Klik disini untuk melihat judul cerita yang akan segera terbit !!
Diberdayakan oleh Blogger.

Rabu, 20 Agustus 2014

Keluarga free seks III

Bagikan :

Ketika aku kembali ke Jakarta, Karina sudah menunggu, karena cukup lama dahaganya tidak terpenuhi. Mama Margareth juga minta jatah. Siang malam aku bertempur dengan mereka berdua
. Mama Margareth tidak sebuas Karina, maka aku bisa agak santai menghadapi mamanya.
Aku lebih sering tinggal di rumah Karina dari pada tidur di kamarku sendiri. Pekerjaanku memang agak terbengkalai. Namun aku membangun sistem baru sehingga aku bisa bekerja tanpa harus setiap saat ke kantor. Di samping itu ada beberapa pekerjaan dari papa Karina yang diserahkan pengurusannya kepada ku.
Papa Karina suatu hari mengutusku ke Bangkok untuk mewakili dirinya bertemu clientnya di sana. Ada beberapa proyek yang harus di negosiasi dengan clientnya di Bangkok. Mengetahui aku akan ke Bangkok, 3 hari, Mama Karina mengatakan dirinya mau ikut.
Sebenarnya pengikut mengikuti jadwal yang diikuti, bukan malah mengubah rencana. Tapi bukan begitu yang terjadi. Mama Margareth membuat rutenya sendiri, sehingga perjalanan menjadi Jakarta – mampir Singapura semalam – Bangkok 2 hari 1 malam – kembali lagi mampir semalam di
Singapura – baru kembali ke Jakarta.
Biasanya aku hanya menggunakan tiket kelas ekonomi, tetapi karena si Mama ngikut maka berubah menjadi tiket first class dan hotel di Bangkok menjadi suite room. Itu semua yang mengatur Mama Margareth dan si Papa tidak bisa menolak.
Kami terbang pagi dari Jakarta untuk mengejar makan siang di Singapura. Mama malah sudah book seat di restoran Sanur, yang terkenal gulai kepala ikan dan tahu telornya. Kami tiba di Singapura tidak dijemput, karena anak-anak masih sibuk dengan sekolahnya. Mereka berjanji ketemu di restoran Sanur.
Dari airport, menggunakan limousine kami berdua menuju ke apartemen anak-anak. Masih cukup waktu untuk meletakkan koper dan istirahat sebentar. Setiba di apartemen, Mama Margareth mau mandi, karena tadi pagi tidak sempat mandi, takut kesiangan tiba di airport. Maklumlah mandi dan dandannya lama sih.
Aku raih remote TV lalu santai di sofa menyaksikan siaran olah raga. Mama Margareth keluar dari kamar anak-anak hanya mengenakan kimono, tetapi bagian depannya tidak ditutup, sehingga harta karunnya terlihat. Dia seharusnya masuk kamar mandi yang ada di dalam kamar, tetapi malah menghampiriku yang sedang mulai ngantuk di sofa. Mama duduk dipangkuanku dengan manja dan berbisik bahwa dia minta dimandiin.
Aku tidak bisa menolak permintaannya, dan aku menduga, urusan tidak hanya selesai masalah mandi, tetapi mesti ada kelanjutannya, sehingga mandinya tidak cukup sekali. Rasa ngantuk terpaksa harus dilawan dan aku bangkit menuju kamar mandi di dalam kamar Stefani dan Melody. Sebelum masuk kamar mandi, seluruh pakaianku dilucuti oleh Mama.
Untuk mempersingkat urusan mandi, kami menggunakan shower. Aku membasuh seluruh tubuh mama dan tentunya meremas kedua susunya dan mengobel belahan memeknya. Sampai saat itu penisku belum berdiri, mungkin karena semalam habis bertempur 2 ronde dengan Karina di Jakarta.
Dibawah guyuran shower mama jongkok lalu mengisap penisku yang masih lemas. Di hisap dan dijilati kantong zakarku yang akhirnya menimbulkan nafsu birahi. Penisku perlahan-lahan mulai terisi, sampai akhirnya penuh juga. Mengetahui penisku sudah standby, mama manarikku. Dia bersandar di dinding lalu meraih penisku untuk dimasukkan ke sarangnya. Diangkatnya salah satu kaki untuk memudahkan penisku masuk ke memeknya. Aku ikuti kemauannya dan aku mulai mengayuh. Hampir 10 menit, lututku terasa gemetaran dan rasanya tidak kuat berdiri terlalu lama. Mama rupanya juga lelah juga.
