Klik disini untuk melihat judul cerita yang akan segera terbit !!
Diberdayakan oleh Blogger.

Rabu, 20 Agustus 2014

Keluarga free seks II

Bagikan :

Hubungan ku dengan keluarga Karina semakin akrab. Aku tidak menduga, hasil menabrakan mobilk ke mobil Mercy Karina tempo hari menghasilkan hubungan yang demikian jauh.
Aku dengan bebasnya menyetubuhi Karina di kamarnya sendiri dan sepengetahuan mamanya. Aku kira papanya juga tahu, karena aku sering menginap di kamar Karina.
Aku masih tidak membuka informasi kepada Karina bahwa aku sering memuaskan keinginan sex mamanya. Aku kelak akan membuka juga rahasia ini, tetapi waktunya belum tepat. Saat kami sarapan pagi bertiga, Mamanya buka suara yang berkata terus terang bahwa mama puas sekali bermain sex denganku. Kuperhatikan raut muka Karina, sepertinya dia biasa saja mendengar pernyataan mamanya.
Ternyata si Karina sudah lama tahu bahwa aku melayani mamanya juga, Aku agak bingung dengan keluarga ini, apa karena terlalu lama tinggal di Barat, sehingga mereka bebas saja berbicara masalah sex dan menerima hubungan seperti yang terjadi padaku.
Aku sempat salah tingkah dan malu, ketika papa Karina menyatakan terima kasihnya padaku, karena aku bisa memenuhi keinginan istrinya. Dia merasa agak tenang karena selama ini merasa kewalahan atas tutuntan ranjang dari Mama Margareth. Menurut Papanya, lebih baik istrinya berhubungan sex dengan ku dari pada dengan orang lain yang tidak dia kenal. Dia pun mengatakan hubunganku dengan Karina sebaiknya dilanjutkan sampai ke jenjang perkawinan, karena keluarga ini tidak punya anak laki-laki, sehingga tidak ada yang bisa mewarisi usaha yang sudah berkembang besar.
Di awal cerita aku tidak mengungkapkan bahwa Karina sebetulnya punya dua adik. Karina adalah sulung sekarang berusia 23 tahun. Adiknya Stevani sekolah di Singapura berumur 18 tahun dan bungsu Melody tinggal di Singapura bersama kakaknya. Mereka berdua sekolah di sana. Mereka jarang pulang karena kedua orang tuanya sering menjenguk.
Ketika aku diajak Karina ke Singapura barulah aku mengenal mereka berdua. Mereka cantik-cantik dan bongsor. Melody lebih bule dibanding Stefani. Si bungsu yang berusia 13 tahun badannya seperti cewek 17 tahun.
Di Singapura ayah Karina memiliki apartemen yang cukup bagus. Namun ketika aku dan Karina ke Singapura dia memilih tinggal di Shangrila hotel bersama ku dari pada nginap di apartemen.
Sejak hubunganku sudah demikian terbuka sehingga papanya pun merestui, maka aku makin leluasa menyetubuhi mama Margareth dan Karina. Pernah suatu kali ketika ketika aku sedang bertarung dengan mama, dikala Karina tidak dirumah. Tiba tiba Karina dengan santainya masuk ke kamar mama dan menonton pertandingan kami. Setelah itu, Karina minta jatah. Aku tidak tahu kapan dia pulang, karena mungkin sedang asyik dengan si Mama.
Nafsu sex Karina dan mamanya tergolong hiper. Hampir setiap hari aku melayani mereka berdua. Untung aku juga punya nafsu yang menggebu-gebu, jadi mampu saja menandingi mereka. Aku merasa pening jika sehari saja tidak ngentot. Rasanya bekerja pun susah berkosentrasi, karena selangkanganku terganggu oleh tegangan. Setiap hari paling tidak aku bisa 3 kali ejakulasi, tanpa badan merasa lelah. Sering juga aku mencapai 5 kali. Itu terjadi jika aku nginap di hari libur.
Suatu hari, aku diajak paksa Karina ke Singapura. Keperluannya adalah menemani Stefani yang sendirian tinggal di apartemen. Si kecil Melody ikut tour sekolahnya ke China selama 5 hari. Satu sampai hari kedua aku tidak mengalami kejadian aneh. Aku tidur sendirian dan Karina tidur menemani Stefani. Itu pun sebelumnya Karina minta jatah untuk mendapat “obat tidur”. Dia menyebut orgasme dengan ku sebagai obat tidur.
