merasakan kelembutan payudaranya saat dia menggelendot, tetapi aku tidak mengambil kesempatan, sebelum aku yakin saatnya tepat.
Aku ingin menciptakan suasana agar Miralah yang aktif memintaku untuk mencumbunya. Aku tidak mau mengambil inisiatif mencumbunya. Padahal keinginan itu sebenarnya sudah mendesak didalam dadaku.
Kami sering menyewa kamar motel hanya untuk ngobrol. Ini adalah sesuatu yang sulit dipercaya. Karena di dalam motel itu, aku sama sekali tidak berinisiatif memulai menyerangnya. Kami hanya ngobrol, bahkan kadang-kadang Mira menangis di pelukanku. Awalnya memang sulit sekali membawa Mira masuk Motel. Kecurigaannya yang tinggi menjadi penghalang. Namun suatu hari dia berkata ingin curhat banyak. Aku ajak ngomong di food court mall, tapi setelah disana, tidak bisa banyak ngomong, karena bising dan banyak orang lalu-lalang. Lalu aku tawarkan bagaimana kalau ngomong ditempat yang khusus, yaitu di motel. Aku tentu mengawalinya bahwa , aku ngajaknya ke motel bukan untuk tujuan lain, tapi untuk kepentingan Mira. Tidak akan terjadi apa-apa jika memang diantara kita tidak bermaksud apa-apa. Untuk lebih meyakinkan dia. Aku sarankan dia sendiri yang memilih motel yang mana. Tawaranku ini memang konyol, karena Mira langsung mengatakan, bahwa dia tidak tahu motel dimana saja. Akulalu menunjukkan salah satu motel yang jarak tempuhnya tidak terlalu jauh. Tapi menegaskan ke Mira, bukan aku tidak punya uang, tetapi kalau Mira memang bersedia, dia lah yang harus membayar motel itu. Biar dengan mobilku menuju motel, tetapi selanjutnya di yang mencover. Mungkin karena curhatnya sudah mendesak, akhirnya dia setuju, tapi ya begitulah, berulang-ulang dia wanti-wanti agar aku tidak berbuat kurang ajar. Pernyataan itu malah aku balik, bahwa Miralah yang sebenarnya berbuat kurang ajar. Dia melongo. Aku jelaskan bahwa dia berulang kali menempel-nempelkan teteknya ke lenganku membuat aku jadi greng. Mira mencubit perutku, karena ucapanku yang tanpa tedeng aling-aling itu. Kami akhirnya masuk motel. Duduklah berdua di kasur kami bersila. Aku merokok dan minum, dia duduk bersimpuh. Sampai selesai acara curhat aku istirahat sebentar untuk menghilangkan kepenatan menembus kemacetan tadi. Setelah itu kami lalu chek out. Aku sama sekali tidak memulai mengambil inisiatif, baik berbicara yang menyinggung soal sex, apalagi menyentuh-nyentuh badannya.
Mengapa aku tidak berani memulai menyerangnya. Aku melihat dan merasakan, Mira sangat peka terhadap gelagat akan dicumbu oleh cowok. Beberapa kali dia gagal menjalin hubungan karena Mira merasa cowoknya hanya ingin menikmati tubuhnya. Aneh, padahal namanya orang pacaran yang pasti ada cumbuanlah. Dan kalau bercumbu, dimana-mana selalu di awali oleh cowok. Tapi bagi Mira hal itu adalah suatu ancaman.
Mungkin karena aku berhasil menjaga hasratku, meski kami sudah beberapa kali masuk motel, bahkan sudah sering pula tidur bareng istirahat siang, tapi aku sama sekali tidak pernah mengambil inisiatif memulai menyerangnya. Padahal Mira sering pula kalau tidur memelukku, dan kemaluannya beberapa kali bersandar di pahaku, ketika kakinya merangkulku.
Aku lebih baik dianggap sebagai laki-laki pengecut yang tidak berani mengambil inisiatif menyerang dulu. Khusus terhadap Mira aku harus bersikap seperti itu. Dia sangat peka, dan bisa berbalik marah dan memusuhi kita jika dianggapnya kita berbuat kurang ajar kepadanya.
