Klik disini untuk melihat judul cerita yang akan segera terbit !!
Diberdayakan oleh Blogger.

Rabu, 20 Agustus 2014

Keluarga free seks IV

Bagikan :

Setiba kembali ke Jakarta segera dipersiapkan pernikahanku dengan Karina. Di singkat saja ceritanya, selesai nikah sebetulnya kami tidak perlu berbulan madu, namun mama yang mengusulkan
berbulan madu. Tetapi bulan madunya lain dari pada yang lain, karena bukan hanya aku dan Karina yang pergi berlibur, tetapi semuanya kecuali papa. Pilihan tempat bulan madu adalah satu resort di di Thailand Selatan, di pulau kecil yang sangat terisolir. Resort itu khusus untuk wisatawan yang tidak ingin diganggu liburannya.
Kami berlima menempati villa dua kamar yang dibangun di atas air. Suasananya sangat romantis. Pengunjung resort itu tidak terlalu banyak. Mungkin hanya kami yang tampang Asia, lainnya orang bule. Namun cewenya ada yang orang Thai dan Jepang atau Cina.
Banyak yang bugil bersantai di pantai. Aku seperti Joko Tarub yang dikelilingi para bidadari. Adalah si Mama yang mengusulkan agar kami bugil saja di dalam resort. Kebetulan laut di bawah penginapan tidak terlalu dalam, hanya setinggi pinggang jadi bisa berenang dengan turun dari tangga di penginapan.
Aku setuju usulan mama dan langsung terjun ke laut berenang tanpa celana. Rupanya ini mendorong lainnya ikut-ikutan yang lain sehingga kami berlima berenang bugil di sekitar penginapan. Airnya sejuk dan banyak ikan-ikan kecil berenang di dasar.
Selepas berenang kami mandi bilas bersama-sama dalam satu kamar mandi. Kalau sudah telanjang begini, sudah tidak ada lagi bedanya istri, ipar atau mertua. Semua saling merangkul, mencium dan menghisap penisku bergantian.
Diawali oleh suasana hot di kamar mandi jadi keterusan ke kamar. Aku dikerubuti oleh 4 orang bidadari yang semuanya bugil dan sedang birahi. Apakah perlu aku ceritakan suasana pertarungan dengan mereka. Kayaknya gak usah ya, nanti kepanjangan toh ceritanya juga sama dengan sebelumnya.
Setelah selesai bertempur kami makan bersama dengan hidangan yang diantar room service. Selesai makan aku menikmati rokok di teras villa dengan pemandangan laut.
Aku membayangkan yang tidak bisa terbayang, bagaimana kelak kehidupanku setelah berumah tangga dengan Karina, dimana aku bebas menyetubuhi adik-adiknya bahkan mamanya. Apa perkawinan itu hanya formalitas, tetapi faktanya aku pejantan mereka.
Karina menurutku cukup sempurna, dia bisa mengurus suami, bisa masak, rajin berbenah dan meski pun kerja kantoran, tetapi urusan di rumah tidak terbengkalai. Kami tidak mempunyai pembantu karena tidak banyak yang barus dikerjakan. Apartemen yang cukup mewah hadiah perkawinan dari papa Karina terawat apik berkat Karina pandai mengelolanya.
Setelah Stefani mempunyai pacar dan Melody setelah masuk universitas juga punya pacar. Mereka berdua jarang lagi berhubungan denganku. Sesekali Mama Margareth masih ingin berakrab sex denganku.
Sudah lebih dari 5 tahun Mama tidak pernah pulang kampung, dia mengatakan rindu dengan keluarganya. Setelah rapat keluarga, papa memutuskan mama boleh pulang kampung, tetapi papa tidak bisa menyertai. Perjalanan ke Caracas Venezuela memang sangat panjang dan melelahkan.
