Klik disini untuk melihat judul cerita yang akan segera terbit !!
Diberdayakan oleh Blogger.

Rabu, 20 Agustus 2014

Perawan berantai

Bagikan :

“Pak ada telepon, katanya dari Lia teman bapak,” kata operator.
“ Hallo ini kak Agung ya, “ suara di ujung telepon.

“ Ya siapa ini, ya,” tanyaku masih belum mengenali suara itu.
“ Ini Lia,kakaknya Merry, temennya Ade, ingat nggak,” suara agak cemas di ujung sana mencoba membangkitkan memoryku.
Aku baru ingat setelah disebutkan serangkaian nama-nama. Lia adalah salah seorang “mainanku” pada waktu itu. Lia kukenal sekitar 22 tahun lalu, makanya aku agak lupa ketika operator menyebutkan nama Lia. Nama itu kan cukup banyak, aku mengenal nama Lia ada beberapa orang.
“Eh apa kabar, di mana kamu sekarang, apa masih di Kalibata,” tanyaku.
“ Iya masih, kak ketemuan dong,” pintanya.
Aku langsung memutuskan untuk bertemu sore ini selepas jam kerja di Kalibata mall.
Tidak lama setelah aku duduk dan sedang menyeruput kopi muncul wanita setengah baya dan rombongannya.
“ Kak Agung ya,” kata salah seorang dari mereka.
“ Ya, ini Lia kan,” tanyaku sambil menyalaminya.
Satu persatu kemudian anggota rombongan itu menyalamiku. Lia mengingatkan aku pada Merry adiknya. Aku masih ingat raut wajahnya. Merry tersenyum-senyum. Lalu seorang gadis ABG manis adalah anak Merry.
“Sekolah kelas berapa,” tanyaku.
“ Kelas 8 oom,” jawabnya.
“Anak Merry ini sekarang model lho kak, anakku juga, lumayan buat tambah-tambah uang jajan, “ kata Lia yang menunjuk anak laki-lakinya berumur sekitar 10 tahun.
“ Ih kak Agung masih gini-gini aja, kayaknya nggak tua-tua, apa sih resepnya, daun muda ya,” kata Lia nyrocos.
Aku lalu menanyakan teman-temannya dulu yang pernah “kupakai”.
“Ade sekarang di Bali udah janda dia. Lakinya orang bule meninggal, warisannya banyak. Ade katanya mau ke Jakarta, tangal 28 nanti.” jelas Lia.
Berarti sekitar seminggu lagi.
“ Shinta juga sudah jadi janda. Lakinya dulu Jepang, sekarang dia punya usaha mebel. Kakaknya Niken sudah punya anak 4 sekarang dia pakai jilbab. Si Sarah tinggal di Bekasi, nggak jelas sudah janda apa masih punya suami, dia tinggal di rumah ibunya. Sari temennya Ade tinggal di Bintaro, udah kawin tapi belum punya anak sampai sekarang,” Lia menjelaskan posisi terakhir teman-temannya yang kukenal.
“Eh lupa si Shanti entah kemana sekarang gak jelas, dulu padahal dia cantik banget ya kak,” kata Lia.
Kami ngobrol kangen-kangenan.
“ Kak cari in job dong buat Cindy,” sela Merry menunjuk anak ABGnya.
“ Job apa dia kan masih kelas 2 SMP,” tanyaku.
“ Ya model-model iklan apa kek, atau main sinetron,” rengek Merry.
“Wah saya nggak punya relasi bidang seperti itu lagi sekarang, tapi cobalah nanti kalau ada kawan yang punya advertising,” jawabku sekenanya.
Cukup lama kami bercengkerama kangen-kangenan. Aku berjanji melakukan pertemuan lagi saat Ade sudah di Jakarta.
Ade kemudian mengontak no HP ku setelah diberitahu Lia. Dia mengatakan jadi ke Jakarta tanggal 28 nanti. Aku lalu meminta semua teman-temannya dulu berkumpul untuk makan siang pada tanggal 29 nya yang kebetulan jatuh pada hari Sabtu.
Aku mencari catatan buku harian kenakalanku di laci. Untung ketemu. Di buku itu semua kucatat peristiwa-peristiwa penting, termasuk tanggal-tanggal aku memerawani Lia dan kawan-kawannya. Ingatanku jadi menerawang ke masa lalu.
Aku ingin membuat kejutan pada pertemuan kami nanti. Paling tidak mereka menerima kenang-kenangan dari ku. Pikiran nakalku mulai bangkit. Yang kucari apa simbol penjebolan perawan. Simbol itu nanti akan kubuat sebentuk liontin emas. Terpikirlah bentuk hati, tetapi ditengahnya berlubang mengikuti bentuk garis luarnya dan kayaknya kalau dibalik dengan bagian lebar yang dibawah dan di ujung atasnya ada sedikit tonjolan agak unik juga. Maksudku ini adalah gambar memek dengan clitoris di atasnya. Ok kayaknya cocok. Dibelakangnya ditulis hari dan tanggal mereka menyerahkan keperawanannya ke padaku. Sip deh dan komplit.
Aku segera ke toko emas dan memesan 7 liontin dengan bentuk yang kuinginkan. Mereka menyanggupinya, tetapi tidak bisa selesai dalam seminggu untuk liontin sebanyak itu. Dalam 5 hari baru bisa jadi 2 liontin. Aku berpikir sebentar, ok gak masalah. Aku lalu minta tukang emas menggambar dan ukuran besarnya. Aku menekankan agar dibuat dari emas 22 karat dengan berat 5 gram.
Setelah disepakati harganya, aku minta gambaran liontin yang akan dibuat. Selanjutnya aku mendatangi beberapa toko emas lain untuk membuat liontin seperti keinginanku yang digambar itu. Akhirnya dalam waktu 5 hari aku bisa memperoleh 7 liontin sesuai disain yang kuinginkan.