Dia mengajakku pindah bermain di tempat tidur. Mama langsung telentang dan membuka kedua kakinya lalu dia tekuk. Lubang memeknya terlihat menganga siap melahap penisku. Tanpa aku tuntun penisku langsung bisa masuk. Aku genjot agak lama juga, sampai mama sampai ke tujuan titik kepuasan tertinggi. Entah apa yang diteriakkannya ketika orgasmenya tercapai. Sementara itu orgasmeku rasanya masih jauh.
Aku menyudahi permainan. Mama menciumiku dan menyatakan puas sekali bermain denganku. Seumur hidupnya dia belum pernah mendapat laki-laki yang mampu memuaskan dalam setiap permainan. Akhirnya kami mandi sekali lagi lalu mengenakan baju dan tak lupa menyemprrotkan parfum.
Waktu yang tersisa sekitar 20 menit lagi, dan kami harus tepat tiba di restoran, karena waiter di telepon sudah berpesan, jika 10 menit telat, maka tempatnya akan diberikan orang lain. Kami berjalan cepat menuju stasiun MRT yang kebetulan tidak jauh. Tiba di stasiun tujuan tidak sampai 5 menit dan sekitar 10 menit kemudian kami sudah sampai di restoran. Tepat waktu dan kami diarahkan ke seat yang sudah disiapkan. Baru saja duduk telepon dari Stefani sudah masuk, dia mengabarkan sudah sampai di lantai bawah mall tempat restoran itu berada, sedang Melody baru turun dari MRT.
Acara makan siang usai, si mama mengajakku jalan-jalan ke mall. Sesungguhnya aku bosan berkeliling-keliling mall, tetapi karena putri raja yang mengajak, mana bisa aku bantah. Mama membelikan ku beberapa stel baju dan celana dari merk-merk terkenal. Duit mama banyak banget, karena beli barang-barang mahal begini kelihatannya gak ngitung.
Dia lalu tanya aku apakah aku mau dibelikan jam. Mulanya aku tolak, karena merasa jam tanganku masih keren. Tapi mama maksa untuk membelikan jam baru. Aku sebetulnya malas ganti-ganti jam.
Kaget dan takjub aku dibuat mama, dia menggiring ku masuk ke toko jam khusus Rolex, aku tidak bisa mengusulkan pilihan, semua kemauan mama harus aku turuti. Sebuah jam tangan keluaran terbaru yang kulirik harganya setara dengan dua buah Toyota Inova. “sampai kapan pun, aku tidak mungkin mau membeli jam seperti ini dari uang ku sendiri,” kataku membatin. Mungkin itulah imbalan dari kepuasan sex yang aku berikan kepada mama.
Setelah puas berkeliling mall, kami berempat pulang ke Apartemen. Sebelumnya mampir dulu ke gerai restoran untuk membeli makanan take away yang akan menjadi makan malam kami di apartemen.
Sesampai di apartemen aku segera ganti baju di kamarku sendiri, sementara Mama, Stefani dan Melody sedang sibuk dikamar mereka membongkar belanjaannya. Aku berbaring dan ngantuk pun datang.
Nikmat sekali rasanya bisa tidur begini saat orang lain sedang sibuk di kantor bekerja seperti diuber setan.Saking pulesnya tidur, sampai aku tidak sadar jika aku ditelanjangi. Aku terbangun karena merasa dinginnya ruangan kamar. Ketika mataku terbuka, aku kaget juga karena di sekelilingku sudah hadir Stefani, Melody dan Mama dan yang membuat kantukku hilang sama sekali, karena mereka semua bugil.
Aku langsung membatin bahwa aku akan berperang melawan 3 musuh dalam waktu yang bersamaan. Mama tanpa basa-basi langsung menduduki mulutku, dia minta aku mengoral itilnya, Stefani sudah bekerja di penisku menjilati dan menghisap, sedang si bungsu berbaring disebelahku sambil tangannya memegang tanganku dan mengarahkan agar tanganku memainkan memeknya.
Aku bingung mana yang harus aku nikmati, semua perlu kosentrasi. Aku jalani saja tugas yang ada di depanku dan apa yang bisa dinikmati yang aku nikmati, Ketika merasa nikmat kontolku dijilat, maka jilatanku dan kobelanku jadi terhenti, setelah itu kembali membagi perhatian antara kerja lidah dengan kerja tangan mengobel.