Rapat keluarga memutuskan akulah yang harus menemani mama, karena tidak laki-laki lain dalam keluarga setelah papa berhalangan. Aku sesungguhnya enggan melakukan perjalanan yang sangat panjang dan jauh. Sudah kebayang betapa beratnya melawan jetlag dan berbagai kendala di perjalanan.
Namun aku tidak bisa menolak dan terpaksa harus mendampingi mama. Perjalanan pertama adalah Jakarta – New York. Mama memerlukan mampir di ibukota dunia ini untuk menyambangi beberapa sanak saudaranya yang tinggal di situ. Meskipun kami terbang dengan fasilitas kelas satu, tetapi lamanya perjalanan itu membuat aku tetap saja bosan.
Kami tiba di Bandara JFK pada siang hari. Di Bandara sudah dijemput oleh salah seorang ipar mama. Dia menjemput bersama istrinya, bule cantik berambut pirang. Perjalanan dari bandara ke Manhattan cukup lama juga karena jalanan agak macet. Mama memilih bermalam di hotel dan menolak tidur dirumah saudara-saudaranya. Hotel The Plaza dekat taman Central Park di tengah Manhattan cukup megah, konon ini adalah milik Donald Trump.
Kami tinggal di New York 3 malam untuk aklimatisasi, atau menyesuaikan diri dengan iklim setempat. Siang jadi malam dan malam jadi siang, begitulah rasanya di New York, karena perbedaan waktu lebih lambat 12 jam dari WIB. Jadi kalau siang mata agak ngantuk, karena tubuh masih mengikuti jam WIB yang sudah malam. Sedang kalau malam susah tidur karena di Indonesia masih siang.
Aku diperkenalkan oleh keluarga besar mama yang ternyata cukup banyak tinggal di New York. Silaturahmi tidak seperti di Indonesia, tetapi pertemuan dengan dinner bersama, tertawa-tawa dan mereka bercerita mengenai masa lalu. Aku bengong saja, karena tidak punya bahan pembicaraan. Dinner setiap malam dari jam 8 malam sampai jam 10. Setelah itu bubar.
Kami tidak bisa terbang langsung dari New York ke Caracas. Ini mungkin karena perseteruan Amerika Serikat dengan Venezuela. Pilihannya kami harus stop over di Mexico. Mama memilih stop over di Cancun, satu kota wisata pantai yang sangat terkenal. Cancun mungkin seperti Denpasar, yang kalah ramai dengan daerah resortnya yang menyebar sepanjang garis pantai lautan Atlantik.
Aku dan mama menginap semalam di Cancun di sebuah hotel di tepi pantai, kalau tidak salah ingat namanya hotel Tropical. Tidak banyak yang bisa aku kagumi dari Cancun, karena rasanya Bali jauh lebih indah. Mungkin wisatawannya saja yang menarik, karena mereka lebih berani berpakaian, terutama cewek-ceweknya . Cancun bukan kota yang murah.
Selama semalam kami nginap di hotel, kami sempatkan keluar makan malam di tempat keramaian yang merupakan bangunan kumpulan dari cafe-cafe dan club-club. Pulangnya aku agak pusing karena minuman Tequila, mama mungkin juga rada terpengaruh karena gelagatnya agak kurang normal.
Jam 11 malam kembali ke hotel. Seperti biasa aku membersihkan diri, karena badan agak lengket berkeringat. Cancun kota yang cukup hangat. Mama mengikuti ke kamar mandi, kami berdua telanjang dan saling menyeka. Pengaruh pandangan melihat tubuh sintal seorang wanita meskipun tergolong STW, birahi jadi bangkit. Apalagi Mama malah memainkan penisku dengan menggengam dan mengocoknya. Akhirnya kami bergumul di dalam bak air hangat. Sehingga tidak dapat dielakkan, penisku terselip masuk ke vagina mama. Aku kurang bisa bergerak leluasa, karena bak mandi yang sempit, jadi agak repot menyetubuhi mama dalam bak. Meski begitu, penisku tetap terbenam di dalam memek mama.