Sekembali dari toko emas ketika aku duduk di meja kerjaku, aku termenung, rasanya liontin emas itu masih kurang sebagai tebusan kenakalanku di masa lalu. Kayaknya kalau mereka dipersatukan lagi dengan sebuah ikatan, menyenangkan juga kayaknya. Aku lalu terpikir membentuk PT dengan saham dipegang oleh 8 orang termasuk diriku. Tentunya modalnya dari aku semua. PT kami sepakati dengan PT Tujuh Dara Agung.
Uang bagiku sekarang tidak terlalu masalah sejak banyak mendapat keuntungan dari bermain saham dan valas. Gajiku di kantor sebagai direktur mungkin hanya seperseratus perolehanku di bursa. Aku tetap bertahan kerja di kantor ini, karena aku senang dengan kesibukan dan paling tidak ada statuslah.
Pada hari yang dijanjikan aku sudah menyiapkan meja untuk 15 kursi di restoran masakan Thai di bilangan jalan Sudirman Jakarta
Aku memilih tempat di tengah agar enak ngobrol ke kanan dan kekiri. Pertama muncul adalah rombongan Lia. Bersama dia adalah adiknya Merry dan anaknya Cindy dan anak laki-laki Lia yang berumur 10 tahun, Kevin, Ade dan Sari. Kami salaman dan cipika-cipiki. Tidak lama kemudian muncul Shinta dan kakaknya Niken yang mengenakan jilbab. Shinta juga membawa anak gadisnya yang memperkenalkan diri dengan nama Mala. Katanya umurnya 16 tahun, cukup ayu. Niken datang tanpa buntut. Sedang cipika-cipiki muncul lagi Sarah dia juga membawa buntut seorang gadis yang memperkenalkan diri bernama Dinda katanya bulan depan genap 17 tahun.
Meja kami jadi ramai.
Aku diapit Ade dan Sari, didepanku Lia, Merry, Sarah, Shinta dan Niken. Selebihnya adalah anak-anak mereka.
Aku sudah memesan set menu, sehingga kami tidak perlu menunggu lama hidangan langsung di sebar di meja. Banyak cerita yang lucu-lucu di masa lalu mereka ceritakan. Ada sebagian yang masih aku ingat, ada yang sudah lupa juga. Entah apa yang mereka ceritakan mengenai diriku kepada anak-anak mereka, tetapi dalam obrolan di meja panjang ini mereka ngablak aja bercerita tentang masa lalu.
Kelihatannya Shinta, Niken dan Sarah agak kikuk sehingga kesanku dia Jaim (jaga image). Mereka semua sudah asli seperti emak-emak. Hanya Ade dan Sari yang kelihatannya tidak setua yang lainnya. Apa karena keduanya gak punya anak sehingga badannya tidak membengkak dengan timbunan lemak dimana-mana.
Aku lalu menjelaskan kayaknya kumpulan seperti ini harus dilestarikan. Mereka setuju dan mengusulkan buat arisan tapi kumpulnya 3 bulan sekali, Yang lain keberatan, apalagi Ade yang tinggal di Bali. Berbagai ide mereka lontarkan tetapi tidak ada yang dicapai kesepakatan. Aku melontarkan ide. Ketika aku berbicara mereka semua diam dan menyimak. Ide ku membentuk perusahaan dengan saham sama besarnya diantara 8 orang. Perusahaan bergerak di bidang apa, tanya mereka.
Aku melontarkan gagasan perusahaan itu menjalankan usaha waralaba dengan 4 macam waralaba, yaitu minimarket, apotek, lembaga pendidikan tinggi dan bimbingan belajar.
“Wah banyak amat, modalnya dari mana, kami mana punya duit,” protes mereka.
Soal modal kujelaskan kepada mereka tidak perlu dikuatirkan, itu bisa dicari, yang penting semua sepakat dulu. “ Kalau kita sih kayaknya setuju-setuju aja,” kata mereka sambil saling melihat rekannya kiri kanan.
Aku lalu mengutarakan bahwa perusahaan itu bisa menjadi sumber pendapatan para pemegang sahamnya dan mungkin juga bisa menjadi tempat magang atau malah menjadi lapangan kerja bagi anak-anak.
Akhirnya mereka setuju dan meminta aku yang membereskan semua mulai dari perizinan, modal sampai menemukan usaha-usaha waralaba yang tadi aku sebutkan. Aku lalu meminta persetujuan mereka untuk satu hari menghadap notaris untuk menandatangani akte pendirian usaha.
Di akhir pertemuan aku menyerahkan kenang-kenangan liontin. Mereka penasaran lalu membukai kotak perhiasan. “Bentukya aneh nih,” kata Shinta
“ Kak Agung nakal nih, sifat isengnya gak ilang-ilang, “ kata Lia sambil berbisik ke kiri kanannya. Dia menceritakan bahwa bentuk liontin itu adalah gambaran dari memek dan itilnya. Akhirnya semua tertawa dan senang.
.Pada hari yang dijanjikan mereka berkumpul di kantor notaris yang aku tunjuk di daerah Menteng. Kami masing-masing memegang saham 12,5%. Tentunya untuk itu semua aku yang membiayai termasuk saham mereka aku yang mengisinya.
PT telah terbentuk dan sebagian dari mereka ada yang bekerja di kantor PT itu. Aku berpikir bahwa usaha ini itung-itung sebagai ganti rugi seperti negara memberi dana pampasan perang kepada negara yang dulu dijajahnya, atau katakanlah ganti rugi semacam Iugun Iyanfu dari Jepang kepada wanita yang mereka renggut kehormatannya dimasa perang.
Aku ingin bercerita ke belakang bagaimana awalnya aku mengenal mereka satu persatu.
Aku pertama kenal dengan Ade dan Sari. Pada waktu itu aku dikenalkan oleh temanku. Temanku mengajak aku untuk “bermain “ di motel dengan kedua mereka. Pesan temanku bahwa kedua anak ini masih perawan, jadi hanya boleh ditelanjangi dan dicumbu saja, tetapi tidak disetubuhi.
Pada waktu itu aku setuju-setuju saja. Aku dan temanku Adi bersama Ade dan Sari meluncur ke satu motel di daerah Pluit. Aku berpasangan dengan Sari dan Adi dengan Ade.