Tidak mungkin Stefani tidak tahu kalau aku “bermain” dengan kakaknya. Lha wong teriakan Karina dan erangannya bisa menembus sampai keluar unit apartemen. Biasanya setelah dia mendapat kepuasan dia langsung menemani adiknya dan katanya langsung tidur.
Hari ketiga, yang kebetulan jatuh pada hari Senin, Karina memaksa pulang, karena dia mendapat telepon dari kantornya bahwa ada masalah yang harus ditangani. Anehnya aku tidak boleh pulang, menunggu sampai si Melody pulang. Padahal aku juga ingin menyelesaikan pekerjaan juga. Namun Karina marah beneran ketika aku memaksa juga ingin pulang.
Aku berkilah, kenapa bukan mama yang datang menemani Stefani, kan mama tidak kerja, begitu desakku. Mama kata Karina sedang ke Paris bersama rombongan teman-temannya. Aku agak bingung, karena dipaksa tinggal bersama Stefani. Maksudku apa Karina tidak khawatir jika nanti adiknya aku “garap”. Atau apakah dia sengaja mengumpan adiknya untuk aku “ makan”. Dua pertanyaan itu tidak bisa kutanyakan terang-terangan ke Karina. Apalagi dia sudah cemberut saja dan begitu taksi datang, tanpa banyak basa-basi dia terus bablas ke airport
Di tinggal Karina, aku jadi tidak tahu harus bagaimana. Pagi itu aku buru-buru mandi dan langsung membuat sarapanku sendiri, roti berlapis selai. Sementara itu Stefani yang tadinya agak cuek, kok jadi berbalik bermuka manis. Aku membatin dalam hati,” apa aku kuat menahan diri berdua dengan remaja cantik di apartemen ini”
Stefani kuliah di Singapura. Aku lupa dia ambil jurusan apa. Yang kuingat, pagi itu dia mengenakan rok mini, yang sangat mini sehingga paha putih yang gempal jadi kelihatan sangat memikat lelaki. Andai saja dia membungkuk sedikit, maka celana dalamnya akan kelihatan.
Ah aku jadi alay, Di Singapura remaja umumnya berpakaian seperti itu. Jadi pakaian Stefani ya normal saja sebetulnya. Stefani minta aku antar ke kampusnya. Aku tidak bertanya kenapa mesti diantar segala, emang biasanya kan jalan sendiri.
Aku turuti saja kemauannya. Kami berjalan berdua menuju stasiun MRT. Sepanjang jalan Stefani menggandengku. Sebetulnya dia tidak menggandeng tapi nglendot. Jadinya susunya yang kenyal berkali-kali menekan lenganku. Dari pengalamanku di dunia persilatan lendir, cewek yang besikap seperti ini biasanya sudah tunduk dan mau diapakan saja. “Ah masak Stefani begitu sih, kan aku baru akrab dan belum banyak berbicara dengan dia,” kata ku dalam hati.
Kalau bisa aku nikmati dan memang sedap kenapa harus banyak pertanyaan, ya sudahlah rasakan saja. Begitulah akhirnya aku bersikap. Sampai di kampusnya, eh Stefani malah mengenalkan aku dengan teman-temannya. Berkali-kali aku bersalaman. Setelah itu aku dilepasnya, dan dia masuk kelas.
Belum sehari aku sudah bingung melihat sikap adik si Karina. Dari kampusnya aku jalan-jalan dan nongkrong di sekitar Orchad road sambil cuci mata. Pemandangan memang indah, karena banyak yang bening-bening melintas. Namun lama-lama bosan juga. Mau masuk mall juga bosan. Akhirnya aku putuskan menuju stasiun MRT terdekat untuk kembali ke apartemen. Paling tidak aku bisa tidur bermalas-malasan.
Belum sampai stasiun MRT, HP bergetar. Karina mengabarkan bahwa dia sudah sampai kantor. Dia berpesan, agar aku jangan pulang ke Jakarta sampai si Melody kembali dari Cina. Kenapa ya Karina khawatir sekali jika aku meninggalkan Stefani sendirian.
