Klik disini untuk melihat judul cerita yang akan segera terbit !!
Diberdayakan oleh Blogger.

Rabu, 20 Agustus 2014

Keluaraga free seks

Bagikan :

Sesosok wanita menarik perhatianku, ketika aku baru saja selesai memarkir mobil. Sempurna sekali tubuhnya, wajahnya cantik, rambutnya coklat dan kulitnya putih bening.
Kelihatan dari wajahnya dia keturunan China. Aku berdiri di samping mobilku sambil memperhatikan kemana arah cewek cantik itu. Wah mobilnya bukan sembarangan, Mercedes tipe terbaru.
Begitu dia masuk mobil aku pun cepat-cepat masuk mobil kembali. Maksudku ingin menguntit. Mobilnya bergerak kearah tempatku parkir. Tiba-tiba muncul ide untuk menabrakkan saja mobilku ke mobilnya. Mobilku Jeep Wrangler parkir posisi maju, sehingga aku harus keluar mundur.
Ketika mobilnya muncul, segera kumundurkan mobilku sehingga tabrakan belakang mobilku dengan samping sebelah kirinya. Tidak terlalu keras, tetapi cukup dalam juga body samping belakangnya mblesak ke dalam. Sedang mobilku tidak mengalami kerusakan berarti.
Sosok bidadari yang kuincar tadi langsung keluar dari mobil dan melihat kerusakan. Dia marah-marah menyalahkanku, yang katanya sembarangan saja mundur gak lihat-lihat. Aku segera minta maaf dan berjanji akan memperbaiki semua kerusakannya. Padahal aku tahu bahwa mobil semewah ini tidak mungkin tidak ada asuransinya. Jadi aku tidak perlu khawatir keluar duit banyak.
Dia memelototi aku dengan muka kesal. Wajahnya, ampun cantik banget, apalagi dalam keadaan marah begitu. Aku tawarkan untuk menuju bengkel langgananku. Dia tidak mau membawa mobilnya yang kelihatan jelek karena penyok, aku disuruhnya membawa mobil dia sementara dia membawa mobilku. Untung saja mobilku interiornya sedang bersih tidak berantakan seperti biasanya.
Aku setuju, sekitar 30 menit kami jalan beriringan sampai ke bengkel langgananku. Pemilik bengkel menyambutku dengan akrab. Bengkel ini memang langganan keluargaku, dia juga menerima perbaikan yang ditanggung asuransi. Aku disarankan mengurus asuransinya.
Cewek yang mobilnya kutabrak tadi belum tahu namanya siapa. Aku terpaksa menanyakan namanya dengan menyalaminya, dia menyebutkan namanya Karina. Dia lalu menelepon perusahaan asuransinya. Urusan asuransi tidak perlu aku uraikan, nanti terlalu nglantur.
Karina tampangnya masih kesal, dia bilang aku membuat acaranya berantakan. Dia menuntut aku mengantar pulang ke rumahnya. Aku dengan senang hati dan mengorbankan semua acaraku hanya untuk mendapat kesempatan kenal lebih jauh dengan Karina.
Kami sampai ke kawasan Pondok Indah Jakarta. Rumahnya besar dan sangat mewah. Sampai dirumahnya aku tidak tahu statusnya, jangan-jangan dia istri piaraan konglomerat. Aku disuruh ikut masuk rumahnya. Kebetulan ibunya masih di rumah. Segala kekesalannya ditumpahkan ke ibunya mengenai tragedi tadi. Aku hanya terdiam saja duduk di kursi. Paling tidak aku tahu bahwa Karina bukan istri piaraan konglomerat, tapi anak konglomerat.
Ibunya untung tidak ikut memarahiku, dia malah meminta anaknya sabar, karena musibah tidak bisa dihindarkan. Mamanya masih cantik di kisaran usia 40-an. Dari wajahnya kulihat mamanya seperti bule. Dari beberapa pertemuan kemudian ku ketahui bahwa mamanya keturunan Amerika Latin. Mereka bertemu ketika Papanya yang orang China sedang tugas bekerja di New York. Terlihat sekali Karina sangat manja. Kutaksir Karina baru berusia sekitar 20 tahun.
