Klik disini untuk melihat judul cerita yang akan segera terbit !!
Diberdayakan oleh Blogger.

Rabu, 03 September 2014

Terperangkap dalam pelukan tante-tante

Bagikan :

Aku sedang menikmati rokok setelah sekian lama berkeliling mall. Tempat menikmati rokok yang paling strategis adalah di pintu masuk depan mall. Disitu aku bisa cuci mata melihat pemandangan
yang indah-indah datang dan pergi ke mall. Aku memperhatikan cewek-cewek ABG dan tante-tante, tetapi juga melihat mobil mereka. Aku senang melihat mobil-mobil bagus, sambil berkhayal kapan ya aku bisa beli mobil seperti itu. Mobilku Avanza adalah mobil yang paling bagus yang pernah aku punya, Itupun aku beli dengan cara mencicil setengah mati selama 4 tahun. Itulah risiko jadi pegawai, pendapatannya habis untuk mencicil mobil, rumah dan kartu kredit. Aku berada di mall ini janjian ketemu teman lama. Pertemuannya sih sudah tadi, tapi aku malas langsung pulang karena jalanan ke arah rumahku bisasanya macet berat. Kami tadi ngobrol panjang lebar, tapi sayangnya café di mall ini tidak boleh merokok. Makanya setelah pertemuan selesai aku melampiaskan rasa inginku merokok di luar mall.
Mataku menangkap mobil bagus S 350 berhenti di depan lobby mall. Seorang perempuan paruh baya yang kutaksir umurnya sekitar 35 tahun. Kulitnya putih, badannya sangat terawat dan mukanya cantik. Kalau bukan istri konglomerat, pasti dia simpanan konglomerat. Aku pura-pura tidak menatapnya langsung, tetapi ekor mataku mengikutinya.
Apa sih yang akan dikerjakan cewek ini di sini, batinku. Aku penasaran dan iseng-iseng ingin tahu apa saja yang akan dilakukan di mall ini. Dari jarak jauh aku mengikuti gerak-geriknya. Semula aku menduga dia akan masuk toko dengan merk internasional yang menjual tas tangan wanita seharga 30 juta. Rupanya dia malah masuk ke toko yang sedang mengobral barang-barangnya . Toko dari satu merk terkenal Prancis itu dipenuhi pengunjung yang berebut membeli barang-barang yang sedang di obral. “ Lho orang kaya ternyata juga berburu barang murah ber merk juga, “ batinku. Aku ikut masuk ke toko itu dan berpura-pura berminat membeli. Dia mengarah ke bagian baju-baju. Pandangan yang paling leluasa adalah dari bagian tumpukan tas-tas wanita. Aku pura-pura memilih dan mengambil beberapa tas. Cewek-cewek yang belanja di situ seperti ngamuk. Sebentar saja tumpukan tas yang menggunung sudah tinggal sedikit. Aku tidak menyangka wanita yang kukuntit tadi mendatangi tumpukan tas yang tinggal sisa-sisa. “ Yah tinggal yang kurang bagus,” katanya.
Aku membawa sekitar 5 tas yang tadi kupilih ngacak saja. Wanita itu melirik tas-tas pilihanku. “ Pak bagi saya dong, jangan di borong semua,” kata wanita tadi. Aku seperti tersengat listrik kaget. Sebabnya aku sedang berpikir bagaimana membuka omongan dengan cewek incaranku, tiba-tiba dia pula yang memulai .
“Ibu naksir yang mana kataku makin mendekat,” tanyaku sopan.
Dipilah-pilahnya tas yang kubawa. “ Bapak seleranya ok juga nih, pilihannya bagus-bagus,” katanya.
“ Ambil saja mana yang mau,” kataku.
“ Bener nih pak, kalau boleh sih mau semuanya,” katanya dengan wajah agak merajuk.
Gila juga semangat belanjanya. Padahal di keranjang belanjaannya dua buah sudah penuh dengan berbagai macam pakaian dan asesoris, dia masih ingin melahap pula tas yang kupegang.
“Ibu bener naksir nih tas pilihan saya, kalau ibu mau boleh lah,” kata ku.
“Ah bener nih pak,” katanya dengan muka berseri-seri.
“Gak apa-apa lah kalau ibu penasaran,” kataku sambil menyerahkan semua tas yang kupilih.
Nafsunya tidak diimbangi kemampuannya. Maksudku nafsu belanjanya tidak diimbangi kemampuan membawa belanjaannya. Tangannya kiri kanan sudah menenteng keranjang, tas tangannya dikempit, mana mungkin membawa 5 tas yang aku pilih tadi.