Rasanya ingin sekali menghisap sebatang rokok. Kulihat di taman ada bapak-bapak sedang asik mengisap rokok sambil membawa asbak kecil. Aku bergabung dan karena aku tidak punya asbak, aku numpang asbaknya. Untung dia berbaik hati dan mempersilakan aku menggunakan asbaknya.
Rasanya lebih nikmat merokok di Singapura dari pada di Jakarta. HP ku bergetar lagi. Di layar muncul nama Stefani. Mau apa lagi anak ini, batinku. Dia mengabarkan sudah selesai kuliah karena beberapa mata kuliah pindah waktunya. Stefani ingin menyusulku. Aku dimintanya menunggu saja di tempatku merokok. Dia kenal benar sudur-sudut Orchad.
Sekitar setengah jam kemudian Stefani muncul dari arah stasiun. Begitu melihatku dia berlari-lari kecil lalu menubrukku dan mencium pipiku. Dia bersikap seolah-olah kami sudah lama tidak bertemu. Padahal belum ada 4 jam berpisah.
Kami mencari makan siang. Aku mengusulkan makan makan noddle duck, dia setuju. Habis makan kami kembali ke apartemen. Mataku agak ngantuk sehingga yang paling kuinginkan adalah tidur.
Berkaus oblong, celana pendek, aku melesat ke dalam selimut di kamarku. Udara AC di apartemen ini sangat dingin. Mungkin tidak sampai 5 menit aku sudah tertidur. Entah berapa lama tertidur aku terbangun karena merasa ada gangguan. Stefani sudah berada disisiku. Dia memelukku dan menciumi wajahku.
“Wah anak ini cari perkara,” kata ku dalam hati.
“ Kak aku suka ama kakak,” katanya.
“Aku kan pacar kakakmu,” kataku.
“Biarin aja, pokoknya aku suka ama kakak,” dia mendesak.
Semula aku pasif saat dia menciumi pipiku. Hembusan nafasnya terasa memburu. Ini pertanda dia sedang naik nafsunya. Puas menciumi pipiku dia merambah mulutku dan langsung menangkupkan mulut kecilnya ke mulutku. Lidahnya dia permainkan masuk ke dalam mulutku.
Aku tidak bisa berdiam diri maka kutarik dia menindih tubuhku dan kami berciuman hangat. Aku merasa ciuman Stefani ganas sekali. Dia menarik tubuhku sehingga aku berada diatasnya. Aku melepas ciuman di mulut dan aku jilati telinganya lalu leher dan terus ke bawah. Tanganku serta merta mencari sasaran gundukan kenyal di dadanya.
Dia tidak menghindar ketika tanganku meremas gundukan itu dari luar kaus oblongnya. Terasa di tanganku bahwa gundukan empuk itu tidak mengenakan BH. Tanganku menelusup dari bawah kausnya menjangkau gundukan kenyal. Stefani malah membantu dengan mengangkat kausnya sehingga terpampang kedua susunya yang lumayan menggunung. Putingnya belum sempurna berkembang, tetapi teteknya telah membengkak cukup besar.
Aku jilati kedua putting kecil itu sampai Stefani mendesah-desah. Tugas tanganku sudah diambil alih oleh lidah, sehingga tangan mencari sasaran lain yang lebih penting. Celana pendeknya aku dorong kebawah sekaligus dengan celana dalamnya. Terasa jembutnya yang cukup lebat menutupi belahan memeknya.
Posisi celananya belum terbuka penuh masih berada di pahanya, jariku sudah masuk kecelah-celah belahan memeknya. Belahan memeknya masih rapat tetapi sudah terasa licin karena lendir yang meleleh keluar dari lubang vagina.
Dengan jariku, aku memainkan itilnya. Stefani makin seru merintih.Celananya dia buka sendiri juga kausnya sehingga bugil sepenuhnya. Aku menjilati perutnya dan perlahan-lahan turun ke bawah sampai ke selangkangannya. Tanpa merasa risih dan malu Stefani sudah mengangkang selebar mungkin. Dia mengerti aku bertujuan menjilati memeknya.
Jembut yang lebat memuat sebagian masuk ke dalam mulutku. Setelah aku sibak kedua sisi memeknya tampak belahan merah muda dengan tonjolan diatas yang sudah mencuat. Itilnya sudah keluar dari sarang. Aku melumat itilnya sampai dia melonjak-lonjak. Aku tidak tahu apakah karena dia merasa geli atau kenikmatan yang sangat, sehingga dia mengangkat-angkat pinggulnya.