Kepercayaan Mira makin lama makin besar terhadap diriku. Padahal dia tahu bahwa aku sudah beristri dan dia kenal pula dengan istriku dan anak-anakku.
Pernah satu kali dia mengajakku ketika pulang kantor masuk motel. Dia ngotot membayar biaya motelnya. Di motel itu dia hanya minta aku mengeroki punggungnya, karena dia merasa badannya demam dan masuk angin. Permintaan itu aku turuti. Di motel, dia segera membuka baju atasnya dan langsung tidur tengkurap. Aku segera beraksi mengerok pungungnya dengan uang logam dan balsem. BHnya masih terpasang. Aku tidak memintanya dia membuka BH, sampai akhirnya dia sendiri yang berinisiatif membuka kaitan BHnya agar aku lebih leluasa mengerok. Selepas mengerok aku melakukan pijatan ke bekas yang aku kerok. Rupanya pijatanku itu membuat dia lebih rileks dan nikmat. Mira juga yang kemudian memintaku tidak hanya memijat, punggungnya, tetapi juga sampai ke kaki. Aku penuhi permintaan itu. Karena pijatan sampai ke kaki otomatis aku bisa melihat celana dalamnya dari belakang. Bokongnya memang bahenol betul. Pahanya besar. Aku sungguh-sungguh memijat dan gerakanku sama sekali kujaga agar tidak sampai melakukan hal yang kurang ajar.
Mira makin percaya, sehingga dia sendiri membuka roknya tinggal celana dalam dan buah dadanya yang tertutup BH yang sudah tidak terkait lagi. Sejujurnya nafsuku sudah berontak ingin memperkosa, tetapi aku terus bertahan, dan ingin terus bertahan sampai aku diserang. Aku ingin menikmati diserang cewek. Selama ini dalam petualangan hidupku dengan banyak cewek, selalu aku yang memulai.
Mira ketiduran dan aku menyudahi memijatnya. Dia kuselimuti, aku lalu duduk di kursi menyaksikan acara TV yang kebetulan ada film bagus di chanel HBO.
Lama dia tertidur, dan terbangun gara-gara suara seru dalam film. Padahal aku sudah sangat mengecilkan volume di TV. Mungkin saja dia sudah cukup tidurnya. Mira mengaku badannya terasa ringan dan segar. Aku dipujinya pintar memijat. Aku menyarankan agar dia mandi air panas. Di kamar mandi kebetulan tersedia bath tub, sehingga bisa berendam air panas. Itu untuk menghilangkan bekas-bekas balsem yang terasa lengket di badan.
Mira mengaitkan tali BHnya. Dia duduk dengan hanya mengenakan BH dan celana dalam. Bagian bawahnya masih tertutup selimut. Mira setuju usulku untuk mandi air panas. Aku kekamar mandi membersihkan bath tub dan sekalian mengisi air hangat.
Setelah air bath tub mencukupi, Mira ku suruh segera mandi. Dia bangkit dari tempat tidur dengan gerakan agak malas. Dia tidak malu berdiri hanya dengan mengenakan celana dalam dan BH saja melintas di depanku. Aku pun bersikap seperti tidak ambil peduli dengan sajian tubuhnya, sambil terus menonton TV.
Tidak lama kemudian terdengar Mira memanggil-manggil aku. Aku berdiri di balik pintu kamar mandi yang tertutup. Dia memintaku masuk. Tanpa menunggu lama aku buka pintu kamar mandi dan melihat Mira sedang berendam di bak. Tubuhnya samar-samar terlihat telanjang bulat.
Dengan manjanya dia minta aku ikut mandi agar bisa menggosok punggungnya. Aku menkofirmasi permintaannya, apakah dia serius. Dia jawab bene seriusr, tapi dia mengingatkanku agar aku tidak macam-macam.
