Klik disini untuk melihat judul cerita yang akan segera terbit !!
Diberdayakan oleh Blogger.

Senin, 18 Agustus 2014

Rumah Diatas Pohon

Bagikan :

Ketika aku sedang asyik melihat brosur di resepsionis front desk Hotel di Medan, tiba-tiba ada yang menegurku. “ Mas Adi ya”. Aku menoleh, seorang wanita berusia sekitar pertengahan 30
tahunan dengan dadanan baju seksi, lengan puntung dan rambut terurai. Aku merasa tidak mengenal dia, tapi dia menegurku . “ Lupa ya,”
Aku terus terang memang lupa siapa cewek ini.
“Aku Juariah, masak lupa sih, dulu yang dikebun ( dia menyebut nama perkebunan tembakau dimana aku pernah lama tinggal disana ketika orang tuaku bertugas memimpin perkebunan itu setelah dialihkan dari pengelolaan orang Belanda).
Aku masih belum begitu ingat, tetapi semua tebakannya tepat. Aku kemudian pura-pura ingat dan langsung menanyakan kabarnya dan dimana dia sekarang. Mungkin meski aku pura-pura ingat tetapi roman mukaku terbaca masih ada keraguan.
“Mas Adi masak nggak ingat, kita dulu kan pernah main rumah-rumahan di atas pohon,”
Di situ baru aku ingat, Juariah adalah anak pembantuku yang dulu menjadi teman mainku ketika aku masih kelas 5 SD.
“Ya-ya aku ingat, lho kamu nginap di sini, sama siapa, sekarang tinggal dimana, “ tanyaku yang baru pulih ingatan.
“Iya aku baru chek in tadi pagi, suamiku lagi di restoran tuh, aku sekarang tinggal di Canada,” katanya dengan air muka berseri-seri .
Juariah yang dulu anak pembantu di rumahku sekarang bersuamikan bule dari Canada. Dia rupanya sudah 10 tahun tinggal di sana. Pantas saja dadannya kaya orang bule. Wajahnya sih termasuk lumayan, kalau nggak mau dibilang pas-pasan. Kelebihannya dia memiliki body yang lumayan bahenol.
“Kamu udah punya anak berapa sekarang,” tanyaku.
“Ah belum ada, kami memang berencana tidak mau punya anak, “ kata Juariah.
Dia lalu mengajakku ke restoran untuk memperkenalkan dengan suaminya.
Suaminya lagi asyik menikmati wine sambil merokok. Dia kelihatannya sudah cukup umur, mungkin sekitar 50an. Tapi gayanya masih modis.
Kami ngobrol sekitar 30 menit dan ku ketahui suaminya bekerja di perminyakan lepas pantai.
“Mas mana istrinya kenalin dong,” katanya.
“Aku kesini dalam rangka tugas, jadi ya nggak bawa istri, Aku tinggal di Jakarta, kapan-kapan kalau ke Jakarta call aku ya,” aku menawarkan diri.
“Sering sih ke Jakarta, eh ngomong-ngomong di kamar berapa,” katanya sambil dia menunjukkan no kamarnya dengan mempelihatkan kunci kamar. Aku beritahu no kamarku.
Kami kemudian berpisah, karena penjemputku sudah menunggu di lobby.
Sepulang dari acara malam, aku kembali ke hotel. Rasanya belum ngantuk untuk langsung tidur . Aku singgah ke bar untuk sekedar menikmati home band yang kedengarannya lagunya asyik-asyik. Penyanyinya melantunkan lagu-lagu oldies. Aku menyapu pandangan mencari meja yang kosong. Tiba-tiba Juariah memanggilku sambil melambaikan tangan. Aku dengan terpaksa bergabung ke mejanya. Untuk memanaskan badan aku pesan long island. Dulu ketika aku menginap di hotel ini, bar tendernya pintar membuat long island, makanya aku pesan itu lagi sekarang. Suami Juariah yang kemudian kuketahui namanya Peter menyeruput Tequila, sedang Juariah kelihatannya menghadapi Martini. “ Gila anak kebon, ibunya dulu pembantu sekarang gaya amat ,” batinku dalam hati.
Peter cepat akrab, dia pandai bergaul. Kami ngbrol ngalor ngidul tanpa isi. Juariah selalu mempromokan aku, gimana dulu aku sangat di hormati di perkebunan ayahku. “ Dulu Mas Adi masih kecilnya cakep banget,” kata Juariah.
Sampai tengah malam akhirnya kami bubar. Mereka menolak aku tutup billnya. Juariah ngotot dia yang membayar.