Aku jilati terus sampai akhirnya dia minta aku berhenti dan kepalaku ditekan sekuat-kuatnya ke memeknya yang sedang berdenyut-denyut. Lepas itu aku ditarik keatas. Kausku dibukanya dan celanaku dia tarik sampai akhirnya aku juga bugil. Aku didorong sehingga telentang. Penisku mengacung tegak, karena sudah full ereksi.
Di genggamnya sejenak, dikocok lalu dia melumat penisku. Permainan oralnya sudah cukup mahir. Dari situ aku menduga dia sudah jebol perawannya. Tidak terlalu lama dia mengoralku lalu bangkit dan mengarahkan batang penisku memasuki lubang kemaluannya yang sudah licin. Tanpa halangan berarti, penisku masuk sepenuhnya. Stefani berinisiatif bergerak sendiri mengejar puncak kenikmatan.
Cengkraman memeknya lumayan nikmat. Dia melakukan gerakan seperti sudah terbiasa berhubungan sex. Aku bisa bertahan karena aku pasif di bawah. Sementara itu Stefani terus memacu dengan mendesah-desah. Dia ambruk ke dadaku dan nafasnya memburu seperti habis marathon. Dibawah sana memeknya seolah-olah sedang memijat-mijat penisku karena denyutan orgasmenya.
Dia memuji bahwa kontolku rasanya nikmat sekali. Aku tidak bertanya emang biasanya pakai kontol siapa. Buat apa aku bertanya hal-hal konyol begitu. Yang penting enjoy aja. Udah dapat makan yang enak kok tanya resepnya apa, bahannya beli di mana dan sebagainya. Bisa-bisa jawabannya membuat kecewa.
Aku melanjutkan permainan dengan berada di atasnya. Akulah yang menggenjotnya sekarang. Memeknya makin terasa mencengkeram. Desahan dan reaksi tubuhnya membuatku jadi sangat terangsang sehingga akhirnya aku tidak mampu bertahan dan lupa daratan pula sehingga melepas jutaan benihku di dalam memeknya. Pada saat itu rupanya dia belum sampai, sehingga dia menggerakkan pinggulnya menggeser-geser penisku yang baru saja melepas sperma. Rupanya dia tidak terima aku mencapai finish duluan. Stefani berusaha bergerak terus sampai akhirnya dia finish juga dengan teriakan panjang sebagai tanda puncak kepuasan.
Kami berdua kelelahan dan tergeletak tidur begitu saja. Dengan tetap bugil kami berdua berselimut bersama. Stefani memelukku sampai dia tertidur dan akupun sudah tidak mampu lagi menahan kantuk.
Aku bangun dengan perasaan lega. Mani dan cairan sudah mengering di tubuhku, rasanya lengket. Aku bangunkan Stefani yang masih agak malas bangun. Karena terasa kebelet kencing aku tinggal dia yang tetap tergolek di ranjang. Aku masuk kamar mandi dan melepas hajat kecilku di toilet. Aku melanjutkan dengan mandi dengan shower air hangat. Tidak lama kemudian muncul Stefani sambil mengucek-ucek matanya. Dia pun kebelet pipis. Suara desiran pipisnya nyaring sekali mengalahkan suara shower.
Dari kamar masuk ke kamar mandi Stefani santai sambil tetap bugil. Selepas hajat kecilnya terlampiaskan dia bergabung denganku mandi sambil membasahi rambutnya. Kami berangkulan sambil menikmati guyuran air hangat.
Stefani mempermainkan penisku yang sedang loyo dan aku meremas-remas buah dadanya yang tegak menantang. Stefani mewarisi tetek ibunya yang besar, Karina sebetulnya juga besar. Jembutnya lebat tetapi belahan memeknya ada gelambir kecil, seperti kakaknya dan juga ibunya.
Stefani manja sekali, sampai mengeringkan badannya pun dia minta aku yang melakukan. Aku dan Stefani mengenakan kimono dan tidak mengenakan apa pun di dalamnya. Dari jendela apartemen aku menikmati pemandangan kota yang mulai redup dan lampu-lampu mulai menyala.