Ini adalah satu tantangan yang berat, apakah aku kuat mempertahankan pendirianku. Aku perlu mencoba dan berusaha sekuat mungkin bertahan. Sorry para pembaca, jangan dulu kecewa dan menganggapku melakukan hal yang mustahil.
Dengan tenangnya aku buka semua pakaianku termasuk celana dalamku. Otomatis penisku yang menegang tidak bisa disembunyikan. Mira memperhatikan aku sejak awal aku membuka baju. Dia kemudian meledekku bahwa “adikku” bangun.
Setelah telanjang bulat aku berdiri di sisi bak dan meminta minta berdiri agar akubisa menggosok punggungnya dengan spons. Dia malah memintaku bergabung masuk ke dalam bak. Aku turuti kemauannya. Dia membelakangiku dan minta punggungnya digosok.
Selesai digosok, Mira malah merebahkan badannya kebadanku. Otomatis penisku menyodok pungunggnya. Dia bangkit berbalik arah dan menarik badanku merapat. Aku diciumnya dengan ganas. Aku membalas memeluknya dan mengimbangi ciuman ganasnya. Tanganku parkir di tempat yang aman, artinya tidak menyentuh payudara, atau bagian sensitif lainnya.
Mira juga yang memulai berbuat kurang ajar, penisku digenggamnya dan dikocoknya pelan-pelan.
Akhirnya keluar pujian dari Mira, Aku dianggapnya sangat hebat bisa menahan diri sampai sejauh ini tidak memanfaatkan kesempatan. Sehingga akhirnya Mira penasaran dan memulai menyerangku.
Setelah ada pernyataan itu aku lalu mulai berani mencumbunya, meremas teteknya yang gempal dan menjilatinya lalu mengisapnya. Lubang vaginanya tidak luput dari jari-jari tanganku. Rasanya kurang leluasa bercumbu di bak mandi, sehingga kami sepakat membersihkan diri lalu melanjutkan di tempat tidur.
Mira kutelentangkan dan seluruh tubuhnya aku ciumi. Mulai dari ujung kaki sampai ujung kepala aku jilati. Mira semakin tinggi terangsang ketika aku mulai menyusuri daerah V nya. Dengan perlahan-lahan aku kangkangkan kakinya. Dia mulanya malu bagian itu kulihat, tetapi dengan ciuman dan jilatan di sekitar pahanya, pertahanannya melemah. Ketika bibir mekinya aku jilat dia mulai kelojotan, geli campur nikmat.
Belahan mekinya aku buka dan di situ sudah mencuat tonjolan clitoris. Aku segera menyerangnya dengan jilatan halus. Bagian yang paling sensitif dari kemaluan cewek itu membuat Mira terkejut. Dia menjerit lirih dan menggelinjang ketika clitorisnya tersentuh lidahku. Aku langsung membekap mulutku menutup memeknya, sementara lidahku menari-nari di sekitar clitorisnya. Mira makin menggelinjang dan mengatakan, Gila enak banget, gila geli banget tapi nikmat aduh----- aduh. Aku nggak tahan. Dia terus mengulang-ulang kata kata itu sampai kemudian terdiam sekitar 2 menit. Aku pikir dia pingsan, tetapi dengusan nafasnya memburu. Tiba tiba dia berteriak aaaaaahhhhhhh dan otot disekitar vaginanya berdenyut. Mira sampai ke puncaknya. Aku menghentikan permainan ku. Lalu berbaring di sampingnya dan menciumnya dengan mesra.Kelihatannya ciuman mesra pasca orgasme seorang cewek sangat berpengaruh kepada rasa tentram dan rasa disayang oleh pasangannya. Mira memelukku erat sekali. Dia membenamkan mukanya ke dadaku dan terasa dia terisak-isak. Aku tentu heran, kenapa habis orgasme dia menangis. Aku membiarkannya sampai terlampiaskan semua perasaan haru birunya. Setelah situasi normal kembali Mira akhirnya bercerita, bahwa aku bisa menundukkannya. Padahal sejak awal Mira hanya mau bersahabat denganku. Dia selalu mewaspadai kemungkinan aku mengarahkan ke perbuatan sex. Tapi situasi akhirnya terbalik, malah justru Mira lah yang menarikku masuk ke suasana sex. “Rupanya sulit ya cowok ama cewek bersahabat tanpa ada bumbu sexnya,” kata Mira.