Mama kelihatannya juga kurang puas, akhirnya kami mengeringkan badan dan melanjutkan permainan di tempat tidur. Kami bermain berganti-ganti posisi, seperti mempratekkan kamasutra. Namun menurutku yang paling nikmat MOT dan WOT, selebihnya hanya melelahkan dan repot, karena gerakan kurang leluasa.
Aku bisa mencapai orgasmeku dan mama sempat mendapat dua kali orgasme. Orgasme adalah obat tidur, karena setelah permainan itu kami langsung tertidur sampai pagi.
Setelah sarapan pagi yang menunya sangat mexico, kami bersiap-siap berangkat ke airport untuk penerbangan ke Caracas.
Tiba di Caracas sudah gelap. Ada penjemput, seorang wanita cantik yang mengacungkan papan nama isinya adalah namaku. Kami bersalaman dan sesuai dengan unggah-ungguh disana aku harus mencium pipi kiri dan kanannya. Dia memperkenalkan diri dengan menyebut namanya Stevi. Seorang gadis bule, tapi berambut hitam, cantik sekali, bodynya proporsional dan tinggi. Cewek-cewek di Venezuela terlihat cantik-cantik. Bisa dikatakan jika ada 10 cewek yang cantik adalah 11.
Stevi adalah keponakan Mama. Dia hanya bisa berbahasa Spanyol. Aku hanya mengerti sepotong-sepotong, kalau mama jangan ditanya, menggerutu aja pakai bahasa gituan. Stevi menyetir sendiri mobilnya. Aku lupa apa mereknya, tapi sedan cukup keren, kayaknya buatan Amerika.
Stevi mengantar ke hotel dan dia memberi waktu setengah jam saja untuk kami meletakkan koper dan merapikan penampilan. Sebab sebuah gala dinner sudah dipersiapkan oleh keluarga besar di sana di rumah salah seorang family mama.
Aku hanya buang air kecil saja, sementara mama masih sempat ganti baju menyesuaikan acara makan malam. Stevi yang turut ke kamar sempat juga melepas hajat kecilnya yang desirannya nyaring sekali sampai terdengar keluar.
Sekitar 30 orang sudah duduk mengelilingi meja jamuan. Aku menyalami mereka semua memperkenalkan diri. Dinner dilaksanakan di belakang rumah di halaman terbuka. Acaranya bakar-bakaran atau barberque .Musik latin diperdengarkan tidak terlalu keras. Aku duduk terpisah jauh dari mama. Repotnya aku sulit ngobrol, yang karena mereka semua kurang bisa bahasa Inggris.
Meski begitu, aku senang karena di kiri dan kananku adalah cewek-cewek cakep. Mereka hanya senyum-senyum saja ketika tidak mengerti ucapan inggrisku. Sekitar 2 jam kami bergembira dan pulangnya rada puyeng karena kebanyakan minum minuman beralkohol.
Sesampai di hotel aku dan mama langsung tertidur sampai pagi. Kami bangun lalu mandi bersama. Kami hanya berpelukan dan saling mencium. Selesai mandi kami turun ke bawah untuk sarapan pagi. Mama memberi tahu bahwa hari ini kami akan pindah menginap atau tinggal di salah seorang saudara mama.
Tempat menginap itu memang agak jauh di luar kota, tetapi merupakan resor wisata. Di tempat itu lengkap berbagai fasilitas. Mama bercerita sambil berbisik bahwa resor itu adalah resor nudis. Kami diberi kesempatan menginap free of charge alias gratis untuk semua fasilitas. Maklum yang memiliki tempat itu adalah sepupu mama.
Sekitar sejam kami santai di restoran, muncul Stevi yang melambaikan tangan di pintu masuk restoran. Penampilannya segar, baju teng top dengan hot pan yang super pendek, sampai lekuk bokongnya kelihatan. Kelihatannya di balik teng top dia tidak pakai BH, sehingga teteknya berguncang geal-geol. Padahal teteknya cukup membusung.