Pengaruh long island membuatku cepat terlelap, sampai paginya aku terbangun terasa badan sudah segar. Aku mandi dan berpakaian casual. Hari ini aku tidak ada jadwal. Hari ini ada meeting, tapi saat makan malam. Jadi aku bisa rileks, Tapi mau nerusin tidur rasanya udah nggak ngantuk. Kulirik jam di meja kecil baru jam 8 pagi.
Aku turun ke restoran untuk sarapan pagi. Ketika aku sedang asyik menikmati toast dan jus, tiba-tiba ada yang mecolek. “Nah pagi-pagi udah nglamun, “ternyata Juariah mengejutkanku.
“Suamimu mana, kok sendirian,” tanyaku.
Dia tadi pagi subuh udah berangkat ke Lhokseumawe. Aku malas ikut, urusan kerjaan mana ada enaknya “ kata Juariah.
Peter bersama orang companynya mungkin ngurusi minyak di sana. “ Mas apa acara hari ini,” tanya Juariah.
Aku mengatakan bahwa hari ini free kecuali nanti malam, jadi belum tau mau ngapain, paling tiduran lagi abis ini. “ Idih tidur melulu,” katanya.
Kami sarapan satu meja sambil ngobrol nostalgia. Aku geli mengingat-ingat masa lalu ketika bermain dengan Juariah. Waktu itu rasanya Juariah cinta monyet ke aku.
Selesai sarapan, Juariah mengajak aku mampir ke kamarnya. Mulanya aku ragu, karena nggak enak juga masuk kamarnya padahal suaminya sedang pergi. Tapi Juariah memaksa menggandengku ke kamarnya. Aku turuti saja mau tau apa maunya.
Gila dia menempati kamar suite, kamar yang paling mahal di hotel ini. Kamarnya ada ruang tamunya dengan sofa. Gila si Juariah sekarang jadi orang kaya rupanya dia, pantes aja asesorisnya kelihatan mahal-mahal.
Dia mengeluarkan sebotol red wine. Aku diberi sedikit dan dia sendiri menuang di gelas sedikit. Kami tos dan menenggak sedikit. Juariah mengajari aku agar kalau meminum red win harus dikunyah. Aku coba, seluruh mulutku terasa kelat atau sepet. Enak juga rupanya red wine kalau dikunyah. Aroma mulut jadi terasa bersih.
Aku duduk di sofa sambil menghidupkan TV. Juariah langsung duduk merapat. Tidak itu saja dia memelukku, katanya dia kangen banget ke aku. Sering dia terbayang-bayang masa kecilnya bersamaku. Aku diam saja tidak membalas pelukannya. Tidak enak rasanya dia kan sekarang sudah jadi istri orang. Soal main perempuan, aku selama ini tidak munafik, tapi mengganggu istri orang adalah hal yang paling aku jaga. Sekarang istri bule memelukku erat sekali. Aroma tubuhnya wangi. Bagaimanapun ini membuat aku agak terangsang. Bagaimana tidak, teteknya yang kenyal menekan lenganku, rasanya dia tidak pakai bh karena tidak ada kain keras yang menghalangi. Dasar istri bule, gayanya udah kaya bule aja.
Nafasnya terasa berhembus ke dekat telingaku. Ketika aku menoleh ke arahnya, badanku langsung ditarik merapat dan dia segera mencium mulutku. Aku terkejut sehingga tidak segera membalas ciumannya. Tapi ciuman Juariah begitu ganasnya, sehingga tanpa aku bereaksipun dia sudah mengganas.
Rasanya tidak sopan juga kalau aku tidak membalas serangannya. Aku memiringkan badanku dan memeluknya erat lalu membalas ciumannya. Serangan Juariah begitu ganas seperti orang yang nafsu banget. Aku berpikir, mungkin pengaruh pergaulan barat maka dia berani agresif begini. Aku didorongnya telentang sehingga Juariah langsung menindihku.
Dia menyiumi semua wajahku, kupingku lalu leherku. Tanganku diarahkannya untuk meremas teteknya. Gila bener teteknya gempal. Kancing bajuku dibukanya satu-persatu. Dia menyiumi dadaku dan kedua puting susuku. Aku makin tinggi terangsang. Tangannya mulai meremas-remas penisku yang sudah mengeras. Dibukanya pelan-pelan sabukku lalu dia menurunkan resletingku. Dengan satu gerakan mencuatlah penisku dari celana dalam.