Nampaknya jilatanku dirasakan oleh mama sebagai jilatan maut, karena dia mendesah-desah. Sementara itu si Stefani sudah tidak lagi menjilati kontolku dia malah memasukkan penisku ke vaginanya. Stefani mencari sendiri sudut kenikmatan bermain dengan penisku. Rasanya dia berhasil menemukan, sebab dia merintih-rintih. Mama duluan orgasme lalu si Stefani kejang-kejang kena orgasmenya sendiri.
Setelah mereka tidak lagi menindihku, aku bangkit dan langsung menghela Melody. Penisku kutanam ke memek yang masih agak jarang rambutnya dan segera aku menggenjotnya. Melody rupanya sudah setengah jalan setelah aku kobel tadi. Dia merintih seperti menangis. Anak semuda dia sudah bisa merintih menikmati alunan sex, berarti dia benar-benar merasai kenikmatan di pusat birahinya. Makin lama rintihannya makin keras sampai di titik puncaknya di menjerit mengejutkan semua orang. Melody mendapatkan orgasme terbaiknya, lalu mememelukku erat sekali. Suara dan desahan selama dia kugenjot membangkitkan nafsuku, ketika dia mencapai orgasme aku makin terangsang mendengar jeritan nikmatnya. Penisku tidak mampu membendung lahar panas dari dalam ketika dipijat oleh otot vagina Melody yang menyamai orgasme. Jadilah kulepas ejakulasiku di dalam memek kecil si Melody.
Kami berempat terkapar puas dan lemas. Seperti biasa jika mencapai kepuasan sex, mata jadi mengantuk. Maka kami berempat tidur bergelimpangan tidak menentu dalam keadaan bugil tapi berselimut tebal.
Betul juga perkiraan mama, malam itu kami sama sekali tidak bergairah keluar makan malam, apalagi candle night dinner. Lebih enak makan yang kami beli tadi siang lalu dipanaskan microwave. Makan malam kami lebih nikmat lagi, karena dilakukan secara bugil. Mama yang bikin gara-gara. Dia melarang kami mengenakan baju, bahkan secuil celana dalam pun dilarangnya.
Melody yang paling manja. Dia duduk dipangkuanku sambil minta didulang. Penisku saat itu tidak berdiri, mungkin kalau ngaceng, atas bawah mulutnya aku bisa suapi. Yang atas disulangi makanan yang bawah dijejali sosis.
Selesai makan kami ngobrol sambil menonton tv di ruang keluarga, juga masih telanjang. Setelah bosan akhirnya kami masing-masing masuk kamar. Melody dan Stefani masuk kekamarnya, si mama memilih tidur satu bed denganku. Dia minta dipijat, karena badannya lelah.
Mama memang benar-benar minta pijat, karena dia sudah telungkup lalu meminta aku memijati seluruh tubuhnya. Sekitar satu jam aku pijat sambil ngobrol, akibatnya penisku jadi ngaceng. Namun tubuhku tidak sejalan dengan semangat penisku. Penisku kekar, badanku lemas. Usai memijat, aku tidur telentang dan menarik selimut tidur satu selimut dengan mama. Tangan mama meraih penisku, dia terkejut mendapatkan penisku ngaceng. Dia menawari “Main” tapi aku menolak karena badanku lelah.
Mama tidak putus asa dan berjanji tidak akan meminta diriku berperan, cukup telentang santai saja, semuanya mama yang akan bermain. Aku pasrah. Mama mulai dengan oral. Hisapan mulutnya memang maut sekali nikmatnya. Hampir sejam dia mengoralku, tak kunjung berhasil membuatku ejakulasi. Memeknya yang sudah berlendir lalu dia adu dengan penisku. Mama bermain dengan gerakan berbagai gaya, sampai dia sendiri yang syur dan orgasme. Mungkin ada 3 kali dia mencapai orgasme, tapi aku tidak kunjung muncrat juga. Akhirnya mama menyerah dan memilih tidur memelukku.
Ke esokan pagi kami sudah bersiap untuk terbang ke Bangkok. Tiba di Bangkok aku chek in dikamar yang telah dipesan mama, lalu membuat janji dengan client papa untuk bertemu. Dia mengundangku ke kantornya dan menyarankan agar segera saja berangkat, karena lalu lintas di bangkok macetnya parah. Mama memilih tinggal dikamar menungguku balik.
Jam 3 sore aku selesai dan masalah yang seharusnya dua hari diselesaikan, akhirnya selesai dalam satu kali pertemuan itu. Aku dan client papa sama-sama puas kami bersalaman erat sekali karena puas pembicaraan menghasilkan suatu solusi yang sangat baik.