“Wah over weight nih bu, mari saya bantu, “ sambil menawarkan membawa salah satu tas belanjaannya.
“Aduh terima kasih ya pak, udah ngasih tas, sekarang bantuin bawain lagi,” katanya. Dia mengajakku menuju kasir. Di sana antrian cukup panjang. Aku lalu menawarkan jasa, “Biar saya saja yang antri bu, kalau masih ingin cari-cari silakan,” kataku terus menghutangi budi.
“Eeh iya pak terima kasih,” katanya sambil menyerahkan keranjang belanjaannya .
Dia kembali lagi dengan satu keranjang belanjaan penuh. Antrian di depanku tinggal dua orang lagi. Dia berdiri disampingku.
“Bu bagaimana nanti bawanya barang sebanyak ini, saya bantu ya bu,” kembali menambah membuat piutang budi.
“Aduh terimakasih Pak, bapak baik banget deh,” katanya mulai rada genit.
Sumpah, barangnya belanjaannya emang banyak bener, ada sekitar 10 kantong belanjaan. Kami menuju information desk dan meletakkan semua belanjaannya disitu. Cewek itu lalu menelpon supirnya untuk membawakan ke mobil.
Tak lama kemudian supirnya datang dan meraup semua tas-tas hasil penghamburan majikannya.
“Pak sebagai tanda terima kasih , ayo kita minum kopi dulu, bapak kan gak buru-buru kan,” katanya.
Aku mana mungkin menolak ajakan yang sebenarnya aku juga akan mengajak minum kopi juga. Dia berjalan ke arah salah satu departemen store terkenal dari Jepang. Kami jalan terus kedalam sampai diujung nya ternyata ada café yang agak tersembunyi.
Di situ kami berkenalan. Aku menolak disebut bapak, karen memang usiaku paling lebih tua setahun atau dua tahun. Ternyata di pun tidak mau dipanggil ibu. Dia lebih suka dipanggil saja namanya Jeane. Aku juga begitu agar terasa akrab lebih baik dia memanggilku Rudy.
Sebelum bertanya-tanya mengenai bagaimana penampilan ku. Kuperkenalkan dulu diriku. Dandananku khas eksekutif, tapi gak pakai dasi, masak jalan-jalan ke mall pakai dasi. Tinggi sekitar 175, kulit tidak terlalu putih, tapi juga bukannya hitam. Dada bidang dan sedikit agak berotot. Rambut klimis dan muka bersih, maksudnya kumis dan jenggot kucukur habis. Tampang ya gak jelek lah.
Dalam obrolan kami aku tidak menyinggung menanyakan statusnya. Kelihatan minat amat nanya-nanya status segala. Kami ngobrol yang gak ada isi. Aku masih mencari-cari dia minatnya apa. Ternyata dia suka bercerita tentang berbelanja di luar negeri. Untungnya aku gak kuper-kuper amat. Paling tidak beberapa negara yang dia sebutkan sudah aku datangi. Dulu sih aku kesana sebagai bacpacker.
Jadinya aku bisa menimpali dengan menyebut tempat-tempat yang menarik di negara-negara yang diceritakan. Dia makin bersemangat, sehingga tidak terasa aku sudah minum dua gelas kopi dan teh tarik selama 2 jam kami ngobrol di situ. Sampai sejauh ini aku belum tau dia stastusnya apa. Karena itu aku juga tidak berusaha mengoreknya. Tapi aku duga dia istri simpanan konglomerat. Jadi wajar saja kalau membuka statusnya adalah hal kurang menyenangkan baginya.
Dari dugaanku dia suka ngobrol denganku, karena aku bisa mengikuti minatnya dan ikut memberi penilaian terhadap hal-hal yang diceritakan. Kami saling bertukar no telepon dan selanjutnya berpisah.
Ikan gede memang gak bisa dipancing langsung dapat. Paling tidak harus mencocokkan besarnya mata kali dan menyesuaikan jenis umpan yang disenangi.
Aku hampir melupakan Jeane setelah seminggu disibukkan dengan rapat dan menyelesaikan tugas-tugas. Ada SMS masuk, kulihat dari Jeane. Dia hanya menulis, “Apa kabar,”
Aku jawab tentunya “ Baik, kapan mborong lagi, porter sudah siap nih,” kataku menggoda.
“ Ah ngledek ya,” katanya.