Akhirnya luluh juga gunung es oleh strategiku. Kini misiku selanjutnya ada membentuk ukiran dari gunung Es agar lebih menawan dan menggairahkan.
“Aku salut ama kamu, karena aku bisa terbuai sampai begini jauh. Belum ada laki-laki yang mampu menundukkanku sampai terbuka begini, “ kata Mira.
“Aku sudah merasakan kenikmatan sex meskipun kita belum melakukan hubungan, terus terang aku sudah lama punya keinginan menikmati sex yang sesungguhnya, maukan membantuku untuk menikmati sex seutuhnya,” kata Mira.
Dia mengatakan, tidak akan menyesal, berhubungan sex denganku. Sejauh ini dia belum pernah merasakan hubungan sex. Padahal keinginan itu sering datang. Memang bisa dialihkan ke hal-hal lain, tapi kata Mira, jika keinginan itu sudah memuncak dia bisa mencapai orgasme ketika mimpi. Vaginanya juga berdenyut-denyut. Mungkin hal ini sama dengan yang dialami pria, jika lama tidak melakukan hubungan, maka bisa datang mimpi basah.
Mira tidak tahu apakah dia masih perawan atau tidak, tetapi dia berkata sungguh-sungguh bahwa sekalipun belum pernah melakukan hubungan sex. Masturbasi memang sering dilakukan, tetapi hanya menggesek-gesekkan jarinya ke bagian luar kemaluan, tidak sampai mencolok ke dalam lubang vagina.
“Tolong aku ya aku ingin merasakah hubungan sex,” katanya.
Sebetulnya tanpa dia mengatakan itu, aku sudah merencanakan untuk menuntaskan pengalaman sexnya.
Aku tidak menjawab, kecuali kembali menciumi bagian-bagian sensitif tubuhnya. Mira kembali tenggelam di arus nafsu birahinya. Setelah kuraba lubang vaginanya berlendir karena pelumas yang keluar dari lubang senggama. Aku mengambil posisi diatasnya. Ujung penisku ku arahkan ke gerbang vaginanya, Kaki Mira kukangkangkan selebar mungkin. Aku duduk bersimpuh dan penisku ku tuntun agar tepat berada di pintu gerbangnya serta menjaga kemungkinan terpeleset. Setelah terasa posisinya tepat aku mulai menekan pelan. Agak sulit juga tetapi dengan gerakan maju mundur dan kepala penisku mulai terlumasi oleh cairan vagina, gerakanku mulai agak lancar walau hanya sedikit.
Penisku terhalang oleh segel. Terasa Mira masih mempunyai selaput dara. Aku lalu mengingatkan ke Mira bahwa selanjutnya akan terasa agak sakit sedikit. Kutekan dengan tenaga lebih besar memaksakan kepala penisku masuk. Selaput daranya terdobrak dan aku merasa di ujung penisku. Setelah itu aku dorong, penisku bisa masuk lebih dalam sampai tenggelam. Aku berhenti sejenak dalam posisi penis terbenam. Mira mengatakan memeknya terasa perih. Beberapa butir air mata mengalir di kedua ujung matanya. Setelah dia mulai berkurang ketegangan akibat rasa sakit tadi, pelan-pelan aku tarik penisku lalu masjukan lagi. Aku mulai memompa. Awalnya dengan gerakan pelan tetapi lama-lama makin cepat. Mira mengimbangi gerakanku. Aku mencari posisi yang direspon oleh gelinjangnya atau lenguhannya. Posisi itu aku temukan aku mulai melakukan gerakan konstan artinya gerakan dengan kecepatan yang sama dan tidak terlalu cepat. Mira mulai naik nafsunya dan kelihatannya mengalahkan rasa sakit. Gelombang birahinya memuncak, dia bisa mencapai orgasmenya. Aku menduga dia mendapat clitoral orgasm, artinya orgasme berkat clitorisnya tergerus terus menerus. Masih ada orgasme lain lagi yang lebih dahsyat. Aku mencoba menemukan posisi untuk menggesek bagian g spotnya. Meski memeknya terasa sangat sempit, tetapi aku memusatkan gerakan agar penisku bisa lebih banyak menggerus langit-langit liang vaginanya.