Malam ini kami malas keluar cari makan. Stefani minta pizza yang bisa di antar. Semua AC kami matikan sehingga dinginnya ruangan agak berkurang. Dua potong pizza cukup mengganjal. Sehabis pizza, hidangan berikutnya adalah melumat mulut. Itu gara-gara Stefani yang duduk di pangkuanku lalu memancing-mancing menciumiku.
Permainan itu berlanjut sampai akhirnya kami kembali telanjang bulat. Stefani minta “main” di sofa. Dia katanyanya ketagihan rasa kontolku. Ada-ada saja komentarnya. Entah berapa kali dia mencapai kepuasan sementara aku baru mencapai ejakulasi ketika permainan berlanjut dikamar Stefani.
Malam itu aku bertempur hampir sepanjang malam. Jika tidak salah ingatanku aku sampai 7 kali ejakulasi, sementara Stefani sudah tidak kuhiraukan lagi berapa kali dia mencapai puncak kenikmatannya.
Aku merasa, Stefani lebih maniak dibanding kakaknya atau mamanya. Dia minta terus malam itu, meski pun katanya badannya sudah letih. Aku dan dia malam itu jadi kurang tidur tapi kelebihan ngentot.
Paginya Stefani tidak sanggup bangun pagi, dan dia bolos kuliah, karena badannya rasanya lemes sekali. Meski begitu habis sarapan pagi, paginya jam 10 juga sih. Stefani sudah minta dientot lagi. Ada saja caranya untuk membangkitkan nafsuku dan menegakkan penisku. Untungnya aku masih mampu memenuhi permintaannya. Rasanya aku hanya mengeluarkan sperma beberapa tetes saja akhir-akhirnya. Produksinya tidak mampu mengejar output.
Siang kami tetap tinggal di apartemen dan Stefani menelepon restoran mi pangsit ayam. Ketika pesanan tiba sebetulnya aku sedang “bermain” lagi. Stefani bersembunyi di kamar dan aku menyambar kimono membayar pesanan.
Aku ingin membuat sensasi yang mudah-mudahan akan diingat Stefani selamanya. Kami ngentot dengan posisi duduk berhadapan. Penisku masuk ke vaginanya dan kakinya diatas kakiku merangkul pinggangku. Kotak mi ayam aku letakkan diatas pangkuan kami. Posisi kotak mi itu berada diatas pertemuan kedua kelamin. Kami makan sambil kontolku masuk di dalam memeknya. Satu kotak kami makan berdua menggunakan sumpit. Setelah habis ganti kotak yang lain sampai ludes. Untung penisku tetap mengeras, sehingga tidak copot.
Stefani tertawa geli atas posisi kami menikmati makan siang mie diatas sambungan memek dan kontol. Setelah minum, permainan dilanjutkan lagi sampai kami berdua terkapar.
Begitulah selama aku berada di singapura menemani Stefani. Sebenarnya lebih tepatnya bukan menemani, tetapi memuaskan hasrat sex adik si Karina. Meski Karina sering meneleponku, tetapi dia tidak sedikitpun menyinggung soal hubunganku dengan Stefani. Mama Margareth juga begitu. Padahal sepantasnya mereka tahu bahwa aku tidak mungkin tidak ngesex dengan Stefani.
Melody pulang lebih cepat dari jadwalnya. Pagi-pagi pesawatnya sudah mendarat di Changi. . Melody bercerita bahwa di Cina akan ada badai, sehingga kepala rombongan memutuskan untuk memperceepat kunjungan ke Cina.
Aku merasa gembira karena berarti aku bisa pulang pada hari itu juga. Nyatanya Stefani mati-matian menahanku sehingga aku diperbolehkan pulang Senin pagi. Itu berarti aku harus extend 5 hari lagi. Melody pun ikut-ikutan menahanku. Aku tidak berdaya menembus pertahanan mereka. Aku coba menelepon Karina, eh dia malah nyarani aku tambah barang sehari lagi sehingga aku balik hari selasa. Ah Karina ternyata lebih gila.
Aku tidak putus asa, lalu mencoba menelepon mama Margareth. Ini mamak sama aja dengan anaknya. Aku diminta tetap di Singapur dulu. Jujur saja aku sudah jenuh dengan suasana Singapura yang terkesan hidupnya monoton, Kalau soal sex, meski tidak main dengan stefani, toh di Jakarta ada Karina dan mama Margaerth yang sudah berpengalaman.