Kugambarkan sedikit sosok Karina, Tingginya sekitar 170 cm, tidak beda jauh dari tinggiku yang sekitar 175cm. Kulit putih seperti umumnya cewek cina. Tapi aku tidak terlalu khawatir karena kulitku juga tidak hitam, seperti mamaku yang keturunan Lebanon yang kawin dengan papaku, Jawa asli. Tubuh Karina nyaris sempurna, teteknya kelihatan cukup tegap dan besar, pantatnya penuh dan pingangnya kecil. Kakinya putih tanpa cacat. Ya iyalah anak orang kaya pasti perawatannya full.
Ibunya malah mengajakku ngobrol, menanyai keluargaku dan kegiatanku. Kujelaskan bahwa papaku Pati di Angkatan Laut, kini jadi pengusaha setelah pensiun. Ibuku keturunan Lebanon. Aku baru selesai kuliah dan sekarang bekerja di salah satu perusahaan ayahku.
Ibunya yang memperkenalkan namanya, Margareth. Dari tatapan matanya mengesankan dia menyenangiku. Aku pura-pura culun aja, meski aku bisa membaca bahasa tubuh. Karina yang duduk di samping ibunya, juga sering mencuri-curi pandang ke arahku. Dari sorot matanya aku memastikan bahwa Karina juga tertarik.
Sekitar 2 jam kami ngobrol di ruang tamu yang mewah sekali. Ibunya dan juga Karina men save no HP ku. Aku pastilah mempunyai semua no HP mereka. Malam ketika aku asyik ngobrol dengan kolega di kafe Kemang,, Hpku bergetar, muncul nama Karina.
Dia minta aku menjemputnya di rumah besok pagi jam 7 pagi, dia ada janji meeting dikantor clientnya. Ini sebagai hukuman akibat aku menabrak mobilnya. Bagiku ini bukan hukuman tapi kesempatan, ya kesempatan mengenal lebih jauh.
Setengah jam sebelum jam 7 aku sudah duduk diruang tamu rumah Karina. Rumahku hanya 10 menit dari rumahnya, jadi bisa cepat sampai. Pagi itu aku disambut ibunya yang kemudian mengajakku duduk di meja makan untuk sarapan toast dan milo hangat. Mama Margareth banyak bertanya mengenai diriku. Kayaknya dia penasaran mengenai siapa diriku.
Keluarga mereka baru sekitar 2 tahun tinggal di Indonesia. Sebelumnya sekitar 10 tahun di New York dan sebelumnya di Caracas, Venezuela. Dari negara itulah mama Margareth berasal. Pantas saja cantik. Cewek Venezuela terkenal cantik, buktinya mereka sering memenangkan Miss World.
Jam 7 pagi tepat Karina muncul dengan wajah segar dan cantiknya luar biasa, berkat blasteran Cina dengan Latin Amerika. Kami segera pamit dan aku diminta men sun pipi mama Margareth, itu memang kebiasaan mereka. Sambil mensun aku sempat terkena tendangan ujung tetek mama Margareth yang terasa empuk menyundul dadaku.
Hari ini wajah Karina tidak cemberut seperti kemarin, Dia malah tampil sumringah. Aku mendrop Karina di salah satu gedung di Thamrin, dan aku meneruskan menuju kantorku di daerah Menteng. Karina katanya akan pakai taksi menuju kantornya di kuningan. Tapi bubaran kantor aku diminta menjemputnya.
Akhirnya aku jadi seperti supir Karina selama mobilnya masih di bengkel. Aku senang-senang saja karena dengan begitu bisa lebih dekat dengan Karina yang sekarang sudah makin jinak. Selain itu aku juga senang cipiki-cipika dengan mama Maragareth yang makin hari rasanya makin mesra, karena aku dipeluknya erat sampai dadanya ngepres ke dadaku.
Seperti dugaan pembaca, aku nantinya akan dapat mencicipi Karina dan mamanya. Tapi sabar ya. Ceritanya tidak seru kalau lompat-lompat, rasanya jadi kurang nalar.