Aku belum sempat banyak berpikir, Juariah sudah aktif mengulum penisku. Celanaku ditariknya sampai terlepas. Bagian bawahku sekarang sudah telanjang. Juariah lihai sekali memainkan seluruh kemaluanku sampai aku benar-benar lupa diri. Bukan hanya kemaluan, tetapi sun holeku dia bersihkan dengan jilatan lidahnya. Aku semakin melayang. Gila dia bisa menelan seluruh penisku ke dalam mulutnya. Memang penisku tidak terlalu besar, rata-rata ukuran Asia lah, 15 cm. Terasa ujung penisku menyentuh kerongkongannya. Inikah yang dimanakan deep trough. Nikmat sekali rasanya.
Juariah lalu berdiri dan melucuti sendiri bajunya. Bodynya memang agak gemuk, tetapi tidak gembrot. Teteknya gede, pantatnya besar dan pahanya juga besar. Bulu jembutnya dicukur licin, jadi kelihatannya seperti memek anak kecil.
Dia menarikku untuk meneruskan acara di tempat tidur. Aku turuti. Aku membuka semua bajuku sehingga kami berdua bebaring di tempat tidur dalam keadaan bugil. Dia sekali lagi mengulum penisku. Pelan-pelan dia mengubah posisinyu sehingga memeknya berada tepat di depan mulutku. Aku paham kemauan dia. Dia mau 69 dan aku menjilati vaginanya. Dia mengerang-ngerang ketika lidahku menyapu bibir memeknya.. Aku lalu menjilati bagian dalam belahan nya yang masih rapat. Dia makin mengerang sehingga mengabaikan penisku.
Aku merasa Juariah suka di oral. Kudorong dia agar telentang dan kubuka kakinya lebar=lebar serta lututnya kulipat dan ku tekuk kakinya ke atas. Lubang memeknya terekspos dengan jelas. Memeknya masih bagus, meski dia sudah berumur sekitar 30 seperti juga aku. Aku mulai mengerjai memeknya dan lihat clitorisnya sangat menonjol. Jarang aku menemukan cewek dengan itil yang menonjol keluar dan mencuat begini. Aku menjilati seputar itilnya. Juariah mengerang makin keras. Dia rupanya tipe cewek yang berisik kalau bercumbu. Jika saja ada orang yang lewat di depan kamar kami, pasti dia mendengar erangan Juariah. Aku mendengar erangan itu makin bernafsu dan semangat. Kini ujung itilnya menjadi sasaran jilatanku. Dia makin menggila seperti orang nangis suaranya. Tidak lama kemudian Juariah mencapai orgasme. Mulutku tetap aku bekap ke memeknya dan ujung itilnya aku tekan dengan lidah. Asyik sekali terasa sensasinya, itilnya mengedut-ngedut saat dia orgasme. Jariku kucolok ke dalam lubang vaginanya mencari titik g spot. G Spotnya mudah ditemukan karena juga menggunduk empuk. Kuusap-usap pelan gpostnya. Aku bangkit melepas bekapan mulutku ke memeknya. Lubang vaginanya aku kangkangkan selebar mungkin dan jariku terus merangsang gspotnya. Juariah mendesis-desis, makin lama makin cepat dan akhirnya dia mencapai orgasme sambil berejakulasi. Cairan kental tiba-tiba menyemprot mukaku sampai kena ke mulut. Rasanya agak-agak asin dan kental. Juariah seperti menangis terlolong-lolong ketika dia berejakulasi.
Setelah ejakulasinya berhenti aku segera menancapkan penisku ke vaginanya. Aku menggenjotnya dengan gerakan kasar. Dia minta-minta ampun karena katanya badannya lemas sekali, tapi sambil ngomong mulutnya mendesis-desis. Aku tidak pedulikan permintaannya, terus menggenjot dengan kasar sambil mengatur posisi dimana terasa dia membalas reaksi gerakanku. Sampai terasa pada posisi yang tepat aku bertahan dalam posisi itu. Juariah kembali mengerang-erang keras. “ oh I am coming… Iam coming ….ooooohhh. please mas Adi please aku nggak kuat. Aduh aduh keluar lagii,” katanya ketika orgasmenya datang beruntun dalam waktu singkat. Aku makin gila menggenjotnya karena terasa memeknya makin mencekal dan menjepit ketika dia mencapai orgasme, aduh ampun udah nggak kuat….” katanya tapi aku terus menggenjot makin kasar karena aku merasa akan segera mencapai orgasme. Dia orgasme lagi dan bersamaan dengan itu aku pun ejakulasi didalam memeknya.