Aku agak jaim terhadap Melody. Masalahnya aku beda umur cukup jauh. Kami sepakat akan makan malam diluar. Siang itu kami makan masing-masing. Stefani tidak bisa meninggalkan kampusnya dan Melody pergi ke mall dekat apartemen mau ketemuan sama temen-temennya membahas paper yang akan mereka tulis hasil study tournya. Aku cari makan siang di dekat apartemen lalu balik dan mendengkur.
Aku terbangun dan melihat jam sudah menunjukkan pukul 5 sore. Apartemen masih sepi, penghuni lainnya belum pulang. Sambil menunggu mereka aku ingin merendam diriku di dalam bath tub yang berisi air hangat.
Kontolku ngaceng akibat terendam air hangat. Aku tiduran menikmati air yang ku atur makin lama makin panas. Sampai suhu yang kurasa nyaman kuhentikan pengisian airnya. Sambil tiduran aku berkhayal membayangkan betapa nikmatnya hidupku, ngentot banyak sasaran, perut gak pernah lapar, duit gak terlalu mikir, kontol dipuji-puji cewek. Apalagi yang kurang dalam hidupku.
Aku terkejut, karena muncul sosok Melody yang sudah bugil bergabung ke dalam bak tempatku berendam. Apa lagi maunya anak ini. Masak umur 13 tahun juga minta di entot sih. Tapi penisku jadi makin ngaceng dan keras.
Melody bergabung dan dia telungkup diatas ku yang posisiku membujur telentang. Tidak dapat terhindar penisku menyundul-nyundul tubuhnya mungkin juga memeknya. Teteknya menempel di dadaku dan rasanya kenyal sekali.
Posisi Melody telungkup di atasku rupanya agak sulit dia pertahankan, sehingga dia mengubah posisi jadi telentang di atasku. Tanpa menunggu peluang berikutnya kedua tanganku lalu menggenggam buah dadanya. Teteknya masih keras dan kenyal sekali, Belum terlalu besar, tetapi cukup penuh di dalam tangkupan telapak tanganku. Pentilnya masih kecil sekali. Kuraba ke bawah diantara kedua pahanya terasa masih sedikit bulu yang tumbuh.
\ Aku meremas-remas memeknya yang montok dan belahannya masih rapat. Itilnya kuraba, dia mengeluh kegelian, ketika jari tengahku menemukan letak itilnya. Kami lalu berciuman sambil saling meraba dan meremas. Melody tanpa canggung meremas penisku yang sudah keras seperti kayu.
Rasanya tidak perlu terlalu lama berendam, karena birahiku sudah makin memuncak. Aku bangkit dan meraih handuk lalu mengeringkan tubuhku seterusnya tubuh Melody yang kuseka. Lepas itu Melody langsung aku gendong menuju tempat tidur. Aku memulai dengan menjilati pentil teteknya yang masih kecil, tapi sudah mengeras. Penasaran dengan memek anak di bawah umur, aku mencoba membukanya dan terlihat pemandangan menakjubkan. Belahan memek yang masih sempit dengan lubang vagina kecil. Penasaran juga aku ingin tahu apakah selaput daranya masih ada apa sudah jebol. Lubang vaginanya aku buka lebar. Dia mengeluh perih, tapi aku tetap membukanya. Terlihat lubang vaginanya tetapi di dalamnya tidak terlihat ada selaput putih yang menghalangi. Penampakan ini mengesankan dia sudah tidak virgin lagi.
Aku kembali ketujuan semula menjilati itilnya. Melody kegelian dan dia bukannya merintih atau mendesah malah tertawa karena merasa geli saat itilnya aku jilat. Ini membuatku kurang nikmat sehingga aku mau langsung saja menancapkan penisku ke lubang memeknya.
Perlahan-lahan kutuntun penisku memasuki lubang kenikmatan. Melody mengernyit dan minta aku pelan-pelan. Meski lubangnya ketat, tetapi penisku bisa terus masuk tanpa halangan sampai akhirnya terbenam habis.
Dia mengaku masih agak sakit, Aku jadi menggoyangnya perlahan-lahan. Makin lama gerakan penisku maju mundur makin lancar karena lubangnya juga makin licin. Melody sudah tidak mengeluh sakit. Tapi dia tidak memberi respon nikmat seperti umumnya perempuan kalau dientot.