Belum sebulan aku sudah diajak Karina masuk ke kamarnya di lantai atas. Kejadian itu ketika aku mengantarnya pulang kerja. Rumah waktu itu sepi. Aku digandeng Karina menaiki tangga dan langsung masuk ke kamarnya. Kamarnya khas cewek banget, dimana-mana ada warna pink. Kamarnya lega dan selain sebuah bed yang lebar, terdapat meja kerja dan sofa kecil. Kamar mandi juga ada di dalam.
Setelah pintu tertutup, Karina langsung memeluk dan menciumiku dengan ganas. Aku membalasnya dengan ganas pula sambil aku gendong dan kubaringkan di tempat tidurnya. Hanya 5 menit tanganku diam, setelah itu langsung merambah kedua susunya. Mulai dari meremas dari luar baju sampai akhirnya memelintir kedua putingnya yang masih kecil. Pentilnya kecil dan nyaris terbenam, padahal susunya besar sekali, sampai telapak tanganku tak muat menangkupnya.
Cumbuan berat sekitar 15 menit, kami berdua sudah bugil. Tubuh Karina putih mulus tanpa cacat dengan jembut hitam lebat. Dia menunjukkan kemahiran menghisap penisku dengan sedotan-sedotan kuat. Dengan keahliannya ini sudah bisa di duga bahwa Karina sudah cukup mengenal lelaki dan mungkin sudah lebih dari seorang yang dia cumbui. Tapi peduli amat lah, karena aku pun bukan pejaka lagi sejak umur 15 tahun.
Karina senang memainkan batang penisku yang katanya tegap dan panjang. Padahal penisku pernah ku ukur panjangnya cuma 15 cm lebih dikit dan lingkarannya 20 cm. Cukup lama dia mengoralku dan cukup lama pula aku menahan diri agar tidak muncrat. Akhirnya dia bosan dan minta aku pula yang mengoralnya.
Memeknya yang lebat dengan jembut agak merepotkan juga, Kusibak jembutnya dan terlihatlah belahan memeknya. Model memeknya tidak secantik wajah Karina. Bibir dalamnya kelihatan berlebih keluar. Sehingga aku bisa menjewernya ke kiri dan ke kanan. Jika dijewer maka terlihatlah lubang magmanya yang merah muda dan diatasnya terdapat tonjolan dengan ujung bulat mengkilat. Aku menyerbu itilnya dengan menangkupkan mulutku ke memeknya bagian atas. Lidahku dengan mudah menemukan tonjolan itil yang sudah ngaceng. Karina kelojotan dan menjerit-jerit nikmat ketika itilnya aku serang dengan jilatan lidah. Sambil menjilati itilnya jari tengah tangan kananku masuk ke lubang vaginanya mencari tonjolan Gspotnya. G spotnya sudah mengembang dan terasa agak kasar sedikit. Dengan bantuan pelumasan vaginanya yang sudah banjir aku menjilati sambil menggosok gpotnya. Karina tidak mampu bertahan dengan seranganku sehingga dalam waktu tidak sampai 5 menit dia sudah orgasme dan memuncratkan ciaran kental dari lubang kencingnya.
Spreinya basah seperti kena ompol. Karina masih mengejan-ngejan karena gelombang orgasmenya. Setelah itu terkulai lemas seperti orang pingsan. Aku khawatir juga kalau dia benar-benar pingsan, maka kuciumi mulutnya dan kumainkan lidahku di dalam mulutnya. Ternyata ada reaksi, sehingga aku merasa aman. Penisku yang sudah tegangan penuh aku arahkan memasuki liang vaginanya yang sudah licin. Perlahan-lahan aku selundupkan seluruh batangku sampai tenggelam. Nikmat sekali jepitan memeknya. Sesekali ada pula gerakan ototnya mencengkeram batang penisku.
Mudahnya aku menikamkan penisku ke memeknya maka meyakinkan aku bahwa Karina sudah tidak virgin. Ah aku tidak ambil pusing siapa yang memerawani. Dapat kesempatan sekarang merasai memeknya pun rasanya sudah luar biasa.