Badan kami berkeringat sekali . AC yang dingin dikamar tidak terasa.
Aku rebah di samping tubuhnya. “Gila mas Adi hebat banget sampai aku lemes banget katanya.
Aku menarik selimut dan tidur. Karena mataku terasa makin berat.
Aku terbangun karena terasa perut lapar. Ketika aku bangkit, Juariah menarikku, kami terlibat cumbuan kembali. Dia menindihku tubuh kami bertumpuk dalam selimut. Juariah kelihatannya ingin main lagi. Dia bernafsu sekali menciumi seluruh tubuhku lalu pelan –pelan ke perutku dan akhirnya masuklah penisku ke dalam mulutnya. Selimut disingkirkan dia menduduki dan penisku yang sudah tegak mengeras dijebloskan ke dalam vaginanya. Juariah mulai bergoyang.Mulanya badannya dinaik turunkan lalu dimaju mundurkan dan diputar seperti ngulek sambel di cobek. Juariah menemukan posisinya yang paling nikmat dia terus melakukan itu sampai akhirnya ambruk. Aku belum merasa apa-apa.
“Mas sudah pernah ngrasai anal sex, “ tanyanya.
Aku terus terang selama ini menginginkan, tetapi belum pernah mendapat patner yang mau melakukan.
Juariah bangkit mengambil tube dan dia oleskan semacam jelli ke penisku. Aku tetap pada osisi telentang. Juariah mengarahkan penisku ke lubang duburnya . Pelan-pelan badannya direndahkan . Penisku menerobos masuk lubang duburnya dan akhirnya tenggelam. Terasa sangat sempit dan sensasinya aneh sekali. Juariah pelan-pelan mulai menggenjot. Terasa seluruh batangku seperti dijepit ketat sekali. Rasanya seperti ngewek cewek yang baru diperawani. Dia bermain sambil terus menaik turunkan badannya. Kelihatanya dia mulai lelah sehingga mengajak aku melakukan posisi dogie. Penisku terlepas dan setelah dia pada posisi merangkak, aku kembali memasukkan penisku ke duburnya. Tidak terlalu sulit karena bantuan jelli. Aku menggenjotnya dan terasa nikmat sekali. Rasanya aku bakal orgasme dalam posisi dogie ini . Gerakannya kupercepat dan akhirnya meletuslah ejakulasiku di dalam duburnya. Ketika kucabut penisku, dari lubang duburnya meleleh air spermanya.
Juriah membimbingku ke kamar mandi. Kami berguyur air hangat. Seluruh tubuhku dibersihkan, seperti dia memandikan anak kecil. Penisku berkali-kali disabuninya lalu disiram dan diisap, disabuni lagi.
Batangku yang sudah kenyang menorobos lubang, agak sulit dibangunkan, sehingga Juariah hanya mengulum penis yang sedang kuyu.
Badan kami segar kembali. Siang ini kami berdua memutuskan mencari makan di luar. Kami wisata kuliner mencari makanan yang khas Medan.
Selepas makan siang kami kembali ke kamar hotel Juariah. Kami ngobrol panjang lebar. Juariah bercerita, meski pun dia senang bersuamikan Peter, tetapi kehidupannya kurang bahagia. Peter adalah penganut bi sex. Bahkan dia lebih suka berhubungan dengan patner cowoknya dibanding dengan juariah. Konyolnya Peter sering melakukannya di kamarnya di depan Juariah. Meski begitu Peter sayang kepada Juariah. Apapun keinginan Juariah, selalu dituruti.
Juariah pernah berpikiran ia mencari patner pria mengimbangi kelakuan Peter. Tapi dia katanya kurang punya keberanian, meski banyak temen Peter yang cakep-cakep. Juariah mengungkapkan kadang batinnya tersiksa hidup di Canada bersuamikan yang bi sex. Tapi mengingat kehidupannya di Indonesia, susah akhirnya dia berusaha menikmati saja kehidupan yang ada.
Pernah Juariah ketika sedang kesal mengancam Peter dia akan cari cowok dan juga akan mengajaknya main di rumah. Eh Peter malah senang dan dia mendorong Juariah untuk melakukannya. Peter beranggapan dengan begitu, score mereka jadi imbang. Tapi Juariah kemudian urung karena dia tidak mau larut dengan pasangan selain dengan Peter.
Menurut Juariah, Peter kalau berhubungan dengannya hanya sebatas memenuhi kewajibannya saja. Kemesraannya kurang mendalam. Peter lebih mesra jika dia berhubungan dengan cowoknya.