Kami kemudian janjian untuk ketemu di café tempat kami bertemu pertama.
Sialnya aku yang biasanya tidak suka terlambat. Kali ini terlambat 5 menit, sehingga Jeane ternyata sudah duduk di sana.
Pertemuannya kali ini rupanya ada maksud. Dia berharap aku bisa mendampinginya menghadiri pesta perkawinan sahabatnya. Nanti dia mengaku aku sebagai kakaknya.
“Lho nanti gak bermasalah, lha biasanya siapa yang dampingi, “ tanyaku mulai menyelidik.
“Ah gak apa-apa, pokoknya bisa enggak,” tanyanya.
“Ah itu sih soal kecil, aku sih ok-ok saja dan untukku aman,” kataku.
“ Sipp deh , pake jas ya,” katanya.
Hari yang dijanjikan aku harus menjemputnya di Salon di Kebayoran Baru dan dia melarang aku bawa mobil, karena dia minta aku mengemudikan mobilnya.
Dengan taksi aku meluncur ke tempat yang dijanjikan, sebuah salon yang menurutku, salon kalangan ekslusif.
Aku sempat menunggu sebentar, karena Jeane masih dirias. Jeane mendatangiku dan menyerahkan kunci. Aku terima, tetapi selanjutnya aku bingung mobilnya yang mana, karena di deretan mobil parkir disitu tidak ada Mercy nya yang dulu pernah aku lihat.
Dia menuntunku ke mobil Audi R8 V10 warna merah. “ Buset anak ini kaya nya bukan tangung ternyata,” batinku.
Aku terpaksa belajar sebentar, maklumlah biasa bawa angkot, ini bawa mobil sport mewah.
Di tempat pesta tidak terjadi insiden apa-apa. Maksudnya aku tidak ketemu saudara ataupun kenalan. Namun Jeane ketemu sohibnya juga dua wanita sebayanya yang berdandan menor dan tampangnya menggoda laki-laki banget. “ Kenalkan ini Rudy,” kata Jeane mempekenalkan diriku pada mereka.
Kami akhirnya akrab mengobrol di tempat pesta perkawinan itu. Sekitar dua jam akhirnya kami putuskan untuk cabut.
“ Kita diundang Lucy dan Baby ke apartemen mereka, kamu pulang malam gak-apa-apa kan,” tanya Jeane dalam perjalanan ke Apartemen Lucy.
Aku pikir buruan sudah makin kepegang, ya terpaksa mengorbankan pulang malam. Istri di rumah kutelepon aku pulang agak telat karena ketemu teman-teman lama. Istriku tidak protes, karena aku memang biasa pulang malam.
Apartemen Lucy, merupakan kompleks apartemen termahal di Jakarta. Semua unitnya adalah penthouse. Kami berdua sudah ditunggu Lucy dan Baby di lobby apartemen. Lucy mencolokkan kartunya , dan lift langsung naik ke lantai teratas.
Aku terkagum-kagum kemewahan apartemen milik Lucy. Perabotannya tidak ada yang murah, semua bermerk terkenal. “ Ayo-ayo silakan, “kata Lucy mempersilakan kami duduk di ruang tamu yang lega dan mewah.
“Sorry ya Rud, kita bertiga emang sohiban lama, teman senasib gitulah, jadi sering saling curhat, “ kata Lucy berusaha mencairkan suasana.
“ Mau pada minim apa ,” kata Lucy bangkit.
Aku tidak menjawab tawaran Lucy, karena belum tau arahnya dia mau nawari minuman apa. Dia kembali dengan gelas brandy yang hanya berisi seperempatnya. Kami berempat saling tos dan langsung mencicipi. Ternyata red wine. Aku mengenalinya karena rasanya agak sepet. Aku merasa ini adalah wine kelas satu, karena rasanya tidak terlalu menyengat, tetapi kadar alkoholnya lumayan tinggi. Wah aku harus bisa bertahan agar tidak tumbang duluan. Cewek-cewek ini kelihatannya terbiasa , jadi kau harus bisa mengatasi. Dengan dalih ingin minum air dingin aku tanya dimana letak gelas. Lucy tadinya mau mengambilkan air dingin untukku, tetapi aku cegah, biar aku saja yng ambil. Dia menunjukkan lemari kitchen set di ruang makan dan menunjuk lemari es tempat adanya air dingin. Ini adalah taktikku. Sebenarnya aku mencari mentega, untuk menawarkan alkohol. Kubuka lemari di sana ada butter, lumayanlah butter ini kucolek lalu kulahap. Enak juga rasanya agak asin, berarti ini jenis yang salted.