Karina yang masih lemas aku tindih dengan gerakan pelan memompa memeknya. Sekitar 5 menit aku memainkan posisi MOT mulai ada reaksi Karina dia merintih sambil tangannya memeluk badanku. Punggungku dicakarnya ketika dia mencapai orgasme. Rasanya agak perih, tapi aku bisa menghiraukan karena aku pun kemudian mencapai orgasmeku. Sperma ku tembakkan ke dalam memeknya, sehingga luber.
Aku biarkan penisku yang baru muncrat tetap berada di dalam memeknya, sambil kusangga badanku dengan siku sehingga tidak menindih penuh tubuh Karina. Kupandangi wajahnya yang kelihatannya makin cantik. Aku ciumi. Teteknya yang kencang menggembung dan aku remas-remas.
Kegiatanku itu rupanya memicu penisku bangun lagi. Padahal masih pada posisi tercelup dalam vagina. Merasa makin keras, aku gerakkan maju mundur yang malah jadi makin nikmat dan makin keras. Setelah terasa cukup keras aku bekerja lagi mengaduk vagina Karina. Dia mengatakan kewalahan menghadapiku yang bisa main tanpa jeda. Aku pun seumur hidup baru ngalami sekali ini bisa langsung on dalam tempo hanya kurang 2 menit. Mungkin karena pemandangan dan rasa yang kudapatkan nilainya plus semua, maka rangsangan di otak jadi mudah bangkit kembali.
Ronde keduaku membuat Karina kewalahan. Dalam posisi MOT dia mendapat dua kali orgasme. Aku balikkan posisi menjadi WOT. Karina hanya sanggup ketika dia mencapai orgasmenya lagi sekali setelah itu dia minta aku kembali di atas. Kugenjot dengan cepat dan kasar, dia menjerit nikmat dan dapat lagi satu O, sampai dia berteriak, mungkin sangking nikmatnya.
Mungkin teriakan itu terdengar sampai keluar kamar, karena tidak lama kemudian Mama Margareth muncul di pintu, yang kami lupa menguncinya. Mama tidak sekedar melongok, dia malah masuk menonton aku yang sedang menindih anaknya. Aku tidak bisa berbuat apapun, karena posisi bugil berdua sedang tindih-menindihan dan penisku terbenam di memek Karina. Aku pasrah, apa pun yang akan terjadi aku harus terima.
Ternyata si Mama tidak marah, malah meminta Karina jangan teriak-teriak karena sudah malam. Tidak lama kemudian mama meninggalkan kami. Aku jadi agak kurang gairah setelah ke gap sedang ngentot. Namun Karina masih saja mendesah-desah mengikuti irama gerakanku. Kayaknya dia gak terpengaruh karena kepergok mamanya.
Cukup lama ku embat si Karina sampai dia lempar handuk alias menyerah karena tidak mampu lagi melayani nafsuku. Padahal penisku masih tegap dan belum terasa ada tanda mau nyemprot. Karena kasihan anak cantik kecapaian, jadi aku hentikan permainan yang kurasakan jadi nanggung. Apa boleh buat lah. Kalau diterusin badanku juga lelah. Karina berpesan sebelum tidur agar aku jangan pulang, tidur bersama dia sampai pagi.
Untuk menetralisir birahiku, aku masuk kamar mandi dan menyiram sekujur tubuhku dengan air dingin. Lepas mandi muncul pula tuntutan baru. Perutku lapar. Berbaju piyama yang sudah disediakan Karina aku turun ke bawah, menuju dapur besih. Aku periksa satu persatu laci kitchen dan akhirnya kutemukan mi instan. Dua bungkus sekali masak, lumayan juga mengganjal perut. Tapi rasanya masih belum marem. Kucari sesuatu di dalam kulkas. Di frezer ada beberapa hamburger siap saji bersama rotinya dalam keadaan beku. Ah gak masalah, ada microwave semuanya beres, tidak sampai 5 menit aku sudah menikmati hamburger panas.