Aku prihatin juga melihat kenyataan kehidupan Juariah. Jika dilihat dari luar dia kelihatan mesra sekali dengan suaminya. Ternyata dibalik itu ada keresahan yang terpendam.
Kami lalu bercerita mengenang masa lalu kami ketika masih kecil. Aku dan Juariah kadang-kadang geli mengingat kekonyolan kami. Dia masih ingat detil kejadian-kejadian ketika kami masih bermain bersama waktu kecil.
Ingatanku kembali ke masa anak-anak bersama Juariah, di satu perkebunan tembakau di dekat Medan, Sumatera Utara.
Kuingat ketika itu aku baru kelas 5 SD. Berarti umurku baru sekitar 11 tahun. Juariah juga seumuran itu. Ibunya pembantu dirumahku. Rumahku sangat besar, rumah peninggalan Belanda. Ibu Juariah menempati ruang di bagian belakang rumah agak terpisah jauh. Ada koridor yang menghubungkan bangunan induk yaitu rumahku dengan bangunan di belakang dimana terdapat dapur, gudang dan 3 kamar pembantu.
Rumahku memiliki halaman yang luas baik di bagian depan samping dan belakang rumah. Di bagian belakang ada kebun dan beberapa pohon besar seperti, mangga, jambu, duku dan manggis. Ketika itu aku senang memanjat pohon untuk memetik sendiri buah-buahan. Pohon manggis yang besar sering menjadi tempat aku beristirahat. Pohonnya agak menyendiri, sehingga kalau aku memanjat tinggi aku bisa melihat pemandangan di sekeliling. Suatu hari aku melihat gambar di majalah luar negeri ada rumah-rumah di atas pohon. Aku lalu minta ke ayahku untuk menyuruh tukang membuatkan rumah-rumahan di atas pohon seperti yang ada di majalah. Ayahku setuju dan menyuruh tukang membuatkan rumah-rumahan di atas pohon. Lumayan asyik juga rumah dengan luas 1,5 m x 1,25 di ketinggian sekitar 4 m. Ada tangga yang dipakukan di pohon sehingga lebih mudah naik ke rumah diatas pohon.
Sejak ada rumah-rumahan itu aku sering tidur siang di situ. Juariah yang sering nimbrung kalau aku bermain beberapa kali pernah ikut pula menikmati rumah kecilku. Aku sebetulnya kurang suka main sama anak perempuan. Tetapi di lingkunganku hanya dia yang sebayaku, jadi lumayan juga aku sering menyuruh-nyuruh dia. Orang tuanya maklum, jika anaknya menjadi suruhanku. Dia juga dibebaskan bermain denganku. Juariah agak tomboy, karena dia suka mainan laki-laki seperti mobil-mobilan, layangan dan mancing . Jarang sebenarnya ada cewek suka mancing.
Sepanjang hari kadang kami main bersama mulai dari cari ikan di parit hutan di belakang rumah sampai mandi disungai. Kalau kami mandi disungai, aku mengenakan celana pendek, sedang Juariah mengenakan celana dan kaos. Kadang-kadang dia juga hanya pakai celana dalam saja. Pada waktu itu aku kurang begitu punya perhatian kepada lawan jenis. Jadi ya biasa saja mandi dengan anak perempuan. Tetek Juariah di umur segitu seingatku juga belum numbuh.
Aku anak yang memang suka gratilan, lemari dan laci-laci orang tuaku sering kuperiksa. Pernah suatu kali aku menemukan kunci laci. Laci itu selalu terkunci dan kuncinya selalu disimpan ibuku. Rupanya kali ini dia lupa, ketika dia pergi bersama ayahku ke kota, kuncinya tergeletak di meja.
Kubuka laci itu dan di dalamnya kutemukan setumpuk majalah dan ada foto hitam putih orang bule sedang berhubungan badan. Badanku panas dingin melihat foto itu. Aku membawa foto itu ke rumahku diatas pohon .Disana aku bebas melihat tanpa takut kepergok pembantu.
Berkali-kali aku lihat foto-foto itu sampai akhirnya aku onani. Pada umur segitu aku sudah mengerti onani karena diajari oleh temenku di sekolah. Kata dia penis kalau dikocok-kocok pakai sabun rasanya akan enak banget. Aku pun di rumah mencobanya, dan memang rasanya enak.
Ketika aku sedang asyik, di bawah kulihat Juariah sedang melintas. Dia kupanggil naik keatas. Juariah segera naik.