Aku kembali bergabung dengan segelas air dingin.
Lucy menambahi terus wine yang berkurang di gelas-gelas kami. Mereka ngobrol dan ketawa cekikikan. Dari gaya bicara dan gaya duduknya kelihatan pengaruh alkohol semakin tinggi. Sementara aku masih stabil berkat bantuan butter tadi.
Aku dan Jeane duduk di sofa yang lebar. Aku merangkul Jeane karena bahasa tubuhnya memang dia ingin dirangkul. Kepalanya disandarkan di dadaku.
“Ayo kita mulai acaranya,” kata Lucy.
“Acara apaan,” batinku.
Jeane bangkit berdiri yang lainnya pun begitu. Mereka mencopoti bajunya satu persatu. Berdirinya tidak ada yang stabil, ketiganya sempoyongan dan berkali-kali hampir jatuh. Aku terpaku melihat kelakuan mereka, karena semuanya jadi telanjang. Lalu Jeane duduk di kiriku, Lucy di kananku dan Baby bersimpuh diantara kedua kakiku. Mereka membuka bajuku satu persatu, sementara Baby membuka resletingku dan memelorotkannya. Celana dalamku kemudian dilepas. Penisku yang sedari tadi sudah tegang, jadi mencuat keatas. Baby langsung melahap penisku, Jeane menyerbu mulutku dan Lucy menciumi dadaku dan menggigit kedua pentilku.
Mulut Jeane terasa beraroma wine, sehingga aku makin terangsang. Kedua tanganku diam saja, karena tidak tahu harus memegang apa dan siapa.
Cukup lama kami terlibat cumbuan berat ini. Aku hanya pasrah menyandarkan kepalaku ke sandaran sofa. “ Ayo Jeane, cepet gua dah gak tahan nih, “ seru Lucy. Jeane segera naik keatasku dan tangannya memegang penisku lalu dimasukkannya ke lubang vaginanya. Aku menyaksikan sosok wanita anggun telanjang di depanku dengan kulit putih , dada lumayan kencang dan besar dengan putting berwarna merah jambu. Dia bergerak naik turun kadang maju mundur sesukanya tanpa aku memegang tubuhnya. Aku hanya menikmati pemandangan indah di depanku, dua tetek sedang terguncang-guncang. Jeane makin lama makin cepat bergerak. Sementara aku berusaha bertahan. Kemampuanku bertahan cukup luayan, karena aku pasif dan posisi grafitasi aku lebih menguntungkan. Jeane Ambur memelukku dan memeknya memeras-meras sekujur batang kontolku. Memek Jeane tergolong banjir dan licin, sehingga aku kurang merasa terlalu terjepit.
Jeane terkapar di sampingku, Lucy mengambil alih. Cewek ini badannya agak pendek, putih juga karena kelihatannya dia keturunan Cina, putingnya juga merah jambu dan cukup besar. Teteknya lumayan besar dan jembutnya lebat. Lucy dikaruniai wajah cantik. Mungkin karena dia kaya jadi perawatannya kuat. Penisku sudah menancap di memeknya. Lucy bergerak liar memutar-mutar pinggulnya seperti Inul. Gerakannya kurasakan dia bersuaha menkankan bagian clitorisnya ke tulang kemaluanku yang ditumbuhi jembut yang lumayan lebat. Lucy mendesah-desah, kepalanya di dongakkan dan menggelang kekiri dan kekanan. Memeknya juga termasuk tipe becek. Suara penisku keluar masuk berdecak-decak. Aku berusaha menetralkan pikiranku dan menekan segala rangsangan. Maksudnya untuk mempertahankan agar tidak mencapai ejakulasi. Lumayan berhasil juga, karena sudah sekian lama rasanya belum ada desakan yang berarti yang menarik spermaku keluar. Penisku masih cukup keras. Seandainya ini adalah ronde keduaku, bisa-bisa penisku menyusut, karena aku menghambat rangsangan pada diriku. Tapi untunglah penisku masih tetap tegak sekarang, karena ini adalah ronde pertamaku. Gerakan Lucy makin liar. Dia hampir mencapai orgasme, ini terbaca dari erangan-erangannya dan gerakannya serti kosentrasinya. Lucy rubuh ke dadaku dan kusambut dengan ciuman buas di mulutnya. Lucy merasa bahagia sekali dikala orgasmenya dia dicum mesra oleh pasangannya. Mungkin dia merasa aku melimpahkan seluruh kasih sayangku kepadanya. That’s my secret. Lucy menciumi pipi kiri dan kananku sambil mengucap thank you yank. Dia lalu berbaring di sisiku yang satu lagi. Jeane sudah tertidur pulas telanjang. Pengaruh orgasme dan alkohol mengakibatkan dia tidak bisa menahan kantuknya.