Setelah tuntas melahap, sekarang aku jadi kekenyangan. Aku duduk sejenak di sofa ruang keluarga untuk menetralisir perut yang teramat kenyang. Remote tv di tangan, maka dunia ada di dalam genggamanku. Aku berhenti di tayangan HBO. Bagus juga filmnya sehingga aku terpaku menontonnya. Jam di dinding berdentang 12 kali.
Handphoneku bergetar. Aku agak kesal, karena ada orang mengirim pesan tengah malam begini. Sambil agak malas-malasan kubaca layar HP. Astaga, ternyata mama Margareth yang mengirim pesan. Isinya “ Itu kamu yang di ruang tengah nonton TV ya,”, Kujawab “Benar ma”
Tidak lama kemudian si Mama muncul dari pintu kamar tidurnya. Dia menghampirku yang tengah duduk santai disofa. Mama pakai daster yang mungkin dari kain satin, karena terlihat berkilat dan halus. Dia mendekatiku dan tanpa basa-basi langsung duduk dipangkuanku menindih tubuhku yang posisinya setengah berbaring. Belum sempat aku berpikir, kedua tanganku sudah diraihnya dan diajak untuk meremas kedua payudaranya yang tidak dibalut BH. Dikasih enak, mana mungkin nolak.
Kedua telapak tanganku langsung bekerja sesuai dengan permintaan. Tidak puas meremas dari luar pagar, tanganku masuk ke dalam daster melalui belahan depan daster. Dua payudara besar yang masih sangat kenyal aku remas dan aku pelintir putingnya hati-hati. Pemiliknya mendesah dan menindihku.
Mama bangkit lalu melepas celana boxerku sekaligus celana dalamku. Penisku yang dari tadi belum layu, mengeras sempurna kembali. Aku tidak sempat bertanya kenapa mama, sampai minta jatah dariku, karena mama langsung melahap penisku. Tidak hanya dihisap dan dijilat. Bukan hanya batang penis, tetapi kedua kantong zakarku turut dikulum. Sudah itu lubang matahari ku tidak luput dari jilatannya. Nikmatnya luar biasa di service pemain U-45 berpengalaman.
Aku pasrah saja melayani keinginan Mama Margareth yang makin buas. Puas mengoral, mama bangkit dan mengangkat dasternya yang ternyata dia tidak mengenakan celana dalam. Dia berdiri diatasku . Memeknya tepat di depan mulutku. Aku segera tahu apa yang diinginkan. Sambil mama berdiri di sofa aku meraih pinggulnya dan langsung menjilati belahan memeknya. Kelihatannya si Mama mencukur jembutnya sehingga tinggal sedikit di ujung lipatan , seperti jambul komedian “Gogon”.
Belahan memeknya menjepit daging yang agak menggelambir keluar. Bentuk memeknya seperti Karina, dengan labia minoranya yang agak panjang. Aku sibak dengan menariknya melebar. Itil si Mama kelihatan lebih menonjol seperti penis kecil. Oleh karenanya aku lebih mudah mencucupnya dan menjilati itil.
Mungkin karena geli nikmat si Mama melonjak-lonjak sehingga membingungkan ku mengikuti gerakannya. Lama-lama posisi kami jadi rubuh. Aku telentang di sofa dan si Mama menduduki mulutku. Mulanya posisi itu membuat aku gelagapan, karena tidak ada ruang untuk bernafas. Setelah kuatur posisi yang melegakan, aku meneruskan serbuan keujung itil yang bentuknya seperti kepala penis kecil.
Mungkin karena posisi mama diatas, sehingga dia lebih leluasa bergerak, dan itu membuatku sulit mengikuti gerakannya. Berkali-kali itilnya lepas dari lidahku. Mama aku bimbing telentang di sofa lalu aku berada di atasnya dan menjilati itilnya. Posisi ini bagiku lebih pas, karena mama jadi agak sulit bergerak dan jilatanku konstan di ujung itilnya. Mama mengerang nikmat, jari tengah kutusukkan ke dalam lubang vaginanya dan meraih gspotnya. Mama makin merintih seperti orang nangis, tetapi nadanya nikmat.