Setelah cipika-cipiki dia duduk satu meja, tapi menolak ikut sarapan. Kami bertiga naik kekamar membereskan koper. Lalu turun.setelah menyelesaikan bill hotel kami melaju dengan mobil yang dikendarai Stevi.
Lalu lintas di Caracas tidak sepadat Jakarta, malah menurutku sangat longgar. Sekitar 45 menit, kami sampai di resor yang letaknya seperti di dataran tinggi. Di pintu gerbang petugas menanyai Stevi, lalu dia membukakan pintu gerbang.
Jalan masuknya lumayan panjang juga, mungkin sekitar 1 km. Wilayah resor itu memiliki pemandangan yang indah dan sangat terpelihara. Sebelum sampai di kantor penerimaan tamu mata ku sering melihat orang-orang bugil sedang menikmati liburan.
Setiba di front office, saudara mama yang memperkenalkan namanya Carlos yang merupakan pemilik resort itu menyambut kami. Pegawainya memberi well come drink rasanya seperti sprite tetapi di dalamnya ada daun mint. Aku teguk sekali teguk langsung habis, karena rasanya manis segar dan dingin.
Aku dan mama diberi kamar terpisah, malah terpisah jauh, Jika aku di sisi Barat, Mama di sisi Selatan. Kamar yang didisain. Mas Carlos, begitu aku menyebutnya sengaja memisahkan kami berjauhan agar kami lebih banyak bergaul dengan pengunjung.
Bangunan penginapannya cukup bagus, rapih, bersih, dan interior serta eksteriornya khas Mexico, dengan kayu dan batu bata yang diekspos. Di dalam kamar terdapat, tempat tidur besar, kamar mandi yang dilapisi batu alam, teras dengan pagar dari kayu bulat.
Aku masih menyimak arsitektur di dalam kamar, lalu melihat-lihat keluar dari teras kamarku. Suara ketukan pintu mengejutkan. Buru-buru aku buka pintunya. Aku terkejut, ketika muncul sosok Stevi yang sudah telanjang bulat di depan pintuku. Tanpa ragu dan malu dia masuk ke dalam kamarku dan berbicara dalam bahasa inggris sepotong-potong yang maksudnya aku harus membuka semua bajuku pada hari ini.
Tidak terlihat kerikuhan, Stevi membantu membuka bajuku dengan memelorotkan celanaku sekalian celana dalamnya. Penisku masih loyo, mungkin karena ikut terkejut. Ditoelnya penisku yang masih lemas berkali-kali sampai akhirnya bangun. Aku membalas dengan memelintir pentil susunya kiri dan kanan. “”Wow.....” katanya.
Birahiku jadi bangkit, mungkin Stevi juga. Kami berciuman lekat sekali sambil berdiri. Harus diakui permainan pagutannya luar biasa. Aku jadi lupa daratan dan langsung meremas teteknya yang cukup menggunung dan menantang. Puas meremas aku melakukan kerajinan tangan di selangkangannya. Terasa berlendir celahnya. Tanpa menunggu lama, aku cucukkan penisku sambil berdiri masuk ke lubang vaginanya. Terasa hangat dan lumayan mencekat. Kusandarkan Stevi ke dinding lalu aku genjot. Dia mengerang-ngerang. Aku tidak peduli apakah itu pura-pura atau memang sungguhan.
Cukup lama main berdiri, lututku jadi lemas. Sambil penisku masih tertancap aku gedong Stevi dan kami rebah ke tempat tidur lalu meneruskan genjotan. Rasa persetubuhannya jadi makin nyaman dan aku benar-benar bisa menikmati genggaman memeknya dan memperhatikan bentuk tubuhnya yang memang aduhai.
Mungkin aku bermain sekitar 15 menit. Stevi bisa juga mendapat orgasme bersamaan dengan ku. Dia menciumiku dan entah apa yang disebutkan tapi aku mengira-ira dia memujiku dari permainan singkat itu.