Baby mendapat giliran terakhir. Baby adalah tipe wanita Jawa yang kulitnya lebih gelap dari kedua sohibnya, tetapi masih lebih putih dari kulitku. Susunya masih mengkal, karena tidak terlalu besar, pantatnya menggembung besar. Kedua putting susunya berwarna gelap. Baby kelihatannya sudah tidak sabar menunggu giliran terakhir. Dia bisa saja cemas, kalau-kalau aku tidak mampu bertahan, maka antrian dia makin lama.
Babi pembawaannya lebih halus. Dia menciumiku dulu lalu tangannya menuntun penisku memasuki gua kenikmatannya. Dia memasukkan penisku pelan-pelan. Aku merasa lubang memek baby lebih ketat dari kedua rekannya tadi. Dia melepas ciuman dan bangkit tegak berkonsentrasi pada gerakannya. Gerakan Baby lebih penuh perasaan dengan gaya memutar seperti Inul. Aku merasa Baby juga berusaha memepetkan bagian clitorisnya ke tubuhku. GERakan baby merangsang diriku. Mungkin karena juga jepitan memek Baby lebih enak dari lainnya. Dia terus melenguh-lenguh. Sementara itu kedua temannya sudah terkapar tidur bersandar sofa dengan kedua kakinya mengangkang. Baby mulai buas bergerak, sepertinya dia sudah mendekati garis finish. Benar juga tidak lama kemudian dia mencapai puncaknya yang tertinggi sampai dia melengking karena tidak tahan desakan rasa nikmatnya Baby ambruk di tubuhku dan langsung kusambut dengan ciuman ganas.
Aku tunggu sempai gelombang orgasmenya selesai baru kulepas ciuman dan Baby Kurangkul untuk berusaha membalikkan posisi. Aku ingin melampiaskan kenikmatanku dengan mencapai orgasme. Sebenarnya tadi sudah hampir mencapai, tetapi Baby sudah keburu duluan. Baby kubaringkan dengan posisi duduk ngangkang. Aku menindihknya dan langsung menghajarnya dengan tusukan-tusukan cepat. Memek Baby terasa makin nikmat setelah dia mencapai orgasme. Rasanya lubangnya makin sempit meskipun cairan lendirnya membanjir. Aku sudah merasa gelombang ejakulasiku segera datang. Kutekan dalam-dalam penisku dan kusemprotkan seluruh maniku ke dalam memek Baby. Baby kelihatannya dalam keadaan setengah sadar karena pengaruh alkohol. Dia tergeletak pasrah. Ketiga cewek yang mengeroyokku sudah terkapar semua dan dalam keadaan tidak sadar, karena tertidur lelap. Pemandangan 3 cewek kaya raya tidur mengangkang di sofa tidak aku sia-siakan. Cepat-cepat kuambil kamera HPku yang lumayan tajam dengan kemampuan 8 mega. Kuambil berkali-kali foto mereka dari semua sudut, sampai ke lubang-lubang memek mereka yang berkilat karena lendirnya. Satu persatu foto mereka serta seluruh detilnya sudah kudapat, juga foto mereka bersama dalam keadaan telanjang. Kartu Memory memori HPku sampai hampir habis karena aku mengambil hampir 100 shoot. Aku segera menyimpan HP ku dan mencari kamar mandi untuk membersihkan diriku. Dari kamar mandi kulongok kamar Lucy yang luas dengan tempat tidur yang sangat lebar. Kusiapkan tempat tidur itu, karena mereka bertiga satu-persatu akan aku bopong kesana. Setelah lubang memek mereka satu persatu aku bersihkan. Aku membopong mereka ke tempat tidur. Diangkat dan dipindahkan ke tempat tidur pun mereka tidak terbangun. Mereka sudah mabuk berat. Kututupi tubuh ketiganya dengan selimut tebal. Suhu ruangan aku atur agar tidak terlalu dingin menggigit. Aku berkeliling ke unit apartemen milik Lucy. Tidak ada barang murah di sini, semua kelas super mahal. Kutaksir harga furniturenya jauh lebih mahal dari harga apartemennya yang kira-kira diatas 5 M. Siapa kira-kira yang membelikan ini semua ya, tanyaku dalam hati. Tidak ada foto laki-laki yang terpampang di situ.