Tidak lama kemudian mama meraung tertahan dan bersamaan dengan itu muncratlah cairan dari memeknya membasahi mukaku. Rambutku dijambaknya sampai terasa sakit, tapi terpaksa aku tahan, karena mama tidak sadar meremasnya terlalu kuat.
“Kamu luar biasa sampai aku bisa benar-benar lemes,” kata Mama. Aku ambil ancang-ancang menancapkan senjataku ke dalam lubang nikmatnya. Mama mencegah lalu bangkit dan menarikku masuk ke kamar tidur khusus tamu.
Di kamar ini memang lebih leluasa. Mama pasang posisi ngangkang dan aku juga merangkak diantara kedua kakinya. Tanpa dituntun kuarahkan penisku memasuki lubang vaginanya. Penisku menemukan jalannya dan aku tinggal menekan perlahan-lahan. Meski sudah berumur, tetapi jepitan memek si mama, lumayan enak juga. Aku memompa perlahan-lahan terus menerus. Mama mendesis, ini menandakan posisiku tepat merangsang g spotnya. Makin lama suara mama makin keras dan akhirnya terdiam lalu melenguh panjang sambil mendekapku kencang sekali. Batang penisku terasa dipijat oleh otot-otot vagina mama.
Selepas orgasme aku merasa memek mama makin ketat, sehingga menimbulkan kenikmatan bagi penisku. Aku menggenjot lagi sampai sekitar 10 menit yang akhirnya kami bersamaan mencapai kepuasan. Aku melepas spermaku di dalam lubuk memek mama. Badanku berkeringat meskipun ruangan ber AC.
Aku memperhatikan body mama, meski sudah tua tetapi masih bagus. Mungkin karena orang bule atau karena dia rajin merawat dan melakukan senam. Kesadaranku pulih, sehingga berfikir situasi keluarga Karina. Bagaimana seorang ibu memergoki anaknya di entot orang, tapi diam saja dan bagaimana pula sang ibu minta dientot pacar anaknya, padahal suaminya sedang ngorok dikamar. Mungkin saatnya nanti aku akan tahu bagaimana relasi keluarga mereka.
Setelah istirahat sejenak, mama bangun dan mengajakku ke kamar mandi yang ada di kamar itu. Kami saling membersihkan diri dari cairan kenikmatan kami tadi. Di kamar mandi yang terang inilah aku baru cermat mengamati keindahan tubuh mama. Susunya toge banget meski agak menggantung tetapi masih padat, alias belum kempot. Warna putingnya merah jambu dan putingnya menonjol sebesar ujung jari kelingking.
Pantatnya bahenol banget, seperti pada umumnya wanita latin. Matanya tajam dan hidungnya mancung. Tingginya hampir setinggi aku. Lemak tubuhnya tidak terlalu tebal, tetapi menggumpal di beberapa tempat. Meski begitu pinggangnya masih langsing.
“Mama ada masalah sama papa” tanyaku.
“Ya gitulah, mungkin papa sudah terlalu tua sehingga agak jarang melayani mama. Kalaupun main, mama tidak sampai puas dia sudah lemes dan langsung ngorok.” kata Mama.
Tidak banyak ngomong karena kami saling meraba dalam membersihkan diri, Mama mencoba mengocok penisku yang kuyu dan aku meremas tetek mama yang menggemaskan. Setelah mengeringkan diri dengan handuk, mama menyarankan aku kembali ke kamar Karina karena dia akan kembali ke kamarnya.
Karina masih lelap tidur, dan posisinya masih belum berubah. Dia terlalu lelah bermain denganku tadi, karena berkali-kali mendapatkan orgasme. Aku belum tahu apa reaksinya jika dia tahu aku “bermain” dengan mamanya. Apakah dia akan bisa menerima, seperti mamanya mengetahui anaknya aku embat.

****


Baca juga...



Kembali ke Beranda

0 komentar:

:)) ;)) ;;) :D ;) :p :(( :) :( :X =(( :-o :-/ :-* :| 8-} :)] ~x( :-t b-( :-L x( =))

Posting Komentar

Pilih judul

Kategori

Pengunjung

Ditunggu kunjungnya kembali...