Aku kembali ke kamar, mama masih berada di kamar. Kesempatan beristirahat seharian, katanya. Malam itu kami mencari tempat makan malam yang romantis. Aku berdua duduk di restoran sambil menikmati hidangan lezat khas Bangkok.
Dari tempat dinner kami sempat mampir menonton atraksi sex, yang disitu populer disebut tiger show. Setelah puas kami kembali ke hotel untuk istirahat.
Seperti yang dipersyaratkan mama, jika tidur malam, setelah bersih diri, maka diharuskan tidak mengenakan pakaian apa pun untuk masuk ke dalam selimut. Aku dan Mama tidur dalam satu selimut dan kami berdua telanjang bulat di dalamnya.
Andai saja aku tidak terlalu sering melakukan hubungan badan, pada situasi seperti ini, pasti penisku akan tegak berdiri. Tetapi kali ini, penisku tidur anteng, meski pun mama tidur memelukku dan mengelus-elus dadaku.
Tiba-tiba mama menyatakan ingin bicara serius denganku. Mau tidak mau aku harus menyatakan siap. Mana mungkin dielakkan. Mama pertama menanyakan keseriusanku berhubungan dengan Karina. Mama dan papa katanya sangat berharap aku menikahi Karina. Jika aku menyatakan ya, maka mama berjanji akan mengungkap rahasia dalam keluarga mereka yang di mata orang, kehidupan mereka aneh.
Aku berpikir sejenak, apa yang aku rasa tidak cocok denganku terhadap Karina. Tidak aku temukan sih. Cuma apakah sudah pantas aku menyandang gelar suami dan mempunyai rumah tangga, lantas tidak bebas lagi, setelah ada ikatan. Kalau tidak bebas, aku tidak tahu apa lagi yang aku inginkan, perempuan mana lagi yang akan diburu dan dimakan. Dan apakah ikatan perkawinan dengan Karina bakal mengekang pergaulanku.
Namun ada yang aku ragu, dan ini harus kutanyakan kepada Mama, sebab sebelum aku meresmikan hubungan dalam pernikahan, nyatanya aku sudah meniduri, mamanya, adik-adiknya. Apakah pantas diriku yang sudah menjelajah itu menjadi suami idaman.
Menurut Mama, masalah kehidupan bebas melakukan hubungan sex dalam keluarga, itu bukan masalah. Sepanjang dua belah pihak menginginkan, tidak ada paksaan, maka hal itu sah-sah saja. Bahkan jika sudah kawin nanti pun, tidak akan ada pembatasan.
Sebelum aku menjawab YA, aku perlu tanya ke mama, mengapa aku jadi pilihan untuk menjadi menantunya. Kata mama, pribadiku cocok dan bisa beradaptasi dengan situasi keluarga mama. Semua anggota keluarga bisa menerima kehadiranku bahkan lebih dari itu, menyukai kehadiranku.
Akhirnya aku menyatakan siap menjadi suami resmi Karina. Mama langsung menciumiku. Wajahnya kelihatan berbunga-bunga. Dia mengatakan sepulang dari Bangkok ini akan mulai disusun rencana pernikahan itu.
Aku lalu menagih mama bercerita mengenai keluarganya. Mama berkata agar aku sabar sedikit.
Dia mengajakku duduk di bed dengan posisi berhadap-hadapan.