Aku memilih tidur disofa sambil menikmati tayangan TV kabel sampai akhirnya aku lelap. Sekitar jam 6 pagi aku terbangun karena mendengar ada suara orang berbicara, Ternyata ketiga mereka sudah bangun dan mondar-mandir di sekitar ruang makan. Ketiganya membiarkan dirinya tetap telanjang. Kelhatannya mereka bertiga sedang memperispkan sarapan pagi. Aku dibangunkan dan diajak makan pagi di meja makan. Kami makan dalam keadaan nudist. Aku dipuji-puji oleh ketiga mereka karena daya tahanku semalam melawan mereka. Akhirnya mereka berjanji akan melakukan lagi orgy party seperti semalam di lain waktu. Mana mungkin aku menolaknya. Hanya saja ketika ingin mengulang permainan semalam aku menolak, karena aku harus segera masuk kantor. Maklum pegawai. Mereka mengerti dan dengan berat hati melepasku.
Di kantor badanku terasa masih lelah, karena kurang tidur dan tenagaku terkuras tadi malam. Pada istirahat siang HP ku berbunyi, Jeane menelonku. Rupanya mereka masih di apartemen Lucy. Jeane kembali berterima kasih kepadaku dan memuji tak habis-habisnya. Pembicaraan kemudian beralih, bahwa Jeane ngotot banget ingin no rekeningku di BCA. Aku semula keberatan, karena tidak tahu juntrungnya mau apa. Tapi dia tetap tidak mau membuka dan terus mendesakku , sampai akhirnya aku tidak bisa beralasan lagi mempertahankan. Aku kemudian memberinya dan Jean puas serta dia kembali mengucapkan terima kasih.
Aku menebak-nebak apa yang akan dilakukan dengan No rekeningku. Setengah berharap aku menebak mereka akn mentransfer sejumlah dana. Kalau itu yang terjadi, lumayan untuk bayar cicilan mobil dan kartu kreditku.
Tidak lama berselang hanya sekitar 10 menit, sms hp ku menyalak. Kulihat nomornya adalah sms banking. Kubuka dengan harap-harap cemas. Astaga banyak banget transferan yang masuk, 5 menit kemudian muncul lagi kredit yang sama jumlahnya, lalu 5 menit lagi masuk lagi. Tiga kali transferan masuk ke rekeningku. Jumlahnya bukan hanya cukup untuk mencicil angsuran mobilku, tapi untuk melunasinya pun masih ada lebih untuk melunasi kartu kredit dan cicilan rumahku beberapa bulan ke depan.
Aku langsung mengontak Jeane, menanyakan basa-basi apa maksudnya mentransfer dana begitu besar ke rekeningku. “ Itu sebagai ungkapan terima kasih kami, jangan tersinggung ya Rud,” katanya.
Bagaimana mau tersingung, memek dapat tiga transferan dapat tiga kali. Selanjutnya aku sering diajak mereka baik sekaligus bertiga atau satu-satu. Mereka adalah istri simpanan konglomerat-konglomerat terkenal di negeri ini.
Beberapa kali petualangan kami sampai berparty di Singapura. Aku diberi tiket kelas 1 SIA dan mereka sudah menungguku di sana. Kami sering berakhir pekan di Singapura. Mereka semua mempunyai apartemen mewah di kota singa itu. Aku sekarang menjadi seperti gigolo mereka. Bukan hanya rumah yang sudah lunas, tetapi juga mobilku. Bahkan aku sudah bisa membelikan mobil untuk istriku dan untuk anak-anak sekolah. Tentunya aku beralasan ke istriku aku mendapat side job yang lumayan gede hasilnya. Padahal side job itu adalah hardcore job.
Kami menjaga kerahasiaan hubungan kami, sehingga sekarang tidak pernah melakukan pertemuan di tempat-tempat terbuka. Nyonya-nyonya ini jika kita ketemu di luar, penampilannya menyegankan karena anggun, berwibawa dan tidak sembarangan bisa ditegur sapa. ***


Baca juga...



Kembali ke Beranda

0 komentar:

:)) ;)) ;;) :D ;) :p :(( :) :( :X =(( :-o :-/ :-* :| 8-} :)] ~x( :-t b-( :-L x( =))

Posting Komentar

Pilih judul

Kategori

Pengunjung

Ditunggu kunjungnya kembali...