Lubangnya sangat ketat, meski sudah tidak perawan lagi. Untung aku cukup kenyang ngentot selama ini sehingga bisa bertahan terus. Setelah 5 menit aku genjot, Melody mulai bereaksi. Dia mendesis-desis dan diluar kesadarannya dia jadi merintih dengan irama cewek yang sedang merasa nikmat di ewek.
Aku makin bersemangat karena kemudian dia menjerit lirih ketika memeknya kurasa berdenyut-denyut. Ternyata, anak di bawah umur bisa juga mendapat orgasme. Padahal tadinya aku menyangka anak seusia Melody ini belum bisa menikmati senggama.
Memeknya makin licin tapi tetap mencengkeram. Aku makin laju memainkan penisku di lubangnya.rasa nikmat sudah mulai menjalari tubuhku menandakan sebentar lagi aku akan orgasme. Aku genjot terus menjelang orgasme, melody memelukku erat sekali. Rupanya dia mendahului mencapai orgasme. Denyutan memeknya menimbulkan nikmat sehingga akhirnya aku pun memuncak dan memuntahkan spermaku yang jumlah tidak banyak lagi.
Melody memanggilku “kak”.Kak nikmat sekali main sama kakak. Aku belum pernah merasakan kenikmatan kayak gini. Harusnya aku tanya “lu ngentot sama sapa aja”. Tapi kutahan saja keinginan tahu ku. Mungkin suatu saat aku bisa tahu tanpa harus bertanya.
Aku terkejut bangun ketika selimut dibuka tiba-tiba. Padahal aku dan Melody masih dalam keadaan bugil di bawah selimut itu. Rupanya Stefani sudah datang bahkan dia sudah bugil dan langsung menerkamku. Dia tidak peduli bahwa aku habis ngentot adiknya dan tidak peduli ada adiknya berbaring disampingku, tapi dia langsung minta penisku dimasukkan ke dalam lubang memeknya.
Tentu saja penisku belum ready. Stefani giat mengulum penisku sampai akhirnya berdiri juga dan layak menancap di lubang memeknya. Stefani langsung menderaku dengan laju memaju mundurkan penisku di dalam lubang kenikmatannya. Dia mendapat orgasme pertama, namun kelihatannya dia masih menginginkan lagi, maka dia memacu tubuhnya di atas tubuhku lagi sampai kembali mencapai kepuasan.
Aku bukan ingin membanggakan diri kuat bersetubuh, tetapi karena sudah terlalu kenyang “bermain” makanya persaaanku menjadi kebal dan mampu bertahan lama. Dua kali mendapat orgasme, Stefani tidak mampu meneruskan permainan. Dia rebah disampingku tidur telentang sambil terengah-engah. Aku ciumi dia sampai akhirnya dia terlelap tidur.
Melody yang dari tadi menyaksikan aksi kakaknya bermain dengan ku, mungkin birahinya bangkit. Dia menarik tubuhku agar menindih tubuhnya. Aku paham, Melody minta aku bermain dengan dia. Ketika aku sudah diatas tubuhnya Melody tangannya menangkap penisku lalu dia arahkan memasuku lubang memeknya yang ternyata sudah licin. Dengan mudah penisku masuk perlahan-lahan. Aku mengenjotnya tidak terlalu cepat, tetapi dengan kecepatan tetap.
Melody tidak terlalu lama dia sudah mendapatkan orgasmenya, dia lebih cepat meraih puncak kepuasannya dibandingkan pertempuran yang pertama tadi. Mungkin perempuan adalah kebalikan dari pria. Jika pria main di ronde kedua dan selanjutnya maka, orgasmenya akan makin lama tercapai. Sebaliknya perempuan malah makin cepat mendapat orgasme setelah mendapat orgasme yang pertama.
Setelah kedatangan Melody, aku harus melayani nafsu sex mereka berdua. Badanku terasa agak lelah, karena setiap hari berpacu sex dengan kedua cewek itu, Untungnya aku bisa mengimbangi olah raga dengan berjalan-jalan seputar Singapura.

***


Baca juga...



Kembali ke Beranda

0 komentar:

:)) ;)) ;;) :D ;) :p :(( :) :( :X =(( :-o :-/ :-* :| 8-} :)] ~x( :-t b-( :-L x( =))

Posting Komentar

Pilih judul

Kategori

Pengunjung

Ditunggu kunjungnya kembali...