Begini ceritanya.
Mama dan papa sebelum menikah sudah melakukan kehidupan sex bebas. Maklum kehidupan di Amerika memberi peluang seperti itu. Papa dan Mama memang memiliki nafsu yang kuat. Mama mengaku bahwa tidak perawan lagi sejak usia 10 tahun. Yang mengambil perawannya adalah ayahnya sendiri. Aku sempat tertegun, tetapi mama datar saja dan tidak merasa bahwa hal itu luar biasa.
Hubungan dengan papanya tidak bersembunyi dari mamanya, sehingga sejak diperawani itu rutin melakukan hubungan dengan papanya. Mama tertarik pada papa, karena mama suka pada pria asia, yang dinilainya sayang istri bertanggung jawab.
Sejak pacaran sampai menikah pun papa dan mama bergabung dengan klub swinger, suatu perkumpulan tukar menukar istri-suami. Setelah Karina lahir, kegiatan swinger jauh berkurang. Bahkan setelah di Jakarta mereka masih punya patner swinger, yang kata mama beberapa adalah pejabat penting. Itulah yang memberi jalan kepada papa, mudah menyelesaikan urusan bisnis, karena pejabat-pejabat itu adalah rekan swinger.
Itulah makanya tidak ada yang tabu bagi keluarga mereka dalam soal sex.
Satu rahasia lagi yang diungkapkan mama adalah bahwa semua anak-anaknya yang memerawani adalah papa sendiri. Itu dilakukan bukan secara sembunyi-sembunyi, karena mama membantu proses pecah dara itu. Anak-anak diperawani setelah mereka berulang tahun ke 12. Penjelasannya mengapa begitu, menurut mama, itu adalah bagian dari sex education. Dengan begitu anak-anak mudah dikendalikan dan bisa bicara lebih terbuka.
Ketika papa masih muda, kemampuan sexnya sangat prima, tetapi setelah tua vitalitasnya turun sekali. Apalagi sekarang, papa sudah susah ereksi karena diabetes yang diidapnya. Itulah makanya Papa menyerahkan kepada ku untuk memenuhi hasrat sex mama. Mama mengaku hasratnya sampai setua ini masih menyala.
Kata mama, semua anak-anaknya sejak diperawani sudah dipasangi kontrasepsi. Oleh karena itu mereka terhindar dari hamil. Melody yang masih di bawah umur pun sudah dipagari oleh kontrasepsi.
Aku benar-benar terhenyak dengan pengungkapkan rahasia di keluarga Mama Margareth. Kenyataan yang kuhadapi ini sungguh menakjubkan, Jangankan melihat, mendengarpun aku belum pernah. Bahkan dapat cerita mengenai keluarga seperti ini aku belum pernah.
Aku memeluk dan mencium mama lalu mengucapkan terima kasih telah diberi kepercayaan menjaga rahasia keluarga mereka. Mendengar itu, mama terisak-isak menangis terharu. Wajahnya aku ciumi lalu mama aku baringkan. Selimut sudah terbuka sehingga tubuh bugil kami berdua terlihat jelas.