“Ju kamu mau liat foto asyik enggak,” tanyaku.
Dia penasaran dan ingin liat foto apa.
Aku segera tunjukkan kedia. Dia terdiam dan memperhatikan foto-foto itu. Aku tidak tahu waktu itu dia terangsang seperti aku apa tidak. Tapi dia diam saja dan mukanya agak merah. Dia tanya ini foto orang lagi ngapain kok pada telanjang. Itu kontolnya kok pada diadu ama memek. Untuk apa sih kok pake diadu segala.
Aku jelaskan mereka melakukan itu untuk merasakan enak. Juariah tidak percaya. Dia memang masih buta soal sex sama sekali. Makanya dia tidak malu bermain dengan aku. Setelah kami puas mengamati foto-foto itu, aku segera turun mengembalikan foto ke tempatnya semula. Sebab sebentar lagi orang tuaku pulang.
Juariah masih ada di atas rumah. Dia malah tidur disana. Aku naik keatas, penisku masih menegang terbayang oleh gambar-gambar tadi. Kepalaku jadi pening. Mungkin karena nafsu yang ingin disalurkan, tapi aku sama sekali tidak tahu pada waktu itu.
Sejak melihat foto itu aku jadi tertarik untuk melihat bagian wanita yang sesungguhnya. Tidak ada wanita lain kecuali Juariah yang masih bloon. Tapi dia kan masih anak-anak dan teteknya aja belum ada.
Berhari-hari aku ngebet nafsu. Meski sudah berkali-kali onani, tetapi rasa penasaran ingin lihat cewe punya tetap besar.
Akhirnya pada suatu hari ketika juariah bersamaku diatas rumah pohon, aku ngomong ke dia bahwa aku pengin lihat memeknya. Juariah tidak mau, malu katanya. Aku bilang apa seperti yang digambar itu apa lain sih, kataku.
Dia bilang lain. Ini membuatku makin penasaran. Setelah kubujuk dan kuancam aku tidak mau bermain dengan dia lagi, akhirnya dengan berat hati dia memelorotkan celananya. Tapi tangannya menutup bagian kemaluannya. Aku suruh dia buka sebentar. Dia buka sebentar lalu ditutup lagi. Tentu saja aku tidak puas dengan pandangan yang sekilas itu. Tangannya kutarik dan aku ingin puas memandang memeknya. Memang bener lain, karena memek Juariah masih belum ada bulunya dan bentuknya menggunduk.
Dia kusuruh telentang dan kubuka-buka lipatan memeknya. Tapi juariah melarangku karena katanya sakit kalau dibuka-buka. Ketika aku buka terasa ada bau pesing dari memek juariah. Tanganku yang menyentuh memeknya juga jadi agak bau. Tapi baunya tidak hanya pesing, bau aneh. Pada waktu itu aku merasa jijik, tapi penasaran pengen liat memeknya lebih jelas.
Juariah kusuruh ngangkang lebar dan aku membuka-buka belahan memeknya. Didalamnya kelihatan merah, ada lubang kecil diatas dan dibawah juga kayak ada lubangnya. Aku pegang-pegang Juariah menggelinjang katanya geli dan perih Jadi kalau memeknya dibuka lebar-lebar katanya perih.
Membandingnya dengan foto kelihatan memek Juariah masih kecil banget. Tapi waktu itu aku penasaran pengen melakukan adu kemaluan. Aku bilang ke Juariah, “ mau nggak kita nyoba kaya yang difoto itu, keliatannya orangnya keenakan, mungkin rasanya enak,” kataku.
Juariah hanya mengangguk.
Aku langsung memelorotkan celana dan penis kecilku sudah mengeras. Aku meniru posisi di foto dimana cowoknya diatas dan ceweknya ngangkang dengan kaki dilipat. Juariah memperhatikan penisku katanya bentuknya aneh kayak kepala jamur, katanya.
Aku lalu merapatkan penisku ke memek juariah. Aku tempel dan aku masukkan kebelahan memeknya. Aku pada waktu itu tidak tahu bahwa penis harus dimasukkan ke dalam lubang vagina. Jadi penisku aku geser-geser. Rasanya sudah nikmat banget, Aku terus menggeser-geser sambil melakukan gerakan seperti memompa. Aku melakukan terus sampai akhirnya aku mencapai orgasme. Menurut Juariah dia merasa geli tapi ada enaknya juga. Setelah itu kami berpakaian kembali.