Sari masih malu-malu karena umurnya pada waktu itu masih 15 tahun. Badannya masih kecil dan tingginya kutaksir sekitar 150 cm. Sari mempunyai kelebihan teteknya sangat besar. Meski umurnya masih remaja atau ABG, tetapi teteknya sudah besar menggelembung seperti ibu-ibu yang sedang menyusui anaknya. BHnya kuingat no 34 C.
Mulanya Sari kugandeng ke tempat tidur. Dia masih malu dan menundukkan kepalanya. Aku merangkulnya dan menciumi rambutnya, pipinya, keningnya lalu mulutnya. Sari kelihatannya pasrah kucumbui. Nyaris tanpa perlawanan. Tanganku menjelajah meremas-remas kedua teteknya dari luar. Resleting bajunya dibelakang pelan-pelan aku buka dan kuturunkan baju bagian atasnya.
Terlihat BH yang seperti tidak muat menampung tetek Sari. Pengait BHnya aku lepas di bagian belakang dan kupelorotkan sehingga kedua buah dadanya bebas menggantung. Tetek Sari kelihatan sangat besar. Aku remas-remas terasa kenyal. Jariku mencari putingnya, tetapi tidak teraba. Ketika mulutku menelusuri buah dadanya, aku mencari pentilnya. Pentil susu Sari ternyata terbenam. Yang terlihat hanya lingkaran hitam. Aku sedot pentilnya dan ku jilat-jilat, sampai akhirnya pentilnya mencuat. Namun hanya kecil saja dan terasa mengeras. Sari kegelian ketika pentilnya aku jilati.
Sementara itu tanganku menelusur ke bagian bawah aku langsung meraba celana dalamnya. Gundukan memeknya terasa ditelapak tanganku. Aku meremas sebentar lalu berusaha memasukkan tanganku ke balik celana dalamnya. Jari-jariku merasa rambut kemaluannya masih sedikit. Kuraba belahan memeknya dan kumainkan sebentar clitorisnya. Sari berjingkat-jingkat ketika jariku menyentuh clitorisnya.
Aku lalu menurunkan celana dalamnya sekaligus membuka seluruh bajunya sampai dia telanjang bulat. Kuciumi sebentar lalu aku mengambil handuk dan menyerahkan ke Sari agar dia bersihkan diri dulu ke kamar mandi. Diraihnya handuk lalu dililitkan ke badannya.
Sari kembali dari kamar mandi dengan badan dililit handu. Aku mengajaknya berbaring di sebelahku. Sementara Sari ke kamar mandi aku sudah membuka seluruh bajuku sampai telanjang bulat.
Kubuka lilitan handuk itu lalu kusingkirkan. Aku kembali mencumbu Sari mulai menciumi teteknya lalu perlahan-lahan turun ke memeknya. Sari sempat menahanku agar memeknya tidak aku cium. Tetapi dengan mudah tangannya kusingkirkan dan lidahku langsung menyerbu clitorisnya. Sari kegelian dan berkali-kali meminta aku menghentikan aksiku. Permintaannya tidak aku perdulikan, sampai akhirnya Sari menikmati oral ku. Aku terus menyerang itil Sari. Dia terus bergelinjang-gelinjang sambil sekali-kali teriak “Ooooh…… ooooohh”
Cukup lama juga membuat Sari mencapai orgasmenya. Leherku sampai terasa pegal.
Kepalaku dijepit kedua kakinya dan memeknya bergerak-gerak serta cairan meleleh keluar dari belahan memeknya.
Kukangkangkan kedua kakinya dan kepala penisku ku usap usapkan ke belahan memeknya. “ Kak jangan dimasuki aku masih perawan,” katanya.
Aku katakan bahwa aku tidak memasukkan cuma mengoles-oles saja. Sambil duduk besimpuh kupegangin penisku dan ku oles-oleskan kepalanya ke belahan memek Sari. Sambil memperhatikan bentuk memeknya, dengan membuka belahan memeknya lebih lebar, penisku kucoba kudorongkan masuk sedikit. Kepala penisku bisa masuk sedikit. Sari mengeluh sakit. Aku hanya memutar-mutar kepala penisku yang sedikit terbenam di belahan memeknya sampai akhirnya aku merasa gelombang orgasmeku akan tercapai. Menjelang ejakulasi kutarik keluar penisku dan kutumpahkan ke perut Sari.
Puas sudah rasanya meskipun tidak melakukan hubungan. Aku membimbing Sari ke kamar mandi dan kami saling membersihkan diri. Sari keluar dengan lilitan handuk sedang aku masih telanjang bulat dengan penis yang sudah loyo.
Telepon kamar berbunyi, ternyata Adi minta tukar. Aku setuju. Sari kusuruh berpakaian karena temanku adi mau masuk. Sari langsung menyambar semua bajunya dan segera mengenakannya. Sedang aku banya mengenakan celana dalam saja.
Pintu kamarku diketuk. Ketika dibuka muncul Adi dan Adek. Adi masuk menarik Adek dan dia lalu mengajak Sari dengan menggandengnya. Sari mulanya tidak mau, tetapi Adi setengah memaksa dan menggelandangnya keluar kamarku lalu masuk ke kamarnya.
Adek duduk di tempat tidur. Aku tanyai mengenai diapakan saja tadi oleh Adi, Adek malu-malu dan menunduk, diciumi. “ Kak Adi orangnya kasar,” kata Adek.
“ Buka deh bajunya,” kataku.
Adek berdiri lalu melepas bajunya satu persatu. BHnya kelihatan masih kecil, mungkin baru no 32. Aku membantu melepaskan kaitan BH lalu memelorotkan celananya. Tetek Adek memang masih kecil, tetapi pentilnya menonjol dengan lingkaran kecil di sekelilingnya. Putingnya masih kecil pula. Jembutnya juga masih sedikit, hanya tumbuh di ujung lipatan atas. Sedangkan di cembungan memeknya kiri dan kanan masih polos.