Kami lalu sama-sama membersihkan diri dan setelah berhanduk, Stevi menggandengku menuju ruang makan. Disana terlihat semua orang sudah bugil sambil menikmati makan siang yang disiapkan secara prasmanan. Mama menyambutku sambil senyum-senyum. Dia juga bugil.
Ada sekitar 20 orang di dalam ruang makan itu, sebagian besar masih muda-muda. Cowoknya ganteng-ganteng dan ceweknya cantik-cantik pula. Tuan rumah terlihat duduk diapit dua cewek cake-cakep. Aku tidak melihat istrinya. Rupanya istrinya mondar-mandir mengatur hidangan sambil berjalan bugil. Dia tidak hirau, suaminya sedang bercengkerama dengan cewek-cewek cantik.
Aku digandeng Stevi dan diperkenalkan kepada yang hadir di situ. Mereka berbeda dengan yang ikut makan malam. Cukup bersahabat para nudist yang berkumpul di rumah ini. Stevi memperkenalkan aku ke cewek yang tak kalah cantiknya bernama Silvya. Aku telanjang dia telanjang, jadi tidak ada yang dirahasiakan. Aku berusaha berpenampilan biasa, dan untungnya tadi habis bertempur, jadi birahiku lumayan terkendali berada di tengah-tengah orang telanjang. Cewek ini kata Stevi akan mendampingiku berkeliling halaman rumah untuk menunjukkan berbagai fasilitas.
Area kaum liburan kaum nudist yang aku kelilingi cukup luas, kata Silvy sekitar 10 ha. Ada pondok-pondok kecil untuk istirahat, ada telaga untuk bermain kano lalu bisa juga memancing. Aku dan Silvy berkeliling dengan kendaraan ATV. Dia yang mengendarai aku membonceng. Tidak bisa dihindarkan aku duduk merapat ke tubuhnya dan aku memeluknya dari belakang. Tanganku kadang-kadang menyentuh jembutnya. Dari pada pura-pura aku sentuh saja gundukan kemaluannya yang berbulu lumayan lebat. Tidak hanya menyentuh tapi aku juga berkesempatan menyelipkan jariku ke dalam lipatan memeknya. Silvy hanya menggoyang-goyang badannya. Dia berbicara yang hanya sepotong aku pahami. Yang jelas memeknya berlendir. Sambil dia menunjukkan fasilitas di situ aku meremasi teteknya yang mengkel. Silvy usianya 21 tahun. Akibat tanganku tidak bisa anteng, maka penisku jadi makin mengeras dan menyodok bagian belakang pantatnya yang montok.
Kami sering bertemu para nudist yang selalu memberi salam dengan melambaikan tangannya. Mereka tidak hanya berjalan-jalan, tetapi ada juga yang bermesraan di kerimbunan semak sambil membeber kain untuk alas. Menurut Silvy di taman nudist ini pengunjung bebas bertelanjang dan melakukan hubungan sex dengan siapa saja asal tidak ada paksaan.sex
Silvy sedikit-sedikit bisa bahasa Inggris, sehingga dia bercerita dengan bahasa campur-campur. Kami berhenti di sisi telaga yang paling jauh. Suasana masih sepi. Silvy mengajakku berjalan-jalan di tepi telaga. Aku turun dari ATV dengan agak canggung, berhubung penisku tegang. Apa mau dikata, aku santai saja jalan sambil penisku ngacung ke depan. Silvy hanya tersenyum melihat penisku siap tempur. Digandengnya penisku lalu dia mengajakku masuk ke semak-semak. Ada jalan kecil yang terawat rapi dan akhirnya kami menemukan tangga yang menaiki rumah di atas pohon. Silvy mengajakku naik ke atas. Silvy naik mendahuluiku, sehingga aku mendapat pemandangan celah selangkangannya dari bawah, karena model tangganya adalah tangga tegak lurus. Cukup tinggi juga, sehingga dari pondok diatas pohon kami bisa melihat sekeliling.