Permainan aku dan juariah ini jadi nagih. Rasanya tiap hari aku selalu kepengen melakukan. Meski pada waktu itu pengetahuanku mengenai hubungan sex dibilang masih minim, tetapi aku sudah merasakan kenikmatan ngeseks. Juariah pun senang aku gituin, jadi kalau tidak aku yang memulai ya dia . Juariah pun sudah bisa mengisap penisku seperti yang ada di foto. Rasanya pada waktu itu nikmat banget. Tapi kalau aku ngoral Juariah aku belum berani, soalnya memeknya bau pesing.
Namun aku suatu hari pengin nyoba juga gimana sih rasanya mengoral memek. Soalnya difoto kok ceweknya keliatan keenakan banget.
Juariah kusuruh mencuci memeknya bersih-bersih pakai sabun. Dia turuti anjuranku, lalu dia menyusul naik ke rumah diatas pohon. Memeknya memang tidak bau pesing lagi. Aku mulai menjilati lubang memeknya. Juariah tertawa kegelian dan dia katanya gak tahan geli banget. Aku ngotot agar dia tahan gelinya. Juariah menahan geli sambil cekikikan. Aku tetap memaksa menjilati memeknya. Aku tidak tahu bagian mana yang harus dijilati. Semuanya aku sapu. Tapi ketika aku sapu bagian clitorisnya dia makin kegelian dan menggelinjang. Aku jadi penasaran karena kok bagian itu agak mengeras, seperti terasa ada tulang rawannya. Aku jilat-jilat dia terus tertawa kegelian.
Ludahku banjir di memek juariah.
Akhirnya aku bosan menjilati memek Juariah, karena dianya terus cekikikan. Aku kembali mengadu kemaluan. Aku arahkan penisku ke memek Juariah yang selangkangannya aku buka selebar mungkin. Aku jadi bisa melihat penisku diarahkan kemana. Aku mengarahkannya ke belahan yang kelihatannya seperti ada lubangnya. Aku coba masukkan penisku ke situ, kok bisa masuk kepalanya. Tapi Juariah merasa perih dan sakit, sampai dia mundurkan pantatnya. Sementara aku merasa makin nikmat. Penisku mentok. Karena penisku tegangnya keras sekali dan mungkin karena masih kecil jadi kayaknya penisku seperti ada tulangnya. Aku gosok-gosok, rasanya makin nikmat, tapi Juariah merasa sakit. Aku mencapai orgasme.
Besoknya aku ulangi lagi dan sekarang aku tau bahwa memek juariah mesti dikasih ludah banyak-banyak biar penisku bisa masuk kelubangnya. Aku merasa nikmat memasukkan penisku ke lubangnya, tapi kukira lubangnya buntu, karena penisku tidak bisa masuk semuanya. Yah kupikir pada waktu itu, memek anak kecil memang masih buntu, lain sama yang difoto. Tapi aku pikir lagi kalau buntu mana bisa dia kencing. Itu pikiran anak-anak karena dianalogkan dengan penis, jadi kencing ya dari lubang. Ternyata sekarang baru tau kalau lubang itu berbeda. Jadi pada waktu itu aku berpikir pasti gak buntulah.
Jadi besoknya lagi aku mencoba dengan terlebih dahulu melumuri ludah di lubang kemaluan Juariah. Sekarang lubang kemaluannya tidak sakit lagi kalau aku gesek-gesekan kemaluanku. Aku kangkangkan paha nya lalu penis kecilku aku arahkan ke celah memek juariah. Aku tekan-tekan juariah mengeluh sakit. Tapi aku merasa nikmat. Aku penasaran juga sehingga menekan keras. Juariah menjerit kesakitan. Tapi penisku bisa masuk semua. Rasanya nikmat luar biasa. Penisku seperti kejepit didalam memeknya. Pelan-pelan aku tarik, Juariah merintih sakit lalu aku dorong lagi pelan-pelan lalu kutarik dan dorong terus aku lakukan pelan-pelan. Rasanya nikmat sekali, sampai aku akhirnya orgasme setelah bisa memompa lebih cepat.
Memek Juariah berdarah dan di penisku pun ada darahnya. Aku lap penisku dengan sapu tangan dan memeknya juga aku lap. Juariah menangis karena memeknya sakit. Aku bingung. Waktu itu aku nggak ngerti soal keperawanan. Ku pikir aku melukai memek juariah karena memaksa memasukkan penis. Abis rasanya enak banget, jadi aku genjot aja. Aku terdiam, lalu aku turun karena tenggorokan kering.