Aku membimbing Adek ke kamar mandi untuk membersihkan badannya dan membersihkan juga memeknya dengan sabun. Adek kegelian ketika tanganku membersihkan memeknya, sehingga melakukan gerakan menghindar. Aku menyerahkan handuk yang tadi dipakai Sari dan kulilitkan ke tubuhnya. Adek kubaringkan dan handuknya ku buka. Kulitnya lebih putih dari Sari, telentang dengan perut rata dan tetek yang menggumpal kecil. Nonoknya menonjol dan di puncaknya ada sedikit jembut.
Aku mulai menciumi kedua teteknya dan menjilat serta menggigit pelan. Adek kegelian. Tanganku merabai memeknya dan memainkan belahannya. Jari tengahku ku coba memasukkan ke lubang vaginanya. Tanganku ditarik, karena katanya sakit. Aku lalu menekan-nekan clitorisnya sampai akhirnya agak mencuat. Mulutku berpindah operasi dari tetek ke memek. Aku langsung menyerbu clitoris Adek. Dia bergelinjang kaget, ketika itilnya tersentuh. Aku terus menjilati sekitar itilnya sampai dia merasa berkurang gelinya. Setelah kurasa Adek tidak merasa geli lagi aku langsung memusatkan jilatanku ke itilnya. Adek relatif lebih cepat mendapat orgasme dibanding Sari. Setelah dia menyelesaikan orgasmenya, memeknya terasa berlendir. Aku kembali besimpuh dan mengoleskan kepala pensiku ke belahan memeknya. Adek seperti juga Sari minta agar aku tidak memasukkan penisku ke memeknya. Aku berkilah bahwa hanya menempel-nempelkan saja. Meskipun begitu aku tetap penasaran ingin memasukkan sedikit penisku. Kepala penisku berhasil masuk. Lumayan juga. Aku mencoba lagi menekan lebih jauh. Seluruh kepala penisku berhasil masuk. Ketika kutekan lagi Adek mengeluh memeknya perih. Aku menghentikan terobosan penisku. Posisiku berubah dengan menindih Adek. Penisku masih tertancap di memeknya dan aku menggerakkan maju mundur sedikit-sedikit sambil berusaha juga memasukan lebih jauh. Tapi selalu gagal masuk lebih dalam karena Adek menarik pinggulnya. Dia merasa sakit. Aku bosan dengan posisi seperti ini lalu berbaring di samping Adek. Aku minta Ade mengulum penisku. Adek bangkit dan mengambil handuknya lalu membersihkan sisa lendir memeknya di ujung penisku. Dia mengulum penisku dan menyedot-nyedotnya. Rasanya nikmat sekali seperti air maniku dipaksa ditarik keluar. Aku tidak mampu bertahan lama-lma. Kepala Adek kudorong keatas dan aku langsung membekap penisku yang menyemprotkan maninya.
Puas sudah setelah klimaks, meskipun aku tidak menyetubuhinya secara lengkap. Kami lalu ke kamar mandi bersama. Segar dan lega rasanya. Kami kembali berpakaian. Setelah itu aku menelepon Adi, menanyakan apakah “permainan” sudah selesai. Ternyata di seberang sana juga sudah finish. Sebelum berpisah aku memberinya sekedar uang saku, yang menurut ukuran seumuran itu lumayanlah.
Kepada Adek dan Sari aku memberi no pager ku. Pada waktu itu belum ada HP, yang ada baru pager. Tentunya ini tanpa sepengatahuan mereka, maksudnya Adek tidak tahu aku memberi no ke Sari dan Sari tidak tahu aku memberi no ke Adek. Entah kalau kemudian mereka saling membukanya. Ku katakan kepada mereka kalau ingin menghubungiku, bisa melalui pager itu atau ke nomor telepon kantorku.
Aku dan Adi mengantar mereka ke daerah Mampang. Selepas itu aku dan Adi saling bertukar cerita mengenai pengalaman tadi.
Setelah acara bercumbu itu yang kuingat adalah hari Sabtu, hari Selasa kemudian operator menghubungiku dan menyambungkan telepon dari luar. Ternyata di seberang sana Adek. Dia minta ketemuan denganku sore nanti. Aku paham, bahwa dia menginginkan duit dariku. Permintaannya kusanggupi, tapi aku mau jangan hanya ketemu saja tetapi ke Motel. Ade setuju. Dia menunggu di satu klinik . Aku mengajaknya memasuki mobil. Dari situ aku langsung menuju motel di daerah Kemang. Waktu itu masih ada motel di belakang Hotel Kemang.
Kami masuk dan aku tanpa basa basi lagi memintanya membuka baju dan membersihkan diri ke kamar mandi. Adek menuruti kemauanku. Dia mengambil handuk dan berlalu ke kamar mandi. Sementara itu aku langsung membuka baju sampai telanjang dan berbaring telentang dengan penisku mengacung ke atas. Adek keluar dari kamar mandi dengan berbalut handuk saja. Bajunya dia tinggalkan di kamar mandi. Adek duduk di pinggir bed lalu kutarik rebah disampingku. Handuknya kubuka dan kusisihkan ke meja kecil dekat tempat tidur. Aku menciuminya mulai rambut, kening, belakang kuping leher lalu ke mulutnya. Kami cukup lama berpagutan sambil tanganku meremas-remas tetek kecilnya lalu mengorek-ngorek memeknya.
Aku meneruskan menghisap-hisap kedua putingnya. Memek Adek terasa mulai berlendir. Aku berpindah mengoral memeknya sampai dia mencapai orgasme. Setelah itu giliran aku minta di service, maksudnya di oral.
Adek mengoral penisku . Mulanya dia duduk bersimpuh diantara kedua kakiku. Posisi itu membuat aku tidak bisa menggapai apa-apa dari tubuhnya. Aku minta Adek mengubah posisi dengan posi 69. Adek merangkak dengan selangkangan tepat di depan wajahku. Sambil dia terus mengralku, aku membukai memeknya dan melihat-lihat bentuk memeknya. Didalam belahan memeknya terlihat warna merah muda. Lipatan bibir dalamnya masih sedikit dan agak menonjol. Tonjolan itilnya agak samar terlihat. Lubang di bagian bawah memeknya terlihat masih rapat. Aku mencoba menusuk-nusukan jariku tetapi masih susah di terobos. Bosan memeriksa memek tanganku menjangkau kedua tetek kecilnya dan kuremas-remas. Aku merasa akan mendapat orgasme. Aku bangkit dan Adek kutarik dari penisku. Aku ejakulasi di dalam bekapan tanganku. Setelah itu aku membersihkannya di kamar mandi.