Mama sulit menghentikan tangisnya, sebaliknya aku kok malah bernafsu, sehingga tak pelak tanganku mulai meremasi dada mama yang ukurannya XXXL. Kumainkan pentilnya sampai mengeras. Lalu aku jilati dan menghisap serta mengigit lirih. Mama mulai mengeluarkan suara lirih tanda-tanda mulai terangsang. Sesenggukan tangis haru berubah menjadi sesenggukan birahi.
Kedua kaki mama dibukanya lebar-lebar. Aku menangkap bahasa tubuh itu bahwa mama ingin aku rangsang kelaminnya dengan ciuman dan jilatanku. Karena harapan sudah dipancarkan, maka kenikmatan akan muncul jika itu dipenuhi. Aku melakukannya tetapi tidak sampai memberi kepuasan maksimal. Tujuanku hanya menaikkan derajat birahinya saja. Aku menciumi sekitar bibir vagina mengigit pelan dan menarik lalu menjilati. Mama semakin bergairah, tangannya mencengkeram sprei dan kepalanya menggeleng-geleng sambil bersuara irama nikmat.
Aku tidak menyerang clitorisnya. Biasanya inilah titik serangan utamaku. Dalam keadaan sudah semakin hot aku tinggalkan bagian kelamin dan aku mengatur posisi menindih mama dan mengarahkan penisku memasuki lubang kegairahan mam. Perlahan-lahan penisku menguak dinding vagina mama sampai seluruhnya tercelup.
Aku berhenti sejenak lalu melancarkan serangan ciuman di mulut mama. Ketika kosentrasi mama beralih dari bawah ke atas, aku mulai menggoyang penisku maju mundur. Kosentrasi mama pecah dan kembali merasa kenikmatan di vaginanya.
Persetubuhan pasca suasana haru sampai berlinangan air mata tadi memberi dampak kepasrahan total menikmati hubungan kasih sayang. Aku tidak lagi menilai bahwa lubang memek mama sempit atau mencekam. Aku hanya merasa kenikmatan ketika penisku berada di dalam lubang vagina mama yang menyayangiku. Mungkin mama pun tidak terlalu hirau oleh posisi ku mencoblos memeknya. Di bagian mana pun dirasa nikmat karena kepasrahan seluruh tubuh untuk menerima hubungan kasih sayang sudah demikian total.
Hubungan sex seperti ini memberi kenikmatan yang sangat luar biasa. Aku tidak mampu terlalu bertahan. Mungkin hanya 10 menit akhirnya aku menyemprotkan cairan kebahagiaanku. Merasa aku mencapai puncak, rupanya mama pun merasa kenikmatan puncaknya sampai pada titiknya. Bukan karena clitorisnya tergerus, atau g spotnya disenggol tetapi keikhlasanku melampiaskan hasrat sex dilakukan dengan gerakan kasih sayang. Mama lalu menjerit panjang beberapa saat setelah kusemprot cairan panas di dalam vaginanya.
Dapat dikatakan kami mencapai orgasme kami yang sangat bermutu secara bersamaan. Setelah itu kami memagut satu sama lain sampai akhirnya penisku keluar sendiri. Kutarik selimut dan mama langsung memelukku sampai kami tertidur pulas.
****


Baca juga...



Kembali ke Beranda

0 komentar:

:)) ;)) ;;) :D ;) :p :(( :) :( :X =(( :-o :-/ :-* :| 8-} :)] ~x( :-t b-( :-L x( =))

Posting Komentar

Pilih judul

Kategori

Pengunjung

Ditunggu kunjungnya kembali...