Silvy kayaknya sengaja pasang posisi, karena dia merangkak di depanku. Tanpa minta izin aku pegang bongkahan pantatnya lalu aku tancapkan penisku memasuki lubang vaginanya. Silvy melenguh ketika merasakan memeknya aku tusuk dari belakang. Dia lalu menggoyang pantatnya maju mundur. Aku menyetubuhinya dengan posisi doggy sambil melihat-lihat pemandangan sekeliling. Unik juga main di tempat beginian. Posisi doggy hanya berlangsung 5 menit, lalu diteruskan dengan posisi MOT. Cukup lama juga kami main sampai kami puas dan aku melepas mani ku didalam memeknya.
Selepas itu kami istirahat sambil menyaksikan pemandangan dari atas ke sekeliling wilayah peristirahatan. Dari beberapa sudut aku sempat menangkap pemandangan orang lagi berhubungan sex, ada yang sepasang, ada yang rame-rame. Yang membuatku agak kaget di salah satu sudut semak aku melihat sekumpulan anak di kisaran usia 10 – 13 tahun mungkin ada 5 anak, 3 diantaranya perempuan. Mereka sedang asyik bercumbu dan ada pula yang bersetubuh.
Tempat mereka memang agak tersembunyi, tetapi dari celah-celah daun aku dapat melihat kegiatan mereka. Mungkin mereka tidak sadar jika ada yang mengintai. Aku gamit Silvy untuk melihat pemandangan yang menurutku menakjubkan. Silvy senyum saja. Di sini seperti itu sudah biasa katanya.
Silvy lalu mengajaku turun dan dia lalu menggandengku menuju tempat anak-anak tadi lagi “bermain”. Suara gemerisik, kaki kami menginjak daun kering membuat anak-anak itu melihat kedatangan kami. Silvy lalu memberi salam “ hola” yang dijawab anak-anak itu dengan sebutan yang sama.
Mereka tidak merasa terganggu sama sekali dengan kehadiran kami. Yang lagi ngentot, terus aja ngentot, yang lagi meremas-remas ya lanjut. Silvy ngomong ke anak-anak itu bahwa aku dan dia mau gabung, apa boleh. Kelima anak-anak itu secara hampir bersamaan mengangguk dan mempersilakan kami gabung.
Silvy menarik anak laki-laki yang kutaksir baru berusia 12 tahun. Mungkin Silvy mengatakan akan mengajarinya menjilat memek, karena Silvy menarik anak itu ke kangkangan kakinya dan memberi instruksi untuk melakukan oral. Berkali-kali Silvy memberi arahan agar anak didiknya menjilati tempat yang sensiitif.
Aku bengong melihat adegan itu, seorang cewek yang tubuhnya masih kecil, teteknya saja baru membengkak kecil dengan pentil yang tumbuh lancip. Dia mengatakan kira-kira minta izin mengisap penisku. Aku persilakan dia melakukan keinginannya. Dia melakukan oral sangat mahir, dijilati penisku yang masih loyo, lalu. Melomot kantong zakarku dan dijilatinya. Dia berkomentar, seperti yang diterjemahkan Silvy bahwa penisku bau sperma dan cairan vagina. Silvy yang menjawab bahwa baru saja dia “main' denganku.
Sensasi dijilati anak di bawah umur memberi rangsangan yang sangat kuat. Penisku langsung bangun perlahan-lahan sampai akhirnya tegang maksimal. Eh anak itu berhenti malah tepuk tangan senang. Mungkin dia senang karena berhasil membangunkan penisku. Lainnya lalu menyarankan dia memasukkan penisku ke memeknya yang masih gundul dan belahannya masih rapat. Aku didorongnyanya agar berbaring lalu dia duduk di atas penisku, membimbing kepala penisku memasuki lubang memeknya. Perlahan-lahan dia rendahkan badannya sehingga penisku makin terbenam. Cukup banyak juga batang penisku terbenam di memeknya meski tidak sampi mentok, alias penisku masuk semua, karena aku merasa kepala penisku menyundul halangan.