Aku kembali ke tempat tidur dan berbaring di samping Adek yang masih telanjang di bawah selimut. Kami ngobrol. Dalam obrolan itu, Adek bercerita dia butuh uang agak banyak untuk membayar uang sekolahnya yang sudah 6 bulan tidak dibayarkan. Uang sekolah dari orang tuanya dipakai untuk jajan dan nonton.
Aku setuju saja mengganti uang yang diminta itu, tapi aku minta diperbolehkan memasukkan penisku ke dalam vaginanya. Adek merangkulku. Dia kemudian setuju dengan menganggukkan kepala ketika kutanya ulang.
Penisku masih loyo kuminta Adek meremas dan mengocoknya. Pelan-pelan di tangan Adek penisku membesar. Kubuka semua selimut dan Adek kubaringkan telentang. Kakiknya dilebarkan dan kulipat ke atas.
Penisku yang sudah tegang sempurna mulai aku arahkan ke lubang memeknya. Dengan posisi duduk bersimpuh aku bisa melihat proses ujung penisku menguak belahan memeknya. Kepala penisku behasil masuk sedikit, tetapi dengan posisi begini aku kurang mempunyai daya mendorong penisku. Aku mengubah posisi dengan merangkak, Penisku kutancapkanlagi ke lubang memeknya. Pelan-pelan aku tekan dan aku tarik sedikit, lalu aku tekan lagi. Begitu berulangulang sampai akhirnyamentok di selaput keperawanannya. Adek mengeluh memeknya perih, dia minta aku pelan-pelan melakukan gerakan, karena memeknya terasa sakit. Aku paham, seorang perawan pada awal penetrasi penis pasti merasa sakit. Aku berusaha menekan agak kuat, sampai kemudian berhasil menjebol selaput perawannya. Adek kesakitan dan air matanya meleleh dari kedua sisi matanya. Sebenarnya aku kasihan, tetapi nafsu yang menguasaiku mengabaikan penderitaan Adek. Kubenamkan pelan-pelan penisku ke dalam memek Adek sampai akhirnya masuk seluruhnya. Vaginanya terasa sangat menjepit, mencengkeram penisku hingga agak susah bergerak. Kutarik pelan-pelan, Adek meringis menahan rasa sakit, aku tekan lagi dia masih merasakan rasa sakit sambil mengernyitkan keningnya. Begitu berkali-kali gerakan aku lakukan sampai akhirnya perjalanan naik turun penisku mulai lancar. Namun kesan menjepit itu masih terasa. Aku merasakan kenikmatan luar biasa. Makin lama gerakanku makin cepat dan Adek sudah mulai kurang merasa sakit. Namun tampaknya dia masih belum bisa merasakan nikmatnya bersenggama. Aku tidak mampu bertahan lama sehingga kusemprotkan seluruh maniku ke dalam memeknya. Nikmat banget rasanya memperawani anak umur 15 tahun . Memeknya sempit dan badannya masih sekel.
Ketika kutarik penisku keluar dari memeknya, terlihat maniku berwarna merah muda. Di lubang belahan memeknya juga tertinggal sisa maniku berwarna merah muda. Lubang memeknya jadi menganga bekas tusukan penisku. Lubang itu kelihatan belum elastis langsung merapat.
Kami berdua istirahat sebentar sambil berbaring. Aku menanyakan rasa yang dialami Adek. Dia mengatakan perih dan belum terasa enaknya. Penisku yang loyo habis memuntahkan isinya. Dia terkulai layu, tetapi bekas mani kusudah mulai mengering. Aku berusaha tidur sebentar.
Entah berapa lama aku tertidur. Aku terbangun Adek masih tergolek di sebelahku dalamkeadan masih telanjang. Dia mulai kuciumi lagi dan teteknya kuremas-remas. Birahiku bangkit dan penisku mulai berdiri lagi. Aku lalu mengambil posisi merangkak di atas tubuhnya dan mengangkangkan kakinya lebar-lebar. Penis kuarahkan memasukui memek Adek. Perjuangan di ronde kedua ini tidak terlalu sulit. Kepala penisku agakmudah masuk ke dalam memeknya. Aku menekannya pelan-pelan sampai akhirnya ambles seluruhnya. Adek masih merasa sakit, tetapi tampaknya tidak sesakit tadi. Dia hanya mengernyitkan dahinya menahan rasa sakit. Aku aktif memompa penisku terus di lubang sempit memeknya. Liang memeknya yang masih terlumari oleh lendir maniku tidak sertamerta terasa licin, tetapi masih saja aku berasakan jepitan memeknya yang baru kuperawani. Sensasi bersetubuh dengan memek sempit anak umur 15 tahun, membuat aku tidak mampu bertahan lama. Sekitar 10 menit dengan main di satu posisi saja, akhirnya aku menyemportkan maniku kembali ke dalam memeknya. Paripurna sudah kepuasanku yaitu memerawani dan melebarkan jalan yang kuperawani.
Setelah istirahat sebentar kami berdua lalu ke kamar mandi dan mandi bersama saling menyabuni dan menyiram tubuh.
Sebelum meninggalkan kamar aku menyelipkan sejumlah uang dan kulebihkan sedikit untuk uang jajannya. Aku tidak perduli apakah benar uang itu untuk bayar sekolah atau untuk yang lain.Aku malah beruntung bisa memperoleh perawan Adek.
Sekitar 10 hari kemudian, Sari meneleponku di kantor. “ Kak aku bagi duit juga dong kayak Adek, masak cuman Adek sih, “ katanya di telepon.
Aku bilang jangan sekarang, ntar nunggu gajian dulu yang tinggal 5 hari lagi. Sekarang aku gak punya duit segitu. Sari akhirnya setuju dan kami janjian ketemu di satu tempat pada hari yang kami sepakati.