Aku kembali naik keatas si Juariah masih disitu. Dia masih tertidur. Katanya memeknya masih perih, jadi belum berani turun tangga. Aku jadi kuatir, kalau Juariah tidak bisa turun. Ada mungkin sekitar 2 jam sampai kami ketiduran. Bangun tidur memek nya terasa sudah agak mending, sehingga dia mulai bisa turun tangga pelan-pelan. Dia jalan agak ngangkang, tetapi aku larang dia jalan begitu, takutnya nanti orang tau kalau memeknya sakit. Juariah lalu memaksakan jalan normal.
Seminggu lebih Juariah nggak mau dipegang memeknya karena masih agak sakit dan takut. Tapi setelah itu karena aku bujuk terus karena kepingin akhirnya juariah mau aku setubuhi lagi. Kata dia memeknya masih agak sakit. Tapi udah nggak berdarah lagi. Aku bisa memasukkan penisku dalam-dalam dan rasanya sangat nikmat, lebih nikmat dari pada mengocok. Aku sampai main dua kali karena tegang lagi.
Sejak hari itu aku hampir setiap hari main dengan Juariah sampai dia tidak merasa sakit lagi.
Aku pernah main sama dia 4 kali ketika hari minggu . Pagi pagi aku main 2 kali setelah makan siang sampai sore aku main lagi 2 kali.
Aku jadi ketagihan main sama Juariah. Ketika aku kelas 6 dan Juariah juga naik ke kelas 6 teteknya mulai membengkak. Tapi waktu aku pegang katanya sakit sekali, jadi aku hanya ngelus-elus dan menjilati puting susunya.
Tetek Juariah makin besar ketika kami menjelang ujian akhir dan aku mulai mengeluarkan sperma ketika mencapai orgasme. Rasanya nikmat sekali.
Setelah aku masuk SMP kedua orang tuaku pindah ke perkebunan lain. Maknya Juariah ikut orang tuaku pindah. Kami memang tidak lagi punya rumah di atas pohon, tetapi kami punya tempat tersembunyi untuk melampiaskan nafsu. Sampai kelas 3 SMP, aku sudah makin dewasa dan Juariah sudah mejadi gadis yang teteknya sudah besar. Aku tidak tahu pada waktu itu kalau sperma dilepaskan di dalam bisa mengakibatkan hamil. Tapi Juariah memang tidak hamil. Juariah malah sudah bisa pula menikmati rasa kalau kami berhubungan. Dia pun malah ketagihan selalu mengajak aku main. Kadang-kadang aku bosan, tapi Juariah ngambek kalau aku tidak penuhi permintaannya. Nafsu Juariah besar sekali dia selalu minta aku bermain berkali-kali sampai penisku susah bangun lagi walau sudah disedot-sedot Juariah. Menjelang akhir SMP Ibunya juariah pulang ke kampungnya. Sejak itu aku tidak pernah dengar beritanya lagi.
Aku ketemu Juariah lagi ketika di hotel inilah. Dia kini sudah menjadi Istri bule kaya dan melalang buana ke berbagai negara. Malam itu aku tidur di kamar Juariah, karena suaminya baru pulang besok sore.
Ketika Peter kembali ke hotel dia mengundangku ke restoran bersama Juariah. Kayaknya dia mau bicara soal serius. Rupanya Juariah menjelaskan soal hubunganku dengan dia selama Peter pergi. Sehingga Peter langsung membuka pembicaraan. Dia pada intinya berterima kasih karena telah mengurus istrinya selama dia pergi. Peter malah minta tolong agar aku kalau memungkinkan memenuhi nafkah bilogis istrinya. Peter bukan keberatan, malah dia berterima kasih, jika aku mau melakukannya.
Sulit juga aku menjawabnya, karena ini adalah hal yang keliru tetapi menyenangkan. Aku hanya menjawab bahwa sejauh aku sanggup membantu aku akan membantunya.
Peter bangkit menyalamiku. Dia bahkan akan mengundangku berkunjung ke Canada. Dia ingin aku menemani istrinya sekitar sebulan di rumahnya di Montreal.
Sejak itu aku sering pulang pergi ke Canada, semuanya gratis bahkan pulangnya aku masih mengantongi beberapa ribu dolar Canada.***

Baca juga...



Kembali ke Beranda

0 komentar:

:)) ;)) ;;) :D ;) :p :(( :) :( :X =(( :-o :-/ :-* :| 8-} :)] ~x( :-t b-( :-L x( =))

Posting Komentar

Pilih judul

Kategori

Pengunjung

Ditunggu kunjungnya kembali...