Halangan itu bukan selaput perawan, karena dia sudah jebol. Anak ini memperkenalkan diri sambil bergerak naik turun dengan menyebut namanya Amanda. Heran juga aku melihat anak yang baru numbuh tetek sudah main dengan lihainya diatas tubuhku. Memeknya terasa mencekat, tetapi lubangnya licin. Cukup lama dia menggenjot diatas, sampai dia merasa lelah. Lalu berhenti dan melepas memeknya dari penisku. Aku belum klimaks dan rasanya si Amanda pun belum juga mencapai klimaksnya. Dia rupanya memberi kesempatan temannya yang usianya lebih tua. Ini kelihatan karena susunya sudah lebih besar dan di ujung lipatan memeknya sudah tumbuh sedikit rambut. Dia mengangkang di atasku lalu memasukkan penisku ke memeknya. Memeknya licin dan penisku langsung ambles sepenuhnya sampai mentok. Sambil bergoyang dia cium aku dan menyebut namanya Velany. Enak juga memeknya, rasanya cukup menggigit dan takjub melihat bibir memeknya sampai agak monyong karena dipaksa menerima penisku yang terlalu besar bagi memeknya.
Agak lama kami bermain sampai dia mencapai klimaksnya dan rebah ke tubuhku. Setelah itu dia berdiri dan posisinya diganti oleh satu lagi temannya. Kayaknya usianya diantara si Amanda dengan Velany. Teteknya sudah tumbuh tapi masih kecil gundukannya, Memeknya sudah cukup banyak bulunya. Mukanya imut dan rambutnya hitam seperti jembutnya. Dia melihat batangku masih kokoh berdiri lalu dimasukkan ke memeknya. Dia tidak mau bermain diatasku dan minta aku menindihnya. Aku turuti kemauannya. Badannya terasa kecil di bawah tindihan tubuhku. Kepalanya saja tepat di dadaku. Aku menggenjot memeknya yang sudah terasa licin. Memek anak ini yang memperkenalkan namanya Sisil, terasa terlalu licin, sehingga kesannya longgar. Aku lepas penisku dari memeknya dan mengambil sembarang kain yang ada di situ, lalu aku melap penisku yang berlumuran cairan memeknya. Setelah itu pelan-pelan aku masukkan lagi. Sekarang terasa agak kesat dan mengigit. Lumayan juga rasanya seperti memek yang baru diperawani. Aku bermain terus sampai akhirnya aku ejakulasi. Aku rasa si Sisil belum mencapai orgasme, karena tanda-tandanya tidak aku rasakan. Badanku lemas karena setengah hari ini aku sudah nembak 3 kali. Aku duduk bersila dan memperhatikan dua anak laki laki yang penisnya masih kecil bermain di memek Silvy dan yang satu sedang merintih nikmat di oral .
Kedua anak itu berganti-gantian menjajal lubang atas dan lubang bawah Silvy, sampai keduanya mencapai puncak kenikmatannya. Hujan tiba-tiba seperti tumpah dari langit, membuat aku terkejut, tetapi yang lainnya tenang -tenang saja. Malah anak-anak itu berlarian bermain hujan. Aku baru sadar, apa yang perlu dikhawatirkan, karena kondisi kami kan bugil, jadi tidak perlu takut baju basah.
Aku dan Silvy kembali ke ATV dan dia mengarahkan pulang ke hotel. Silvy adalah salah satu pegawai di hotel yang bertugas sebagai pemandu tamu-tamu. Dia bercerita Stevi juga petugas di resor itu. Dia mengantarkan aku kembali ke kamar dan kesempatan itu kami mandi bersama di kamar mandi dengan pancuran air hangat.
Menurut Silvy, jika aku berminat “main” dengan pengunjung disitu, dan kesulitan berkomunikasi, dia dengan senang hati akan membantu. Menurut Silvy, banyak cewek yang bakal mau diajak kecan oleh ku karena aku adalah pria tampang Asia yang jarang-jarang ada di resor itu.