Sari juga kuajak ke motel tempat aku memerawani Adek. Aku tidak menanyakan untuk apa Sari minta duit segitu banyak. Pikiranku adalah mendapat keperawanan Sari. Dia ketika ksusuruh buka baju masih agak malu. Aku terpaksa membantunya melepaskan seluruh bajunya. Aku senang memandangi tetek Sari yang eksrta large. Kutoel-toel kedua susunya sehingga menimbulkan gerakan yang menggairahkan. Kedua putingnya masih tenggelam.
Aku mencumbu Sari dengan mencium dan terutama menghisap putting teteknya. Dia kutelentangkan dan kedua susunya kupegang kiri dan kanan lalu penisku kujepitkan diantara kedua susunya. Aku menyetubuhi bongkahan susunya. Enak juga rasanya. Puas bermain dengan susunya aku lalu minta Sari mengoralku. Sambil telentang dia meraih penisku dan mengulum-ngulumnya. Aku mengambil posisi seperti menyetubuhi mulutnya, sehingga melakukan gerakan maju mundur. Nikmat sekali melakukan oral dengan cara seperti ini sampai akhirnya maniku hampir keluar dan kutarik penisku menjauh dari mulut Sari. Mani kutumpahkan ke susu Sari lalu aku lumari seluruh tetek Sari dengan cairan maniku. Aku kemudian meremas-remasnya terasa licin. Jangkauan genggeman tanganku tidak muat di bongkahan teteknya. Luar biasa besarnya tetek Sari.
Kami berdua lalu berjalan ke kamar mandi dan membersihkan diri. Setelah terasa segar kami tiduran sambil beselimut. Kami ngobrol. Baru keketahui bahwa Adek dan Sari berdekatan rumah. Adek tinggal di rumah abangnya dari lain ibu. Kedua orang tua mereka bercerai. Ayahnya sudah kawin lagi tinggal di Bogor, sementara ibunya tinggal di Madiun. Sedang Sari, orang tuanya masih lengkap, tetapi ayahnya tidak bekerja karena terlibat PKI. Ibunya yang banting tulang berdagang.
Sambil bercerita aku meremas-remas tetek Sari. Rasanya tidak ada puas-puasnya meremas tetek kenyal dan besar ini dari remaja yang masih berusia 15 tahun. Puas meremas-remas aku mengorek-ngorek memek Sari. Belahannya ku gesek-gesek dan itilnya kutekan-tekan dengan gerakan memutar. Sari agak terganggu dalam bercerita karena kadang-kadang dia berhenti dan seperti merintih ketika itilnya ku tekan-tekan. Kurabai belahan memeknya mulai terasa berlendir. Sementara itu tangan Sari kuarahkan untuk meremas-remas penisku yang masih loyo. Aktifitas kami membuat birahiku bangkit. Pelan-pelan penisku mulai mengeras. Kusibak selimut yang menutupi kami dan aku langsung merangkak di atas tubuh Sari. Penis kubimbing memasuki gerbang vagina Sari. Berkali-kali kutekan selalu meleset. Sari kemudian membantu mengarahkan penisku memasuki lubang memeknya. Aku hanya tinggal menekan, maka melesatlah kepala penisku tenggelam di memeknya. Sari agak berjangkit sedikit, karena sakit yang dia rasakan. Aku dimintanya pelan-pelan melakukan gerakan. Aku mendorong terus perlahan-lahan penisku sampai akhirnya tertahan penghalang selaput daranya. Kucabut sedikit lalu kudorong lagi. Begitu ku lakukan berulang ulang dan setelah terasa lubang memeknya licin aku dalam gerakan maju mundur melakukan dorongan tiba-tiba yang lebih keras dan menekan masuk penisku lebih dalam. Penisku berhasil mengoyak selaput daranya. Sari merintih dan air matanya keluar menetes ke samping. Aku berhenti sejaenak setelah dia merasa berkurang sakitnya aku mulai melakukan gerakan naik-turun. Mulanya pelan, lama-lama makin cepat. Sensasi jepitan memek Sari nikmat sekali. Tapi jika boleh aku beri penilaian, memek Adek lebih legit dibanding Sari. Meskipun begitu, jepitan memek Sari terasa cukup mencengkeram. Aku terus memompanya. Aku mengubah posisi dengan duduk bersimpuh agar bisa melihat gerakan penisku maju mundur di liang vaginanya. Aku melihat batangku agak kemerah-merahan, karena terkena darah perawan maju mundur di memek Sari yang terkuak lebar. Sensasi jepitan memek perawan dan pemandangan penis menerobos memek membuat rangsangan diriku makin tinggi. Aku tidak bisa bertahan lebih lama lagi dan kulepas begitu saja spermaku di dalam memeknya..
Aku memeluk Sari dan menindih badannya yang kecil, yang tidak seimbang dengan badanku. Setelah kenikmatan ejakulasiku usai, aku menarik penisku yang sudah mulai mengecil. Kelihatan sekali penisku berselemak mani bercampur darah sedikit.
Aku berbaring di samping Sari sambil terengah-engah.
Aku menarik selimut dan langsung tertidur. Mataku terasa mengantuk sekali.
Aku terbangun karena desakan ingin pipis. Bangkit dari tempat tidur aku berjalan sambil dalam keadaan telanjang menuju kamar mandi melampiaskan hajatku lalu membersihkan sisa-sisa mani dan lendir Sari di kemaluanku.