Mulanya Mira tidak bereaksi oleh gerakkanku, aku tetap berusaha melakukan gerkan yang stabil. Tetapi belum juga 5 menit dia mulai ngos-ngosan, menandakan orgasmenya segera sampai. Aku bersemangat karena usahaku mulai melihatkan hasilnya. Dia mencapai orgasme. Badannya bergetar hebat dan aku dipeluknya erat sekali. Denyutan vaginanya terasa kuat dan panjang. Setiap kali vaginanya berdenyut dia melenguh. Lama sekali denyutan itu dan makin lama makin jarang jaraknya sampai akhirnya tidak ada denyutan lagi. “Aduh ini enak banget, sampai aku rasanya lemes banget, kamu belum keluar ya,” kata Mira.
Aku menggelengkan kepala. Sekarang giliranku mencapai kenikmatan aku kembali menggenjot dan mencari posis paling nikmat di situ aku terus menggenjot sampai akhirnya datang juga orgasmeku. Aku membenamkan dalam-dalam penisku dan semua spermaku ku ledakkan di dalam liangnya. Masalahnya ketika akan kutarik Mira malah menarikku agar aku tidak melepas penisku dari liangnya. Dia juga mencapai orgasem rupanya. Jadi kalau aku tarik penisku, orgasmenya bisa gagal..
Kini lengkaplah sudah aku menaklukkan Mira. Seorang perempuan jika kita berhasil membuatnya oprgasme apalagi sampai dia mencapai orgasme g spot. Bagaimanapun dia akan tunduk kepada laki-laki yang melakukannya. Mira kini sudah berada dibawah kekuasaanku. Dia dipastikan tidak akan mampu membantahku kelak jika aku menginginkan sesuatu.
Sejak peristiwa itu, Aku mulai membetulkan sikap dan pandangan hidupnya. Aku meluruskan prinsip keliru yang selama ini dia pertahankan. Dia memang melemah dan menuruti semua instruksiku.
Uniknya hubungan kami tidak menjurus kepada hubungan kekasih. Mira membutuhkan aku hanya sebatas sebagai pasangan sex dan instruktur untuk motivasi hidup.
Sekitar 6 bulan aku menggembleng Mira sehingga pandangan hidupnya kini lebih fleksibel dan penampilannya lebih luwes. Orang-orang dikantorku sering membicarakan, bahwa Mira sekarang lebih ramah dan lebih terbuka dengan cowok-cowok. Dia juga berdandan lebih tebar pesona .
Setelah aku mampu mengubah pandangan hidupnya aku baru berani memperkenalkan Mira kepada teman-temanku, duda yang mencari pasangan hidup. Mereka sudah berada di posisi mapan.Mungkin karena kesibukannya, tidak sempat bermain-main mencari pasangan hidup. Beberapa orang kekenalkan ke Mira, sampai salah satu akhirnya ada yang nyantol. Mira dengan dia kemudian meresmikan hubungan sebagai suami istri.
Sudah 3 tahun kulihat mereka hidup damai dan rukun. Aku menyimpan rapat-rapat soal rahasia Mira. Mira pun menyimpan rapat-rapat hubunganku dengannya. Suaminya dan istriku tidak mengetahui bahwa aku dan Mira pernah punya afair yang mendalam. Padahal itu hanya sebuah proyek. ***


Baca juga...



Kembali ke Beranda

0 komentar:

:)) ;)) ;;) :D ;) :p :(( :) :( :X =(( :-o :-/ :-* :| 8-} :)] ~x( :-t b-( :-L x( =))

Posting Komentar

Pilih judul

Kategori

Pengunjung

Ditunggu kunjungnya kembali...