Aku dan mama tinggal di situ selama 12 hari. Aku puas setiap hari berganti-ganti pasangan. Sebagian besar si Silvy yang mengkomunikasikan dengan targetku. Pernah aku main dengan 2 cewek yang merupakan anak dan ibunya. Ibunya berusia sekitar 35 dan anaknya umur 12 tahun cewek. Kami main bertiga di kamarnya. Suaminya yang ada di situ tenang-tenang saja dan mengetahui istri dan anaknya aku embat.
Selama di resort itu aku puas-puaskan bermain dengan anak-anak di bawah umur, karena mereka cantik-cantik dan di negaraku anak seperti itu susah di dapat. Pernah sekali aku menemukan anak usia mungkin antara 9 atau 10 tahun. Lha teteknya aja belum numbuh. Dia mendekatiku dan minta digendong dan mengajak aku masuk ke kamarku. Dia rupanya ingin merasai penisku pula. Aku tadinya menolak karena anak ini terlalu kecil untuk di ewek, tapi dia bilang sudah beberapa kali main dengan laki-laki dewasa. Gila juga dia yang berinisiatif memasukkan penisku ke dalam memeknya. Meski belum akil balik, tetapi memeknya sudah mampu menampung penisku yang terlalu besar bagi belahan memeknya.
Sedikitpun dia tidak merasa sakit, malah menggenjotku bersemangat. Lucu juga aku melihatnya sehingga dengan kamera Hpku aku mengabadikan dia sedang di atasku berkali-kali.,
Itukan pengalaman yang enak-enak. Ada juga yang agak kurang enak, ketika beberapa kali nenek-nenek mengajakku berhubungan dengan alasan mereka ingin merasakan penis asia. Ada yang paling tua kutaksir umurnya sudah lebih dari 60 tahun. Dia membawa jelly pelicin untuk membantu memperlancar penisku memasuki vaginanya. Meski nenek-nenek tapi nafsunya hot juga. Dia bisa juga meraih orgasme, sementara aku sulit. Memeknya sih memang tidak terlalu kendor, tetapi badannya sudah pada kendor, sehingga selama main, pemandangan yang disuguhkan kurang menggairahkan. Adegan lucu dan unik pernah juga kualami ketika semalaman aku harus bermain dengan 3 nenek-nenek. Teteknya sih besar-besar, tapi sayangnya sudah bergelayut, sehingga kalau diremas seperti balon berisi air yang kurang kenyal. Mereka bertiga bermain mengerrubutiku. Aku mau melayani mereka karena ini adalah peluang yang langka, main orgy dengan nenek-nenek bule. Aku rasa genggaman memek perempuan tua tidak terlalu beda dengan wanita dewasa, cukup nikmat juga koq. Namun yang membedakan adalah bodynya yang sudah kendor, sehingga kalau dipandang agak kurang menggairahkan.
Selama 12 hari, tiada hari tanpa”main”. Malah sehari bisa 3 – 4 kali crot. Setelah kami meninggalkan Caracas menuju pulang Jakarta. Aku banyak tertidur salama di pesawat. Rasanya tenagaku seperti habis terkuras.
Mama bercerita bahwa dia beberapa kali menemukan pasangan. Menurut mama rasa penis orang bule kurang nikmat, karena tidak bisa keras sekali seperti penis Asia. Meskipun penis-penis itu besar, tetapi karena kurang keras, jadi kata mama kurang nikmat. “You'r the best” kata mama.


****


Baca juga...



Kembali ke Beranda

0 komentar:

:)) ;)) ;;) :D ;) :p :(( :) :( :X =(( :-o :-/ :-* :| 8-} :)] ~x( :-t b-( :-L x( =))

Posting Komentar

Pilih judul

Kategori

Pengunjung

Ditunggu kunjungnya kembali...