Aku kembali berbaring di samping Sari. Dia kelihatannya tidak bisa tertidur, mungkin dia memikirkan keperawanannya yang baru hilang. Aku memeluknya dan kembali meremas-remas tetek besarnya yang menggemaskan. Kuraba celah memeknya masih berlendir. Lendir itu mungkin sisa maniku dan lendir dari memeknya sendiri. Memeknya aku rangsang sampai makin banyak lendirnya. Sementara itu penisku sudah berdiri lagi. Sari kuminta berada di posisi di atasku. Dia mengatakan tidak bisa. Aku mengatakan akan membimbingnya. Sari berjongkok diatas penisku dan dia memegangi penisku lalu dituntunnya masuk ke lubang memeknya. Sambil membenamkan penisku ke memeknya dia meringis menahan rasa sakit. Penisku agak lebih mudah masuk ke memeknya. Aku kembali merasakan sensasi jepitan memek yang baru kuperawani. Sari mulai kuajari bergerak naik turun. Dia mengikuti petunjukku. Namun kontrolnya kurang bagus sehingga penisku sering lepas dari lubang memeknya. Dia terlalu tinggi mengangkat badannya. Aku terpaksa ikut mengontrol gerakan naik turunnya dengan memegangi kedua pinggangnya. Aku menyaksikan kedua bongkahan payudara yang berguncang-guncang bebas seirama dengan gerakan naik turun tubuh pemiliknya.
Unik juga pemandangan di depanku. Seorang gadis kecil dengan dada yang mengelembung bergerak naik turun di atas tubuhku. Cukup lama dia berada di posisi ini. Dia mengeluh lelah bergerak seperti itu. Aku lalu mengajarkannya agar tidak usah bergerak naik turun lagi tetapi maju mundur, sambil mengusahakan bagian memeknya yang sensitif menggerus jembutku. Sari menuruti arahanku dia mencoba-coba posisi dimana itilnya bisa bersentuhan dengan bagian jembutku. Badannya agak melengkung ke depan dan dia menemukan posisi nikmatnya. Sambil bergerak dia mulai merintih-rintih sendiri. Makin lama makin cepat dia bergerak dan mengabaikan teteknya yang pontang-panting. Tiba-tiba dia berhenti dan ambruk di dadaku. Dadaku tertekan dua bongkahan empuk teteknya. Kurasakan seluruh memeknya berkedut-kedut. Rupanya Sari menemukan orgasmenya. Sementara aku masih belum mencapainya.
Aku membalikkan posisi dan mulai memompa Sari dari atas . Gerakanku terus semakin cepat dan akhirnya aku pun sampai di penghujung batas kenikmatan.Aku melepas spermaku dengan menekan dalam-dalam penisku di dalam vaginanya.
Kami istirahat sebentar melepaskan kelelahan. Setelah itu mandi bersama di kamar mandi. Rasanya nikmat sekali memeluk Sari dari belakang sambil meremas-remas teteknya yang licin karena lumuran sabun.
Aku menyelipkan sejumlah uang yang sama seperti yang kuberikan kepada Adek.
Sejak saat itu di waktu-waktu berikutnya mereka berdua bergantian mengajakku ketemuan, alias minta duit alias ngembat. Aku terpaksa menjarangkan pertemuan, karena keuangan tidak mampu mendukung. Meskipun pada pertemuan-pertemuan berikutnya mereka tidak menuntut uang sebesar ketika kuperawani, tetapi kalau jaraknya terlalu rapat, berat juga membiyayainya. Mereka akhirnya terbuka satu sama lain bahwa sering main denganku. Keduanya akhirnya berkali-kali main bersamaku bersama-sama. Aku melawan kedua cewek itu. Kalau sudah petandingan yang tidak seimbang itu, aku selalu memintanya di hari libur. Sebab diperlukan waktu agak panjang untuk mengimbangi kekuatan mereka. Biasanya aku chekin jam 11 siang dan chek out jam 5 sore.
Sari dan Adek mungkin sudah kusetubuhi lebih dari 10 kali. Rasanya bosan juga. Oleh karena itu tidak setiap kali aku mau memenuhi permintaan mereka, selain masalah biaya juga masalah jenuh. Akhir akhir ini aku hanya menggauli mereka sekali dalam sebulan.
Di satu saat yang aku lupa harinya, sekitar jam 4 sore, aku dihubungi Adek, “ Kak ada yang mau kenalan nih,” katanya.
Dia memperkenalkan teman sebayanya, namanya Lia. Mereka tidak bertetangga tetapi satu kelas di kelas 3 SMP. Aku ngobrol sedikit dan buntutnya Lia ingin ketemu dengan ku. Permintaannya kupenuhi setelah aku mendapat konfirmasi dari Adek bahwa Lia juga “bisa diajak”.
Aku menjemput Adek yang sudah bersama Lia di Blok M di toko buku Gramedia. Setelah makan fast food di sekitar situ. Adek mempersilakan aku jalan berdua dengan Lia. Adek katanya mau tinggal di Blok M saja. Aku menyisipkan uang sekedarnya untuk ongkos taksi dan jajan Adek sebelum kami berpisah.
Lia lumayan manis, rambutnya pendek dan teteknya lumayan gede, meski tak sebesar Sari. Aku tidak pikir panjang dan basa basi lagi langsung mengarahkan mobil ke motel. Lia juga tidak memperlihatkan rasa takutnya kubawa masuk ke motel. Di dalam motel kukorek mengenai apa saja yang diceritakan Lia mengenai diriku. “Kakak orangnya baik, cakep, ya itu aja,” katanya.
“Masak sih cuma itu,” mencoba mengorek lebih jauh.
“Duitnya banyak,” tambah Lia malu-malu.
Lia kurebahkan ke tempat tidur dengan kaki masih menggantung di pinggir tempat tidur. Aku langsung menyerang dan menciumi seluruh wajahnya dan berakhir di mulutnya. Sambil menciumi mulutnya aku membetulkan posisi dia berbaring dengan mengangkat kedua kakinya ke atas tempat tidur. Lia kutindih dan terus kuserang dengan ciuman dilehernya. Dadanya aku remas-remas dari luar T shirtnya. Tanganku lalu masuk ke balik T Shirt dan mencari pengait BH dibelakang. Kuraba-raba tidak ketemu juga. Lia rupanya mengerti aku mencari pengait BH, dia membantu membuka kaitan BH yang ternyata ada di bagian depan. Teteknya lumayan keras dan putingnya kecil. Kusingkap kaus dan BHnya lalu aku menyerang kedua susunya dengan sedotan di kedua putingnya. Lia mengerang-ngerang mendapat serbuanku. Tanganku langsung beroperasi menyusup dari bawah roknya dan langsung menemukan gundukan memek dibungkus celana dalam. Celana dalamnya terasa agak longgar, maka kukuak saja dari samping dan jariku langsung menerobos masuk ke belahan memeknya. Belahan memeknya sudah basah. Aku korek-korek memeknya dan jari tengah ku lalu menekan-nekan itilnya. Lia menggelinjang-gelinjang menikmati rangsangan oleh jariku pada itilnya.
Aku semakin tidak sabar, sehingga rok dan celananya ku pelorotkan ke bawah sampai lepas dan kausnya aku lepas dari atas. Dia sudah bugil 100 persen dan aku juga membuka seluruh pakaianku sampai bugil juga. Aku menindih Lia sambil terus menghisap teteknya. Rasanya sudah mendesak sekali keinginanku, maka penis kuarahkan memasuki lubang vagina. Agak susah dan terut terpelest. Tapi akhirnya bisa juga mematuk dan sedikit terbenam.
Kedua tangan Lia menahan gerak maju pinggulku. “ Kak aku masih perawan, belum pernah beginian,” katanya.
“Boleh nggak aku teruskan, “ tanyaku yang nafsuku sudah diubun-ubun.
Lia diam saja, tidak juga menggeleng. Dia hanya menutup mata. Aku kembali melakukan gerakan pendek memaju mundurkan penisku yang agak terbenam sedikit. Aku memang merasakan rintangan di dalam vaginanya. Pertahanan kedua tangan Lia yang tadi memegangiku melemah, kini malah pindah posisi memeluk pantatku. Setiap kali aku berhenti pada batas portalnya dia menarik pantatku agar aku maju lebih jauh. Lia kelihatannya sudah terangsang berat. Ketika pada gerakanku yang pantatku ditariknya kuturuti sehingga aku menekan lebih keras untuk maju. Terasa ada yang jebol di dalam, dan Lia menjerit lalu air matanya keluar. “ Perih kak,” katanya.
Aku tentu mengerti, tetapi aku terus menekan perlahan sampai batas panjang penisku. Setelah sekujur penisku tenggelam, aku berhenti untuk istirahat sebentar. Lalu kembali menarik penisku pelan-pelan agak jauh dan mendorong lagi pelan. Gerakan itu dilakukan berulang-ulang dan makin lama tentunya makin cepat. Jepitan memek Lia lumayan ketat dan nikmat. Jembutnya adalah yang terlebat dibanding Adek dan Sari. Aku terus memompanya dan tidak mampu bertahan terlalu lama, aku merasa akan segera menyembur air mani dari dalam. Kutarik buru-buru penisku dari lubang kenikmatan lalu kulepaskan diatas perut Lia. Penisku juga terselaput sedikit darah perawan. Kami istirahat sejenak dan aku membersihkan penisku ke kamar mandi. Lalu berbaring di samping Lia.
Dalam keadaan penis yang masih loyo, aku minta Lia mengulumnya agar bisa menegang lagi. Lia menuruti tetapi minta diajari caranya. Aku mengajarkan cara-cara yang kusukai, termasuk menjilati kantong buah zakarku dan mengulumnya sekalian. Lia adalah pengoral yang berbakat. Kulumannya sangat nikmat sehingga aku lebih cepat bisa menegang lagi. Kesempatan ini tidak aku sia-siakan aku segera menaikinya dan memasukkan penisku. Jalan masuk terasa lebih lancar, meskipun belum terasa ada pelebaran jalan. Aku menggenjotnya. Pada waktu penisku masuk, penisku masih belum sepenuhnya tegang. Di dalam perjalanan menggenjot ini penisku makin mengeras. Akibatnya aku mampu bertahan lama sekali sampai aku kelelahan. Aku membalikkan posisi dan Lia berada di atas Dia memang belum pernah dijamah laki-laki sehingga masih belum tahu apa yang harus dilakukan ketika berada diatas tubuhku. Aku mengajari cara-cara dia menggerakkan tubuh serta mengatur posisinya. Nafsunya yang tinggi ikut menuntun dirinya cepat menerima pelajaranku. Meski memeknya baru terluka, Lia berhasil mencapai orgasme ketika dia berada diatasku. Dia ambruk dan aku langsung meminta dia nungging. Aku memposisikan diri untuk menyodok memeknya dari belakang. Memeknya kelihatan merekah merah dari belakang. Pemandangan yang menggairahkan. Aku menyusupkan penisku di belahan memeknya dari belakang lalu menggeonjotnya ddengan menabrak-nabrakkan badanku ke pantatnya. Bongkahan pantatnya yang gemuk juga menambah kenikmatan dengan meremas-remasnya. Setiap kali kutabrak pantatnya, daging lemak di bongkahan pantatnya bergetar. Posisi ini kurang kurasa nikmat. Aku kembali ke posisi misionaris dan disitulah kukonsentrasikan sampai aku mencapai ejkaluasi. Aku tidak berani melepas maniku di dalam memeknya, takut hamil.
Permainan dua babak sangat menguras tenagaku. Aku mengakhiri permainan itu dan sebelum kami beranjak keluar kamar aku menyelipkan uang sejumlah yang kuberikan ke Adek dan juga ari ketika kuperawani. “ Kak banyak amat, duitnya, makasih ya,” katanya sambil menciumku.
Sejak Lia kuperawani aku hanya sempat mengulang 5 kali. Keuanganku makin tipis. Bahkan pernah aku sebulan penuh tidak meladeni permintaan mereka. Aku jenuh dan ingin menghemat uangku. Aku memang masih melakukan kontak seksual dengan Ade, Sari dan Lia, tetapi frekuensinya makin jarang.


Baca juga...



Kembali ke Beranda

0 komentar:

:)) ;)) ;;) :D ;) :p :(( :) :( :X =(( :-o :-/ :-* :| 8-} :)] ~x( :-t b-( :-L x( =))

Posting Komentar

Pilih judul

Kategori

Pengunjung

Ditunggu kunjungnya kembali...